Read More >>"> snow black (Bumerang) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - snow black
MENU
About Us  

14

Jam keluar main. Satu jenis brosur yang berada di seantero sekolah membuktikan kemampuannya. Hampir seluruh siswi memandang Kirania dengan tidak ramah, bahkan ada yang pura-pura mau muntah ketika Kirania lewat.

Kirania tentu bisa melawan jika ada yang berani menyakitinya secara fisik, jangan lupa jika dia adalah anak seorang KOPASSUS. Tapi untuk terlibat adu mulut, itu malah akan buang-buang waktu saja, terhitung lebih dari separuh penghuni sekolah didominasi para siswi yang ingin diajak adu mulut.

Kirania berjalan memasuki kantin dengan sikap cueknya.

Kirania yang duduk sendiri akhirnya kembali ditemani Fadil selama jam istirahat.

***

Beberapa hari Kirania merasa asing dengan sekolahnya yang telah mau menampungnya satu setengah tahun dari pagi sampai sore. Seolah tempat itu jadi tak dikenal lagi oleh Kirania, seolah sekolah adalah tempat terasing yang tidak suka dengan Kirania.

Malam hari Kirania menelpon papanya, itu terhitung jam yang cukup larut bagi anak sekolah.

“Pa?”

“Anak papa yang cantik kok belum tidur”

Mata Kirania mulai meneteskan airmata tapi tanpa terisak supaya Papa nggak tahu.

“Kirania boleh bunuh orang?”

“Nggak boleh, itu nggak baik. Emang Kirania mau bunuh siapa?”

“Belum tahu”

“Jangan ya Nak. Membunuh orang itu sama kayak kemalingan. Nanti orang yang kamu bunuh bakal dapat semuaaa amalan baik kamu. Anak Papa yang baik jadi nggak punya apa-apa lagi. Bangkrut dong”

“Haha Papa kayak Akbar” sedih Kirania tiba-tiba lenyap

“Siapa Akbar”

“Tetangga depan rumah, orangnya agamis. Sering nasehati Kirania”

“Kamu mau bunuh dia?”

“Jangan Pa. Dia baik kok”

“Kalo ada yang jahatin kamu bilang Papa biar papa bunuh!”

“Nanti Papa bangkrut dong”

“Papa rela kehilangan semuanya buat kamu Nak. Papa sayang sama kamu lebih dari diri Papa sendiri, meski Papa jauh!”

“Iya, Pa”

“Sekarang kamu tidur ya, Nak,”

“Kirania sayang Papa”

“Juga harus sayang Mama”

“Eh, Pa, kok, aku telpon Mama nggak nyambung”

“Oh, Mamamu mungkin lagi ke daerah terpencil, biasanya daerah yang belum tersentuh listrik emang nggak bakal dapat sinyal. Papa rencananya mau ke daerah terpencil besok”

“Yahhh”

“Papa kan harus bertugas, Nak”

“Iya, sih.”

“Nah kamu baik-baik, kalo butuh sesuatu minta aja sama Bibi atau Akinom”

“Sipp”

***

Matahari sudah terbit tapi tidak bersinar karena tertutup awan mendung yang mendatangkan hujan.

Meski cuaca sedang dingin, Kirania malah terbangun lebih cepat dari biasanya. Ini karena tidurnya tidak nyenyak, juga gelisah. Bagaimana dia bisa tenang dengan semua masalah yang dihadapinya?

Untung dan rugi bagi Kirania memiliki Pak Akinom yang selalu datang kecepatan. Untungnya, dia tak harus menunggu lama untuk berangkat ke sekolah. Ruginya, dia akan sampai ke sekolah yang sedang tidak bersahabat dengannya, lebih cepat, huh.

Kirania berjalan berjinjit menutupi ubun-ubunnya dengan kedua telapak tangan. Sampai di koridor kelas dua, Kirania mengelap tangan dan lengan baju yang basah.

Pito baru keluar dari ruang OSIS. Kemarin dia lupa mengunci pintu, jadi dia datang pagi-pagi buta bahkan masih pakai baju bebas dan seragamnya ditaruh dalam tas yang dibungkus parasut untuk memastikan tidak ada yang hilang dari ruang yang menjadi tanggung jawabnya. Memerhatikan Kirania yang tampak lucu.

Byurrr

Satu ember penuh disiram ke Kirania, Kirania tidak mundur hanya memejamkan matanya tanda terkejut. Dan ketika mata itu membuka, sudah ada Putri dan Disti di depannya dan Distilah yang memegang ember.

“Gimana rasanya diguyur? Hahaha” tanya Disti pura-pura tidak tahu.

