3
Ivan dan Kirania sudah berada di kantin. Kirania masih diam dan Ivan masih memandanginya.
“Eh, aku dengar yang berantakin ruang cheers itu anak basket loh” kata siswi kelas satu yang sedang memesan minum dan berdiri memunggungi tempat duduk mereka
“Masa?” sambung siswi satunya
Kirania mendongak membuat Ivan sadar jika percakapan itu menarik perhatian kekasihnya.
“Eh jangan bikin gosip ya, lo lo pada” tegur Ivan
Dua siswi itu langsung pergi dan melupakan pesanannya. Sedang Kirania menatap Ivan jengkel, Ivan tidak menurutinya untuk tidak mengganggu Disti.
“Apa?” tanya Ivan
“Kan aku bilang nggak perlu”
“Tapi harus”
“Harus? Kenapa?”
“Kamu kalo marah cantik, yang, aku harus biar kamu marah”
“Alasan!”
“Itu jujur”
Kirania senyum
“Kamu cantik” kata Ivan “Ini bukan gara-gara kamu, aku cuma peringatin dia aja agar nggak melecehkan aku lagi, yang”
“Melecehkan?” Kirania menahan tawa
“Iya, aku di serang beramai-ramai, disentuh ramai-ramai. Aku merasa dilecehkan!” kata Ivan menyeka rambutnya ke belakang kuping
“Hahaha… yaudah nanti kalo ketemu Disti, aku bakal belain kamu, yang, enak aja dia ngelecehin pacar aku!”
“Nggak usah, kalo kamu mau buat aku senang minggu depan temani aku ke GOR”
“Eh eh biasanya kalo cewek merajuk minta ditemani ke MALL, yang” bisik Kirania mengajarkan jika Ivan benar-benar ingin berperan sebagai perempuan saat ini
“Iya ya? Hahaha… tapi kamu enggak, jangan-jangan kamu bukan…..”
Kirania memang kurang suka ke mall, dia lebih memilih belanja online saja jika membutuhkan sesuatu. Jika sampai ada yang membuatnya merajuk, itu akan jadi bencana besar untuk Ivan karena dia akan jadi judes dan sama sekali tidak bisa disogok.
“Menurut kamu bukan?” goda Kirania mengedipkan matanya dan tersenyum manis
“Aku nyerah, deh, kalo gini” Ivan mengangkat tangan tanda menyerah.
“Hahaha”
***
Ivan memang terkesan manis, dilihat dari sisi manapun. Apalagi ketika bersamaa Kirania. Tapi lelaki tetap lah begitu…. Yah begitu.
Sehabis makan bareng Kirania, ivan memilih untuk membiarkan Kirania bersama Ayu dan Sela yang juga berada di kantin yang sama.
“Aku pergi duluan ya Kiran?” kata Ivan sebelum pergi
Kirania hanya tersenyum dan mengangguk fasih.
Kirania menceritakan pada Sela jika tadi dia dan Ayu hampir bertengkar dengan Disti. Dan Kirania juga memberitahu Ayu jika Kak Friska hanya acting marah saja, tidak benar-benar serius.
“Bagus kalo gitu, jadi gue nggak bakal ngehindar kalo ketemu Kak Friska di jalan mana gitu” angguk Ayu
“Temenin gue ke kamar mandi, yuk?” ajak Sela
“Kenapa lo? Sakit perut?” tanya Kirania
“Enggak, gue kebelet pipis, dari tadi ngajak Ayu tapi Ayu nggak berani, takut ketemu Kak Friska katanya”
“Eh eh gue sekarang nggak takut ya! Ayo gue temenin lo sekarang” ajak Ayu langsung bangkit dari duduknya.
Untuk ke kamar mandi sekolah, memang butuh melewati kelas dua belas. Wajar jika sehabis dimarahi, Ayu takut melewati sarangnya Friska.
Tapi kan sekarang enggak masalah, malah Ayu jadi terlalu percaya diri karena yakin Friska bakalan belain dia kalo sampai ada yang marahi ayu lagi.
“Eh gue temeninnya sampai sini aja ya!” izin Kirania
Ayu sedikit bingung tapi tidak sempat bertanya karena ditarik Sela.
Kirania langsung belok kearah yang bertolak belakang dari kamar mandi dan dia menuju ke pojok kelas dua belas. Tempat itu sepi apalagi sekarang masih dalam suasana O2SN tapi ada yang ingin dia lihat di sana.
Ivan sedang bersama Zara, anak kelas satu dan cukup manis. Tentu Kirania sudah terbiasa melihat ini karena dia tidak shock sama sekali, malah merasa geli.
Kirania jadian dengan Ivan sekitar seminggu lalu dan dia juga tahu Ivan adalah seorang pemain handal. Memang aneh saat Kirania menerima Ivan sebagai pacar, anehnya adalah Ivan memperkenalkan Kirania kemana-mana sampai sekarang Ivan dikenal sebagai pacar Kirania.
Sedangkan siswi-siswi lain yang didekati Ivan tak ada yang pernah diakui di muka umum.
Selain Zara, ada juga nama-nama lain seperti Stefi, Reli dan Gea. Rata-rata adalah anak kelas satu.
Kirania sudah melihat apa yang ingin dia lihat dan dia berlalu pergi tanpa ingin mengganggu mereka yang sedang mojok itu.
“KIRANIAAA” seorang siswa berteriak seolah sedang berada di kendaraan yang remnya blong sebelum akhirnya hampir menabrak Kirania.
Kirania yang baru turun tangga dan sampai di lantai kelas dua sedikit terkejut. Siswa itu jatuh tepat di depannya dan mengulurkan tangan seolah minta di tolong.
