18
UAN kelas tiga membuat adik-adik kelasnya harus diliburkan. Dan karena itu Kirania menghubungi orangtuanya meminta izin menginap di rumah Ayu bersama Sela.
Awalnya Sela dan Ayu ingin menginap di rumah Kirania tapi dilarang Kirania, karena tetangganya si Akbar sedang UAN dan itu berarti tidak boleh ada keributan, sedangkan mereka semua berencana untuk menonton banyak film drama, karaoke dan pesta piyama. Hal yang jika dilakukan para wanita seusia mereka akan membuat gaduh seisi kompleks.
“Wah, pasti seru” kata Papa Kirania di telpon
“Hehe… boleh ya Pa?”
“Iya, bersenang-senanglah cantik”
Lampu hijau, Kirania langsung mengemas kopernya, dan tak lama Sela menjemput, berangkat ke rumah Ayu!
“Kita beli cemilan dulu?” tanya Kirania
“Nanti aja bareng Ayu” ucap Sela.
Kirania mengangguk.
Sampai di rumah Ayu, Kirania dan Sela disambut dengan sangat sunyi. Yep, rumah Ayu sepi sekali.
“Mama Papa kerja, pulang minggu depan, yang lain gue liburin supaya kita bisa bebas” Ayu menunjukkan jempolnya.
Sela kegirangan dan langsung memeluk tas ransel yang berisi kaset-kaset drama dengan sangat kencang.
“Apa yang bakal kita lakuin duluan?” tanya Kirania.
“KULKASS!” teriak Ayu
“Junkfood i’m coming” lanjut Ayu.
Memang di rumah Ayu rata-rata makanannya adalah makanan cepat saji, sepertinya Ayu mengumpulkan semuanya supaya tidak repot.
“Gue hidupin kasetnya ya!” teriak Sela
“Tunggu… tunggu” kata Kirania membawa ciki-ciki yang diambilnya dari kulkas Ayu “Yu, cepatan, mulai nih!”
Ayu tertengkot-tengkot karena terburu-buru sampai tertendang meja “Jus jeruknya kita minum langsung dari botol aja deh, gue nggak mau lagi balik ke dapur ambil gelas”
“Okee” jawab Kirania
“Satu… dua… tiga…!”
Zrettt
“Wah mati lampu… gue lupa hari nih giliran komplek gue” kata Ayu dengan nada datar.
“Arrgghh... kok lo nggak bilang sih!” teriak Sela melempar Ayu dengan bantal.
“Eh, kena gue” kata Kirania.
Dan mereka jadinya perang bantal di kegelapan.
***
“Gue nggak tahan lagi!” kata Kirania
“Jam berapa sih lampunya bakalan hidup?” tanya Sela
“Siang” jawab Ayu datar.
Kirania memandangi jam dinding yang sudah menunjukkan jam setengah sembilan pagi.
“Yaudah berangkat!” tegas Sela
“Kemana?” tanya Ayu
“Ke rumah gue lah, mandi, kita nggak bisa tunggu sampe siang, di sebuah rumah yang airnya nggak idup!”
Kirania mengangguk,
“Oke, gue ikut, tapi nanti ke sini lagi kan?” tanya Ayu polos
Sela mengangguk.
Sampai di rumah Sela, bisa saja, Kirania yang duluan ke kamar mandi. Karena Sela reuni dulu dengan ranjangnya dan Ayu ketiduran dan ditinggal di mobil.
Kirania selesai mandi, wangi dan bahagia. Ayu menggerutu menaiki tangga.
“Tega banget kalian, gue ketiduran di mobil dibiarin aja. Apa gunanya kalian nonton banyak film romantis?” cerca Ayu
“Yeh, kita mana kuat ngangkat lo kali” pembelaan Sela yang lagi duduk di ranjangnya.
Ayu cembetut dan ikut duduk di samping Sela. “Gue laper” Ayu menatap Kirania
“Percuma lo lihatin dia, di rumah gue juga nggak ada bahan masakan” kata Sela
“Yaudah beliin gue apa kek, laper nih” protes Ayu
“Beli nasi uduk aja ada di depan” solusi Sela
Ayu mengangguk menatap Kirania diikuti Sela.