“Haha, air comberan itu bagi kami bauk, tapi, kelakuan kamu lebih bauk mangkanya muka kamu biasa aja”

Tatapan Kirania kosong seperti sudah tidak peduli lagi dengan perbuatan yang dilakukan kepadanya. Pito yang melihat itu dari jauh langsung tampak marah, tapi kondisi yang sedang hujan dan jarak yang cukup jauh dari Kirania menghambat kecepatan langkah Pito.

“Apa yang kakak-kakak lakuin ke kak Kirania?” tanya Fadil yang tak sengaja lewat dan mengambil posisi di samping Kirania. “Aku bakal kaduin ini ke guru BK

“Eh… jadi gini” Putri menarik Sela yang sejak tadi berdiri di belakangnya “Sela bilang Kirania ulangtahun, jadi kita mau ngasih kejutan aja. Kami nggak mau lempar Kirania pakai telor, nanti kepalanya sakit”

Meski bingung, Fadil percaya kata-kata Putri. Karena yang Fadil tahu, Sela memang teman dekat Kirania dan wajar baginya perayaan ulangtahun Kirania mendapat kejutan. Itu tanda peduli.

Ponsel Fadil berdering dan setelah membaca isi pesannya, Fadil menepuk bahu Kirania “Happy birthday ya, Kak” sambil menunjukkan giginya, Fadil langsung pergi meninggalkan Kirania bersama orang-orang yang mengaku sebagi teman Kirania ini.

Putri toast dengan Disti saat Fadil sudah benar-benar pergi.

Kirania menatap Sela yang berdiri pas di depannya lalu berusaha tersenyum meski sesendu langit pagi ini.

“Makasih ya Sel, kamu selalu yang pertama ingat daripada Ayu” ucapnya tulus.

Lalu Kirania memutar badan dan memutuskan pergi.

Kepala yang tadi berusaha ditutupinya supaya tidak basah, sekarang dibiarkan saja. Tangannya terkulai lemas dan kepalanya tertunduk.

Tidak ada lagi lari-larian dari hujan, Kirania juga sudah basah total karena seember air got yang disiram Disti tadi. Baju sebasah ini tak mungkin dipakai Kirania untuk belajar jadi memang lebih baik dia pulang.

Tinggal beberapa meter lagi untuk Pito sampai di tempat Kirania diguyur, baru Pito sadar jika Kirania sudah melangkah pergi dari sana.

Pito memutar badan dan mendapati Kirania berjalan di lapangan yang hujan dengan sangat pelan. Itu membuat Pito berbalik arah karena tujuannya hanya satu, Kirania.

Tanpa berpikir panjang, Pito mencopot bendera yang diikat pada kayu 2 meter di pintu ruang OSIS yang kembali dilewatinya dan berlari ke Kirania. Pito menyelimuti tubuh Kirania dengan bendera itu lalu mengikat ujung merah ke ujung merah satunya supaya tidak jatuh dari bahu Kirania.

Kirania hanya menatap Pito yang panik sebentar lalu kembali menunduk. Seolah tidak berjiwa, Kirania berhasil ditarik Pito sampai keparkiran dan berhasil naik ke motor Pito tanpa bantuan.

***

Hujan sudah reda ketika Kirania sampai di rumah. Bendera yang tadi menyelimutinya di bukanya perlahan lalu dikembalikannya ke Pito. Kirania turun dari motor dan melangkah perlahan menuju rumah.

“Aku suka sama kamu Kirania, aku sudah berusaha buat nggak tapi aku tetap suka kamu, Kirania!” teriak Pito yang berjarak tiga meter dari Kirania.

Kirania berbalik, tatapan matanya kosong dan gemetar “Sela suka sama kamu” suara Kirania terdengar pelan dan dalam.

“Aku nggak peduli!”

“Enteng banget kamu ngomong! Seolah perasaan Sela nggak ada artinya buat kamu.”

“Emang iya, kamu sampai marah begini karena kesal perasaan temanmu nggak aku hargai? Tapi orang yang kamu anggap teman itu malah mempermalukan kamu di depan orang lain!”

“Itu bukan urusan kamu”

“Sekarang kamu bisa ngomong, di sekolah diperlakukan segitunya, kamu cuma diam aja!”

“Kamu kasihan sama aku? Menurut kamu aku menyedihkan banget?”

“Aku sayang kamu Kirania, aku nggak mau kamu ngalamin hal buruk meski sedikit. Aku tahu kamu diam buat ngelindungi teman kamu yang berengsek itu!”

