Read More >>"> Bottle Up (Empat) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bottle Up
MENU
About Us  

Memang ada orang yang kurang peka

Namun tidak sedikit pula yang memiliki tingkat kepekaan cukup tinggi

Jangan terlalu pesimis terhadap manusia,

Karena di antara banyak yang tak pantas dipercayai

Pasti ada satu yang memahami

Bukankah Tuhan punya cara tersendiri untuk menutup hati yang pernah terluka?

__________

 

Attaya tampak gusar. Berkali-kali ditariknya napasnya dengan dalam, lalu dilepaskannya secara perlahan. Semenjak tragedi tali sepatu yang menyangkut di kursinya, Attaya tak lagi fokus dengan bacaannya. Dia membaca, namun tidak membaca. Hanya membaca tanpa makna. Dan hal ini sudah lama sekali tidak terjadi pada dirinya.

Laki-laki yang berambut hitam legam—yang duduk disebelah Attaya menyadari bahwa perempuan itu tengah gelisah. Diperhatikannya Attaya melalui ekor matanya. Attaya duduk dengan tidak tenang, bergerak-gerak meskipun tidak menimbulkan gangguan bagi orang lain. Kaki Attaya juga bergerak, lebih tepatnya bergeser ke kanan, kiri, depan, belakang sehingga tidak menimbulkan suara tapak sepatu yang mencium keramik perpustakaan. Matanya ke buku, namun bergerak gelisah, ke kanan dan ke kiri.

Laki-laki ini bingung, bagaimana mungkin sesaat yang lalu Attaya terlihat menikmati bukunya, tampak ceria, dan terlihat ekspresif, kini berubah dalam waktu yang tak lama.

Seolah merasakan kegelisahan Attaya, laki-laki itu berusaha untuk menetralisir aura negatif yang berada di sekitar Attaya, "Sorry, boleh pinjem pensil?"

Attaya tersentak, ditatapnya laki-laki berambut legam itu dengan tatapan khasnya, tatapan sinis dengan pupil yang menyudut. Belum lagi ekspresi datarnya yang menyebabkan laki-laki itu sedikit gelagapan.

Sepertinya Attaya lupa untuk mengontrol emosinya.

Laki-laki itu terkejut mendapatkan tatapan kurang bersahabat dari Attaya. Ia merasa bahwa ia tak melakukan kesalahan apapun. Lalu mengapa perempuan ini menatapnya seperti itu? Diperparah dengan wajah Attaya yang seolah ingin mengajak bertengkar. Keningnya berkerut dalam, bingung dengan mata yang tak lepas mengamati Attaya.

Attaya tersadar akan 'kelepasannya', sontak seulas senyum tipis tersungging di bibir Attaya sebagai permintaan maaf tersiratnya, "Eeh, sorry. Tadi ngomong ke aku ya?" 

"Iya, tadi mau minjam pensil. Punya?"

"Ada sih, tapi...." Attaya terdiam sejenak, "Bentar ya, di kotak pinsil dan itu ada di tas." Attaya menunjukkan tasnya yang tidak berada di loker—di bawah meja petugas perpustakaan.

Tanpa menunggu jawaban, Attaya langsung bangkit dari kursinya, "Bentar ya...."

Selepas Attaya membelakanginya, laki-laki berambut legam itu tersenyum tipis. Diliriknya pensilnya yang disembunyikan di bawah buku bacaannya, lalu matanya fokus memerhatikan Attaya yang tengah mengambil pensil untuknya, seolah Attaya adalah seseorang yang saat itu memang harus diamati.

"Nih." Attaya menyerahkan pensil yang telah diambilnya kepada laki-laki berambut legam itu.

"Thanks," sahutnya cepat sembari mengambil pinsil yang telah disodorkan kepadanya.

"Jangan lupa, balikin."

"Siap!" Diperhatikannya pensil mekanik yang telah berada ditangannya. Terdapat nama yang ditempelkan pada bagian atas, tanpa sadar ia bergumam, "Nama lo Attaya K.K?"

"Eeh, sorry?" tanya Attaya kebingungan. Tadi ia mendengar gumaman namanya tapi tidak begitu jelas.

"Nama kamu Attaya K.K?" tanyanya, menatap intens Attaya yang tengah fokus padanya.