“Ya ampun kalian berdua pada bisa bawa mobil, malah nyuruh aku yang cari makan”
“Lo kan udah mandi” tunjuk Ayu
“Dekat kok” kata Sela
Kirania menghela napas pelan.
***
Kirania memesan tiga nasi uduk dan penjualnya meminta Kirania untuk menunggu sebentar.
“Oke” kata Kirania
Satu kantong plastik berisi tiga bungkus nasi uduk itu diberikan ke Kirania dengan balasan Kirania harus membayar tiga puluh ribu rupiah.
“Makasih” kata penjualnya.
Kirania tersenyum dan berniat meninggalkan warung jika saja tangannya tak ditahan.
“Reza?” muka Kirania panik, tentu saja terakhir pertemuannya dan Reza tak berjalan baik.
“Maaf, ya, Kirania, soal kemarin”
“Nggak papa”
“Ikut aku Kirania,”
“Nggak”
“Ikut aja”
“Kamu ini kenapa sih? Jangan maksa” Kirania menghempas tangan Reza, seolah ketakutan, Kirania berjalan cepat.
“Kamu nggak bisa diomongi baik-baik ya!” maki Reza mencegat jalan Kirania
“Kamu itu siapa? Ngatur-ngatur… dasar aneh. . kasar”
Plakkk
Satu tamparan mendarat di pipi Kirania, ini pertama kali Kirania ditampar seumur hidupnya, wajar jika Kirania mematung dan terkejut.
“Sok kecantikkan banget lo.. Yang kayak lo banyak… jangan pikir cuma lo aja cewek di dunia ini!”
“Yaudah cari yang lain! Jangan aku!” maki Kirania
Reza mendorong Kirania sampai terjatuh. Reza mengepalkan tinjunya.
“Brengsek!” teriak Pito yang berlari dari seberang jalan. Menahan tinju Reza.
Akbar yang tidak mengetahui apa-apa, langsung berlari kencang mendekati Kirania.
Tas berisi baju tambahan yang diminta Kirania semalam untuk diantarkan, masih menggantung di motornya.
"Kirania?" tegur Akbar tanpa menoleh, masih dalam modus pertahanan
Kirania hanya terisak
Reza yang baru saja menendang Pito sampai terjatuh terlihat semakin kalap, mendekati Kirania dan berusaha menendang, Ditangkis Akbar cepat.
Akbar menarik Reza menjauh, tinjuan Akbar tak tentu arah. Pito mendekat, menarik Akbar yang sudah tak terkontrol.
'Astagfirullah' batin Akbar memandangi tangannya.
Terjadi perkelahian sengit tapi Kirania tidak melihat dan hanya menangis sambil memeluk lututnya.
Pito berhasil membuat Reza angkat kaki setelah memukul perut dan punggung Reza beberapa kali lagi
“Kirania? Udah nggak papa, dia udah pergi” suara Pito lembut
Kirania menatap wajah Pito yang menyisahkan balu di ujung bibir. Pito menarik Kirania supaya Kirania berdiri. Kirania makin menangis tersedu-sedu memeluk Pito.
“Kamu kemana aja? Lama banget..” isak Kirania
“Nggak papa… dia udah pergi” suara Pito menenangkan, ‘Kirania nunggu aku?’ pikir Pito.
Akbar masih berusaha memadamkan emosinya.
"Kirania?" tegur Akbar
Kirania masih menangis menghadap Pito.
Pito menatap Akbar sambil menggeleng. Sepertinya Kirania belum bisa diajak bicara.
"Gue duluan ya?" pamit Akbar
Pito mengangguk.
Tak lama setelah Akbar pergi.
Ayu dan Sela yang sepakat mencari Kirania karena khawatir temannya tidak pulang-pulang akhirnya menemukan Kirania. Yang dicari-cari sedang terduduk menangis di sebelah Pito.
“Sel? Lo.. Itu” Ayu berusaha mengalihkan perhatian Sela.
Sela langsung membuka pintu dan berjalan cepat ke arah Kirania dan Pito.
“Sela” Kirania terkejut dan langsung berdiri menyisahkan airmata di pipi yang belum kering.
“Lo kenapa? Nggak kenapa-kenapa kan?” tanya Sela memeriksa tubuh Kirania “kenapa telapak tangan lo berdarah?”