Mama Akbar mengintip dari jendela

“Tapi kamu nggak bisa nyembunyiin kebenarannya” lanjut Pito

“Jadi… apa kebenarannya?” tanya Kirania datar

“Kamu… suka dengan kak Ivan, bukan main-main”

Kirania menyengir geli lalu wajahnya kembali datar.

“Aku bakal telpon wali kelas untuk izin tidak masuk hari ini, kalo kamu mau balik ke sekolah, kamu harus berangkat sekarang.” Kirania memperingati sebelum masuk ke rumah tanpa mendengar respon Pito sama sekali.

***

Jam keluar main berbunyi. Tapi Pito tidak langsung ke kantin dan memilih untuk berdiri di depan kelasnya. Seperti dugaan Pito, yang ditunggu-tunggu datang juga.

Sela berjalan perlahan sendiri, menatap Pito malu-malu dan sedikit mengangguk menyapa. Ini sudah seperti rutinitas Sela sejak masuk SMA, meski biasanya Pito hanya mengabaikan saja tapi kali ini…

“Sela kan?” tanya Pito sambil tersenyum tipis.

“Ka-kamu tahu aku?” tanya Sela shock tidak menyangka jika pria yang dikaguminya ini tahu namanya.

“Teman Kirania kan?” Pito nyengir “Dia nggak masuk, keterangannya apa ya?”

“Oh.. Dia izin” jawab Sela lemas.

“Salam ya sama Kirania, bilang aku kangen hehehe” kata Pito sebelum memulai langkahnya ke kantin.

Sela terbelalak sampai terdiam tidak bisa bergerak.

***

Jam pulang sekolah. Sela berjalan menuju parkir, dia masih tidak bisa percaya jika Pito menunjukkan perasaannya ke Kirania seterbuka itu.

Kakinya gemetar dan helaan napasnya sangat lambat. Jika ada undian dengan hadiahnya mati, pasti Sela sudah membeli undian itu banyak-banyak supaya menang dan mati.

Ayu yang baru memasuki parkiran melihat Sela dari belakang. Ayu langsung menarik Sela sampai ke samping mobilnya dengan kasar.

“Eh gue diem karena lo teman gue ya! Tapi lo jangan lupa, selain lo, Kirania juga teman gue”

“Apaan sih Yu?”

“Nggak usah sok nanya, gue tahu ya tadi Kirania datang ke sekolah dan lo siram dia dengar air comberan! Coba lo mikir pakek otak lo itu ya, di hari ulangtahunnya lo kerjain dia pagi-pagi. Padahal lo tahu dia nggak bawak kendaraan ke sekolah dan sopirnya lemot banget kalo disuruh jemput!”

“Hahaha, bagus dong, lo akhirnya mau negur gue karena ini? Bagus dong dia basah-basah berdiri di pinggir jalan, sekalian aja jual diri…”

Ayu kalap dan langsung menampar Sela sampai Sela terjatuh ke mobil Ayu dan mungkin baret. Sela tidak biasanya ngomong selancang ini, mungkin faktor utama sampai Sela kelewat batas gini karena hatinya sedang kacau mengingat omongan Pito tadi.

“Mulut lo ya, jaga! Pas lo sakit dia yang inisiatif ngajak gue buat jenguk lo! Pas gue buru-buru pulang dia rela ditinggal supaya bisa bantu beresin rumah lo.”

“Maaf gue nggak terharu sama sekali”

“Karena cowok lo sampai begini? Jijik gue lihat lo, awas!” tarik Ayu menjauhkan Sela dari mobilnya. Ayu langsung masuk mobil dan sengaja menurunkan kaca mobilnya.

“Oh, buat lo tahu aja ya, supaya lo nggak kesenangan. Kirania nggak berdiri di pinggir jalan kayak yang lo harapin, Pito yang ngatarin dia pulang!” lanjut Ayu

Sela mematung sampai Ayu pergi. Sela tidak menyangka Pito yang mengantar Kirania pulang dan Pito masih bertanya alasan Kirania tidak masuk kepadanya, padahal Pito nggak pernah negur Sela dan hari ini sengaja negur cuma buat nanya hal yang sudah Pito tahu.

Untuk apa? Pito sengaja melakukan ini untuk menyakiti Sela.

“Pito…” lirih Sela pelan lalu terduduk menangis di dekat got.

Kucing menganggap jika ikan itu berharga, tapi bagi ulat itu tidak berarti apa-apa malah berbahaya. Sela menganggap perasaannya ke Pito sangat bernilai tinggi tapi bagi Pito perasaan Sela hanya seperti umpan basi.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (10)
  • DesyTioulina

    ceritanya lucu juga, di save ah, lumayan buat bacaan sebelum tidur :D

    Comment on chapter Keputusan terberat
  • dayana_putri

    @Ardhio_PrantokoπŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€

    Comment on chapter Keputusan terberat
  • Ardhio_Prantoko

    Aku ikutin ceritanya. Save dulu. Asik nih

    Comment on chapter Keputusan terberat
  • dayana_putri

    @Riyuni hahaha ....