"Iya, Attaya." Tanpa berbasa-basi, Attaya mengalihkan pandangannya pada buku yang dihadapnnya. Attaya bingung, apa dia harus menanyakan nama laki-laki itu juga? Nggak perlu kan? Nggak Attaya banget gitu basa-basi sama laki-laki yang tidak dikenalnya. Dengan perempuan aja dia jarang berbasa-basi, apalagi dengan laki-laki.

Lagi-lagi, laki-laki berambut legam itu tersenyum samar memerhatikan Attaya yang dengan sengaja menghindari perbincangan dengannya. Diperhatikannya lagi Attaya yang tengah membaca buku dihadapannya, tak ditemukannya lagi kegusaran yang sempat menggangu konsentrasinya tadi. Hanya tersisa sedikit gelagat bingung dari bahasa tubuh Attaya. Iseng, dipukulnya dengan pelan pensil milik Attaya di depan gadis itu. Sontak Attaya memberikan tatapan khasnya, lagi. Tatapan sinis dengan bibir yang tidak melengkung sama sekali.

"Ya?"

Laki-laki itu sedikit kecewa, karena ia tak mendapatkan respon yang ia inginkan—keterkejutan Attaya. Malah yang terjadi adalah hal sebaliknya, tatapan sinis dan ekspresi tak suka Attaya yang didapatnya. Ini cewek super banget, pikirnya.

"Thanks ya, pensilnya," ujarnya agar tidak terjadi ke-awkard-an di antara mereka.

Attaya mengangguk samar.

"Ngomong-ngomong, kamu mahasiswa di sini juga? Angkatan berapa?" tanya laki-laki itu, tak ingin memutuskan kontak di antara mereka.

"2015." Attaya terdiam sejenak, dia bingung apa ia harus berbuat baik dengan berbasa-basi dengan laki-laki yang tidak dikenalnya ini atau kembali fokus pada bukunya. Sejujurnya, Attaya ingin berbasa-basi, menanyakan kembali sebagai sopan santunnya. Namun ia bingung, bagaimana bahasa yang harus digunakannya? Attaya khawatir jika laki-laki tersebut adalah mahasiswa tua—mahasiswa semester akhir menjelang DO. Dan menanyakan angkatan laki-laki tersebut adalah hal yang sangat buruk menurut Attaya. Sepertinya menghindari pertanyaan adalah yang terbaik, batinnya.

"Berarti sekarang masih semester 5 ya? Udah dapat mata kuliah klinis dong."

Attaya sedikit terkejut menerima respon laki-laki tersebut. Menurut Attaya, mahasiswa tua tidak akan mungkin seramah ini membahas mata kuliah klinis yang seringkali menjadi momok "harus mengulang" bagi mahasiswa semester akhir.

Attaya mengangguk, "Iya." Attaya terdiam sejenak, memikirkan apa yang harus dilontarkannya untuk memenuhi rasa penasarannya. "Tahu darimana?" tanya Attaya.

"Aku kan mahasiswa di sini juga," ujar laki-laki itu. Alumni, tambahnya lagi dalam hati.

"Tapi kok nggak pernah kelihatan," sahut Attaya polos. Langsung saja Attaya menutup mulutnya yang kelepasan bicara.

Laki-laki berambut hitam legam itu tertawa kecil melihat Attaya yang terkejut dengan pernyataannya sendiri. Manis sekali melihatnya tertawa kecil lalu terbatuk-batuk akibat menahan tawanya.

Wajah Attaya memberengut kesal. Tampak lipatan-lipatan kecil diwajahnya yang sedikit chubby. Bibirnya sedikit dimanyunkan dengan mata yang nyaris tertutup sempurna.

Lucu, seumur hidupnya laki-laki itu tak pernah melihat seorang perempuan atau tepatnya mahasiswa, masih memiliki kelakuan seperti itu. Tak pernah sekalipun, kecuali perempuan yang memiliki kebutuhan khusus. Untuk perempuan normal seperti Attaya, di matanya, wajah yang berlipat itu adalah hal yang sangat menggelikan, sehingga pecah lah tawa laki-laki berambut legam itu. Tawanya membahana di ruang perpustakaan yang tidak begitu besar.

Tatapan dari para pengunjung perpustakaan lain yang bertumpu pada dirinya menyadarkannya bahwa ia telah membuat gaduh perpustakaan. Diputarnya tubuhnya dengan gerak tubuh meminta maaf kepada para pengunjung yang terganggu akibat dirinya.