Kirania berusaha mengenali siswa itu dan setelah mata mereka bertemu Kirania sadar jika siswa yang hampir menumburnya tadi adalah KETOS.
“Aku punya pacar” jelas Kirania memutar badan dan menyembunyikan kedua tangannya. Meninggalkan siswa itu dan pergi menuju lapangan Volly tempat yang dia yakini Ayu dan Sela akan kunjungi karena akan ada perwakilan kelas mereka yang bertanding mewakili sekolah.
“Kak Kirania ya?” tanya seorang siswa mengambil posisi duduk di sebelah Kirania yang masih sendiri.
“Iya, kenapa?” ketus Kirania cuek dan kembali melihat ke arah lapangan Voli setelah memandangnya sekilas
“Aku… suka sama kakak, dari MOS”
Kirania langsung tertawa geli meski berusaha disembunyikannya supaya adik kelasnya ini tidak tersinggung.
“Aku bahkan tidak tahu namamu” jelas Kirania
“Aku Fadil, Kak”
“Makasih ya Fadil sudah suka sama Kakak” ucap Kirania tulus “Tapi lebih baik Fadil coba suka yang lain aja, ya?”
Fadil terlihat membisu dan dari jarak jauh Kirania melihat Ayu dan Sela melambaikan tangan padanya.
“Kakak ke sana dulu ya?” ucap Kirania sebelum meninggalkan Fadil.
Kirania memang sangat unik bukan karena matanya saja tapi juga menyangkut kesetiaan. Meski dia tahu Ivan bukanlah lelaki yang baik tapi karena dia masih menjalin hubungan dengan Ivan. Kirania tidak berniat untuk menjalin hubungan dengan lelaki lain.
Dan mungkin karena itu juga banyak siswa yang kagum padanya. Bahkan masih banyak siswa yang menyatakan perasaan ke Kirania meski mereka tahu Kirania sudah pacaran dengan Ivan.
Di saat sekolah sedang riuh meneriaki yel-yel pembangkit semangat di sekitar lapangan voli. Ayu dan Sela juga larut dalam kemeriahan itu, sedang Kirania menoleh ke tempat yang berlawanan dengan lapangan.
Menatapi pacarnya yang sedang menggoda siswi seangkatan Kirania. Di tempat seramai ini? Asal Ivan tidak melihat Kirania, itu tidak jadi masalah. Gelar pemain handal sudah jadi rahasia umum bagi Ivan. Sayangnya Ivan tidak tahu jika Kirania melihat semua ini dan sayangnya Ivan berpikir jika Kirania akan terus setia padanya.
“Pacaran saja denganku” saran seorang pria di kuping Kirania
Kirania sudah hapal suara itu. Pasti KETOS! Kirania memutar badan dan pura-pura seperti menonton kembali pertandingan dan tidak mendengar ajakan itu.
“Saya bernama Pito, menjabat sebagai Ketua OSIS dan visi saya adalah….”
Sebelum Pito melanjutkan pidato pemilihan ketua OSIS yang seabrek itu, Kirania menatapnya dan melanjutkan pidato Pito tapi versi Kirania
“Mengganggu para siswi, menyalahgunakan wewenang kekuasaan untuk mendekati para siswi dan misi saya adalah menjadi ketua OSIS terlebih dahulu” ujar Kirania dengan nada suara yang mengejek
Pito tersenyum sambil mengerutkan dahinya “Boleh juga pidatonya, kalo kamu nyalon jadi ketos waktu pemilihan, pasti kamu yang sekarang jadi ketos, para siswa jauh lebih suka pemberontak.”
Kirania hanya mendengus sambil memutar kedua bola matanya.
“Kamu mau aku mundur jadi ketos?” tanya Pito “aku enggak keberatan nih asal demi kebaikan sekolah, nggak papa, serius”
“Enggak, makasih” jawab Kirania judes meski sempat berusaha tersenyum sedikit.
Pito ngangguk-ngangguk seperti ini memang diskusi kenegaraan yang sudah menghasilkan sepakat penting. Dan dia langsung pergi seperti hasil musyawarah ini akan disampaikannya ke anggota yang lain.
“Gue sering lihat lo bareng Pito” ungkap Sela yang menyadari kunjungan singkat Pito tadi
“Enggak juga” jawab Kirania
“Meski seangkatan, Pito enggak pernah negur gue, dia juga cuek ke siswi yang lain loh… tapi kok ke lo kagak?”
“Entah lah, Sel”
“Pada ngota ya lo pada, ayo bantuin gue dukung sekolah kita” ajak Ayu tiba-tiba menarik Sela dan Kirania paling depan
“SIAPA KITAAA?” teriak Ayu keras
“WANITA CANTIIIKKK” teriak serentak pendukung yang sudah dilatih Ayu
“APA YANG KITA BISAA?”
“MENCINTAIII SEPENUH HATIII!”
“SIAPA YANG AKAN JADI PACAR KITAAA?”
“PARA ATLETTT, yeah” semuanya loncat tepuk tangan
Lalu siswi besutan Ayu ini mulai meneriaki nama-nama atlet basket termasuk Ivan dan Putra. Ditambah lagi embel-embel ‘aku suka kakak, kak, andai kakak tahu. Atau kutunggu dudamu kak, serius. Atau ngopi woy ngopii’
Teriakan yang pecah kemana-mana itu membuat perwakilan sekolah yang harusnya bersemangat setelah mendapat dukungan malah jadi linglung. Si Adit bahkan sampai jatuh kena smash bola voli karena ingin fokus mendengar segala ucapan dari bibir pendukung.
***
ceritanya lucu juga, di save ah, lumayan buat bacaan sebelum tidur :D
Comment on chapter Keputusan terberat