Kirania langsung menangis kencang memeluk Sela.
Ayu melihat Pito sinis.
“Gue tadi lewat sini, ada cowok yang kasar ke Kirania” kata Pito “Kirania butuh istirahat,Yu,” Pito memandangi Kirania yang tampak masih sangat sedih dan ketakutan.
“Yaudah, Sel, ayoo bawa Kirania ke mobil. Kita langsung ke rumah gue” kata Ayu meninggalkan Pito
“Sel?” panggil Pito
“Ha? Iya?”
“Jaga Kirania ya, maaf soal..”
“Iya, nggak papa” potong Sela kembali menggiring Kirania masuk ke mobil.
Di rumah Ayu, setelah membersihkan luka Kirania, Sela berusaha mengalihkan pikiran Kirania dengan memutar film drama yang ingin di tontonnya semalam. Siapa sangka Kirania bisa terhanyut dan tertawa juga? Hanya sahabat yang mengetahui sahabatnya.
***
Malam hari, Kirania sudah tenang setelah dicekoki banyak film drama. Sekarang Ayu, Sela dan Kirania bahkan bisa berbaring dengan masker wajah untuk menyegarkan kulit muka yang dari tadi tegang karena beberapa adegan.
“Gue tahu nggak ada dari kalian yang mau bahas ini, soal Pito...” kata Sela.
“Pito tadi anu… itu… gue juga nggak tahu” Kirania gaguk
“Kirania, sebenarnya gue nggak masalah lagi kalo lo sama Pito. Gue udah pupus harapan sama dia, gue nggak bisa numbuhin perasaan orang ke gue.” kata Sela, “Lagian di luar sana banyak kok cowok lain,”
“Pinterrr” jempol Ayu terangkat
“Lo bisa cerita semuanya ke kita Kirania, lo tadi kenapa? Pito tadi kok bisa sama lo?”
“Cowok yang jadi vokalis band keys itu namanya Reza, yang tampil sebagai band tamu di pensi sekolah kita” terang Kirania
“Resiko orang cantik!” teriak Ayu dan Sela bareng
Kirania mengangguk “Gue ketemu dia pertama kali di sekolah pas O2SN trus anaknya ambisius, dia nunggu gue di pagar minta nomor, gue ngeles gitu bilang kalo ketemu tiga kali lagi gue kasih”
“Trus?” Ayu mulai kepo
“Awalnya gue rasa dia baik, kami ketemu lagi pas gue pulang dari rumah lo Sel. Dia bilang dia tinggal di komplek rumah lo juga.”
“Pantasan wajahnya nggak asing, bener kan dugaan gue” angguk Sela
“Ya, trus ketemu di dalam gedung pensi dan di parkiran pensi, dia ngajak pulang bareng karena gue kepepet nggak ada temen pulang ya gue akhirnya ikut dan sesuai janji gue kasih nomor ke dia”
“Tapi lama-lama aneh, dia ngirim pesan tiap malam. Trus tiba-tiba di depan pagar sekolah, waktu itu kita lagi nggak teguran dan Pito ngajak pulang bareng jadi gue ikut sama si Reza ini supaya lo nggak tambah marah Sel” lanjut Kirania
“Nah anehnya dimana?” tanya Ayu
“Dia jadi maksa kalo gue nolak pulang bareng, ngajak jalan juga tapi nggak ngasih tahu dulu mau kemana. Sampai narik-narik… tadi dia nampar gue lagi… juga dorong bahkan mau ninju, untung si Pito datang”
“Parah banget tetangga lo Sel” kritik Ayu
“Susah banget ya jadi cewek cantik” ujar Sela
“Apa susahnya? Pas kita nggak teguran, Kirania duduk di kantin bareng Kak Ivan… cieee” ejek Ayu
“Apaan sih? Gue sama Kak Ivan cuma teman sekarang”
“Kalo temenen sama mantan itu tanda awal ciri psikopat lo” Ayu memperingati
“Iya? nanti kalo udah jadi psikopat beneran, lo dulu yang gue datangi” Kirania menakut-nakuti
“Lo suka sama Pito ya?” tanya Sela
“Eh gue ke kamar mandi dulu ya?” izin Ayu, langsung ditarik Kirania Ayu yang ingin kabur dari pembicaraan ini
“Gue nggk masalah serius, kayaknya sekarang gue sukanya sama Fadil deh” ucap Sela malu
“Brondong ih” ledek Ayu
"Serius nggak papa Sel?" tanya Kirania
"Kadang hati itu kayak bonsai harus dipatahin dulu biar tambah bagus, hati gue udah pernah patah dan gue yakin sekarang udah jauh lebih bagus." seru Sela
“Iya gue suka sama Pito, Sel, maaf” kalimat Kirania terasa berat
“Nggak papa, asal lo mau jadi mak comblang gue sama Fadil” tawar Sela
“Gampang!” teriak Kirania
“Gue nggak ikutan deh ya” Ayu angkat tangan
“Gimana lo dengan Kak Putra?” tanya Sela
Ayu diam dan mematung “Hambar” katanya
***
Pito mampir ke apotek untuk menebus obat FLU adiknya dan membeli hansaplast, bagaimanapun sebagai anak sekolahan, memiliki memar di wajah bukanlah hal baik apalagi bagi Pito yang paling malas menjelaskan.