    Comment on chapter Fakta VS cinta
  • Riyuni

    Aduhh.. yel-yelnya lucu banget. Hahaha

    Comment on chapter Fakta VS cinta
  • dayana_putri

    @YUYU makasihhhhh

    Comment on chapter Rahasia
  • YUYU

    Cerita persahabatannya bagus. ????

    Comment on chapter Rahasia
  • dayana_putri

    Akbar mah sama aku aja, insyaallah selamat dari snow black yang gelap

    Comment on chapter Fakta VS cinta
  • flower_flo

    Itu yah si pito manfaatin keadaan banget, tau baru putus langsung nembak dasar gak sabaran. Udah Kiran, sama Akbar aja, dijamin selamat dunia akhirat

    Comment on chapter Langkah maju
  • flower_flo

    sumpah yel yel penyemangatnya retjehh abis wkwk

    Comment on chapter Fakta VS cinta
Similar Tags
Gray Paper
3      3     0     
Short Story
Cinta pertama, cinta manis yang tak terlupakan. Tapi apa yang akan kamu lakukan jika cinta itu berlabuh pada orang yang tidak seharusnya? Akankah cinta itu kau simpan hingga ke liang lahat?
Melankolis
7      6     0     
Romance
"Aku lelah, aku menyerah. Biarkan semua berjalan seperti seharusnya, tanpa hembusan angin pengharapan." Faradillah. "Jalan ini masih terasa berat, terasa panjang. Tenangkan nafsu. Masalah akan berlalu, jalan perjuangan ini tak henti hentinya melelahkan, Percayalah, kan selalu ada kesejukan di saat gemuruh air hujan Jangan menyerah. Tekadmu kan mengubah kekhawatiranmu." ...
The Red Dress Girl
287      225     0     
Short Story
Halona, seorang gadis yang menganggap pesta dansa adalah segalanya, sampai pada saat yang ditunggu-tunggu... Ini cerita yang klise. sangat klise malahan.
An Hourglass from the Opus Kingdom
3      3     0     
Science Fiction
When a girl, rather accidentaly, met three dwarfs from the Opus Kingdom. What will happen next?
THE QUEEN OF ROBOT : ZEIT
7      3     0     
Science Fiction
Cling...Tar....' Sebuah pistol laser lurus menempak tepat diwajah sang Ratu, membuat separuh bagian tengkorak kepala yang terbuat dari besi dan metal terlihat dengan jelas. Zeit meluruskan kepalanya dan bibirnya tercengir sinis, "Apa yang kau lakukan Zack?" tukasnya menantang. Partikel nano kembali beterbangan menutup lubang bekas tembakan yang mengenai wajahnya. "Kau lihat ...
PALSU
4      4     0     
Short Story
Fake! Kira-kira kayak apa sih kepalsuan yang aku hadapi? Ehh, salah deng! Bukan aku yang menghadapi, tapi dia. Hehe... Seorang kekasih yang tak sadar akan hal itu.
Tuan Landak dan Nona Kura-Kura
32      9     0     
Romance
Frans Putra Mandala, terancam menjadi single seumur hidupnya! Menjadi pria tampan dan mapan tidak menjamin kisah percintaan yang sukses! Frans contohnya, pria itu harus rela ditinggal kabur oleh pengantinnya di hari pernikahannya! Lalu, tiba-tiba muncul seorang bocah polos yang mengatakan bahwa Frans terkena kutukan! Bagaimana Frans yang tidak percaya hal mistis akan mematahkan kutukan it...
Anderpati Tresna
12      4     0     
Fantasy
Aku dan kamu apakah benar sudah ditakdirkan sedari dulu?
Istri Siaga Vs Suami Siaga
5      5     0     
Short Story
Kala itu sedang musim panas. Ketika pak su tiba-tiba berkeinginan untuk mengajak istri dan anaknya ke Waterpark. Biasanya boro-boro mau ke Waterpark. β€œEnakan ke sungai ajalah, Bun! Lebih alami, dan renang pun bisa banyak gaya, mau gaya batu sampai gaya katak, bisa langsung ada contoh bendanya! Hehe!” timpal pak su sembari tersenyum nakal ketika aku yang minta berenang.
Belahan Jiwa
3      3     0     
Short Story
Sebelum kamu bertanya tentang cinta padaku, tanyakan pada hatimu \"Sejauh mana aku memahami cinta?\"