Diperhatikannya meja petugas perpustakaan, lalu tersenyum meminta maaf. Baginya, meminta maaf atas kegaduhan yang ditimbulkannya pada perpustakaan bukan lah hal yang berat karena ia dan pegawai perpustakaan sudah cukup saling mengenal. Namun, hal yang paling tidak dapat diterimanya adalah, dia menemukan wajah Attaya yang masih memberengut kesal dengan lipatan yang bertambah dan gigi yang bergemeletuk kesal.

Sungguh, ia ingin tertawa lagi. Namun, sudah cukup baginya menjadi pusat perhatian. Dan ia tidak siap melihat Attaya menjadi lebih kesal dari saat ini.

Tidak siap menahan tawa yang telah lama hilang darinya. Ia bingung, bagaimana mungkin tawa yang hilang bisa kembali hanya karena melihat wajah Attaya yang aneh?

She is something sekali....

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku dan Dunia
8      8     0     
Short Story
Apakah kamu tau benda semacam roller coaster? jika kamu bisa mendefinisikan perasaan macam apa yang aku alami. Mungkin roller coaster perumpamaan yang tepat. Aku bisa menebak bahwa didepan sana ketinggian menungguku untuk ku lintasi, aku bahkan sangat mudah menebak bahwa didepan sana juga aku akan melawan arus angin. Tetapi daripada semua itu, aku tidak bisa menebak bagaimana seharusnya sikapku m...
CALISTA
6      6     0     
Fantasy
Semua tentang kehidupan Calista, yang tidak hanya berisi pahit dan manis. Terdapat banyak rasa yang tercampur di dalamnya. Ini adalah kisah dimana seorang Calista yang mendapatkan pengkhianatan dari seorang sahabat, dan seorang kekasih. Disaat Calista berusaha menyelesaikan satu masalah, pasti masalah lain datang. Akankah Calista dapat menyelesaikan semua masalah yang datang padanya?
Untitled
0      0     0     
Romance
This story has deleted.
I Can't Fall In Love Vol.1
46      25     0     
Romance
Merupakan seri pertama Cerita Ian dan Volume pertama dari I Can't Fall In Love. Menceritakan tentang seorang laki-laki sempurna yang pindah ke kota metropolitan, yang dimana kota tersebut sahabat masa kecilnya bernama Sahar tinggal. Dan alasan dirinya tinggal karena perintah orang tuanya, katanya agar dirinya bisa hidup mandiri. Hingga akhirnya, saat dirinya mulai pindah ke sekolah yang sama deng...
ALVINO
41      18     0     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
Simplicity
214      103     0     
Fan Fiction
Hwang Sinb adalah siswi pindahan dan harus bertahanan di sekolah barunya yang dipenuhi dengan herarki dan tingkatan sesuai kedudukan keluarga mereka. Menghadapi begitu banyak orang asing yang membuatnya nampak tak sederhana seperti hidupnya dulu.
AROMA MERDU KELABU
44      27     0     
Romance
Estrella
5      5     0     
Romance
Oila bingung kenapa laki-laki ini selalu ada saat dia dalam bahaya, selalu melindunginya, sebenarnya siapa laki-laki ini? apakah dia manusia?
NAZHA
5      5     0     
Fan Fiction
Sebuah pertemuan itu tidak ada yang namanya kebetulan. Semuanya pasti punya jalan cerita. Begitu juga dengan ku. Sang rembulan yang merindukan matahari. Bagai hitam dan putih yang tidak bisa menyatu tetapi saling melengkapi. andai waktu bisa ku putar ulang, sebenarnya aku tidak ingin pertemuan kita ini terjadi --nazha
WEIRD MATE
25      9     0     
Romance
Syifa dan Rezeqi dipertemukan dalam kejadian konyol yang tak terduga. Sedari awal Rezeqi membenci Syifa, begitupun sebaliknya. Namun suatu waktu, Syifa menarik ikrarnya, karena tingkah konyolnya mulai menunjukkan perasaannya. Ada rahasia yang tersimpan rapat di antara mereka. Mulai dari pengidap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), pengguna narkoba yang tidak diacuhkan sampai kebencian aneh pa...