Read More >>"> In your eyes (Empat) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - In your eyes
MENU
About Us  

Aku segera pamit pulang setelah membantu Sia. Tidak sampai lima menit, aku sudah sampai di rumah. Ayah sedang menonton televisi, sedangkan ibu menjahit di samping ayah. Aku menghampiri mereka, lalu menyalami tangan mereka.

" Tumben lama nak." 

" Tadi ke rumah Sia dulu." Jawabku singkat.

Ibu mengangguk, lalu kembali fokus pada jahitannya. Sementara ayah tetap melihat televisi. Aku juga sibuk dengan pikiranku sendiri. Sibuk memikirkan bagaimana cara memulai percakapan dengan mereka. Biasanya mudah saja melakukan itu. Tapi, kali ini rasanya sulit. 

Setelah merasa ini bukan saat yang tepat untuk membicarakannya, aku memilih menundanya. Mungkin lain kali. 

Saat aku baru saja hendak melangkah pergi, ibu tiba - tiba berkata, " Kamu mau bicara apa nak?"

Langkahku terhenti, menoleh menatap ibu. Bagaimana ibu bisa tahu? Gerakan tangan ibu juga terhenti, ia menatapku dalam, " Kamu mau bicara apa? Ibu udah nunggu dari tadi." 

Aku menelan ludah, ibu jelas tahu gerak - gerikku kerika ingin mengatakan sesuatu. Ibu mengenalku lebih dari siapapun.

Aku kembali duduk. Bahkan perhatian ayah kini juga tertuju kepadaku. 

" Tadi, " Aku kembali terdiam. Ibu masih menungguku melbahan. " Tadi Aresh diminta sama pelatih, untuk ikut pelatihan di Eropa." Akhirnya kalimat itu keluar, aku merasa lega telah mengatakannya. Tapi, aku juga harap - harap cemas dengan reaksi ibu. Ibu sejak tadi hanya terdiam.

Aku juga terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Melihat reaksi ibu seperti ini, membuatku semakin ingin menolak mengikuti pelatihan itu.

" Kapan ?" Kali ini ayah yang menanggapi.

" Akan ada seleksi sebelum dipilih. Kalau Aresh berminat, Aresh harus ikut  seleksi itu. Belum pasti kapan." Ayah hanya mengangguk - angguk mendengar jawabanku. 

" Jauh sekali." Ucap ibu lirih. Aku tersenyum tipis. Ibu kemvali menatapku, " Kamu mau ikut nak? Kamu bahagia?"

" Aresh mau denger dulu pendapat ibu."  

Ibu menunduk, " Ibu belum tahu, nanti kalau sudah dapat informasi kapan kamu akan berangkat,  kasih tahu ibu ya? Akan ibu pikirkan dulu." Ibu kini tersenyum menatapku. Aku balas tersenyum, " Aresh disana nanti selama dua bulan. Cukup lama memang tapi ibu pikirin dulu aja, Atesh tunggu." 

ibu mengangguk apapun keputusan ibu nanti, akan kulakukan yang ibu inginkan.

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Regrets
12      8     0     
Romance
Penyesalan emang datengnya pasti belakangan. Tapi masih adakah kesempatan untuk memperbaikinya?
Belum Tuntas
33      8     0     
Romance
Tidak selamanya seorang Penyair nyaman dengan profesinya. Ada saatnya Ia beranikan diri untuk keluar dari sesuatu yang telah melekat dalam dirinya sendiri demi seorang wanita yang dicintai. Tidak selamanya seorang Penyair pintar bersembunyi di balik kata-kata bijaknya, manisnya bahkan kata-kata yang membuat oranglain terpesona. Ada saatnya kata-kata tersebut menjadi kata kosong yang hilang arti. ...
always
13      8     0     
Romance
seorang kekasih yang harus terpisah oleh sebuah cita-cita yang berbeda,menjalani sebuah hubungan dengan rasa sakit bukan,,,bukan karena saling menyakiti dengan sengaja,bahkan rasa sakit itu akan membebani salah satunya,,,meski begitu mereka akan berada kembali pada tempat yang sama,,,hati,,,perasaan,,dan cinta,,meski hanya sebuah senyuman,,namun itu semua membuat sesuatu hal yang selalu ada dalam...
V'Stars'
13      6     0     
Inspirational
Sahabat adalah orang yang berdiri di samping kita. Orang yang akan selalu ada ketika dunia membenci kita. Yang menjadi tempat sandaran kita ketika kita susah. Yang rela mempertaruhkan cintanya demi kita. Dan kita akan selalu bersama sampai akhir hayat. Meraih kesuksesan bersama. Dan, bersama-sama meraih surga yang kita rindukan. Ini kisah tentang kami berlima, Tentang aku dan para sahabatku. ...
The Puzzle
5      5     0     
Fantasy
Banyak orang tahu tentang puzzle, sebuah mainan bongkar-pasang untuk melatih logika. Namun berbeda dengan puzzle yang dimiliki Grace, awalnya Grace hanya menganggap puzzle yang dimilikinya sama seperti puzzle yang dimiliki orang lain. Dia sering memainkan puzzle itu sejak kecil tapi setelah dia dewasa, puzzle itu mulai memunculkan teka-teki baginya. Grace heran saat ayahnya benar-benar menjaga pu...
Bertemu di Akad
47      16     0     
Romance
Saat giliran kami berfoto bersama, aku berlari menuju fotografer untuk meminta tolong mendokumentasikan dengan menggunakan kameraku sendiri. Lalu aku kembali ke barisan mahasiswa Teknik Lingkungan yang siap untuk difoto, aku bingung berdiri dimana. Akhirnya kuputuskan berdiri di paling ujung barisan depan sebelah kanan. Lalu ada sosok laki-laki berdiri di sebelahku yang membuatnya menjadi paling ...
Summer Rain
4      4     0     
Fan Fiction
Terima kasih atas segala nya yang kamu berikan kepada aku selama ini. Maafkan aku, karena aku tak bisa bersama dengan mu lagi.
Telat Peka
13      8     0     
Humor
"Mungkin butuh gue pergi dulu, baru lo bisa PEKA!" . . . * * * . Bukan salahnya mencintai seseorang yang terlambat menerima kode dan berakhir dengan pukulan bertubi pada tulang kering orang tersebut. . Ada cara menyayangi yang sederhana . Namun, ada juga cara menyakiti yang amat lebih sederhana . Bagi Kara, Azkar adalah Buminya. Seseorang yang ingin dia jaga dan berikan keha...
Senja Menggila
3      3     0     
Romance
Senja selalu kembali namun tak ada satu orang pun yang mampu melewatkan keindahannya. Dan itu.... seperti Rey yang tidak bisa melewatkan semua tentang Jingga. Dan Mentari yang selalu di benci kehadirannya ternyata bisa menghangatkan di waktu yang tepat.
Sebuah Musim Panas di Istanbul
3      3     0     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?