Sudah malam begini, Pito masih duduk di bangku tunggu karena masih banyak orang yang sedang menebus obat.
“Thanks ya Za, traktirannya, sering-sering lo, kalah taruhan gini” kata beberapa laki-laki merangkul Reza sebelum pergi.
Pito yang masih ingat kejadian tadi siang langsung mendatangi Reza yang masih berdiri di parkiran kafe sebelah apotek.
“Lo jadiin Kirania taruhan? Jadi karena lo nggak berhasil bawak Kirania mangkanya lo kalah!” cerca Pito meraih kerah baju Reza
Tatapan Reza kosong “Gimana Kirania?”
“Jangan tanya seolah lo peduli!” Pito menghempas Reza
“Gue nggak jadiin Kirania taruhan, gue traktir kawan gue karena taruhan bola”
“Jangan ganggu Kirania lagi!”
“Dia baik-baik aja kan?”
Pito putar badan
“Adik gue meninggal, matanya mirip banget dengan Kirania, gue cuman mau lihatin Kirania ke nyokap gue yang kangen banget sama adik gue”
“Itu nggak bisa jadi alasan buat lo nyakitin Kirania”
“Gue baru sadar, gue sayang banget dengan Kirania” ucapan Reza sangat dalam “tapi gue nggak pantas sama dia”
“Lo lebih buruk dari sekedar nggak pantas!”
“Jaga Kirania, ya?”
Apoteker memanggil nomor urut Pito dan Pito meninggalkan Reza begitu saja.
“Sampein maaf gue ke Kirania”
Pito tetap tak menggubris meski mendengar. Pito masih sangat kesal dan menjauhi Reza adalah hal baik baginya. Tapi tentu jika bertemu Kirania nanti, Pito akan menyampaikan pesan Reza, itu pasti akan sangat berarti untuk Kirania.
***
Setelah libur karena UAN kelas dua belas berakhir, giliran anak kelas sebelas dan sepuluh mengikat tali kepala kencang-kencang. Ujian kenaikan kelas, remedial dan remedial mulai membuat pusing.
Tapi Kirania, Ayu dan Sela melewati itu dengan riang. Setidaknya mereka punya satu sama lain, tidak masalah ujian sesulit apapun jika dilewati bersama (maksudnya mereka contek-contekan, dasar!).
Liburan kenaikan kelas dilalui Kirania bersama Mama dan Papanya yang sangat ia rindukan, mereka liburan bersama ke tempat yang memberi Kirania banyak pengalaman penting terutama mengenal lebih jauh pekerjaan Papa dan Mamanya yang sangat keren.
Dan ketika hari pertama di kelas tiga, Kirania datang ke sekolah bersama Pito.
“Udah jadian?” tanya Sela bisik-bisik
Kirania mengangguk berkali-kali dengan senyum lebar. Lalu Ayu merangkul Kirania dan Sela.
“Udah nanti aja ceritanya, sekarang kita ke kelas. Sudah kelas dua belas! Saatnya menguasai kamar mandi sekolah!” Ayu antusias
“Hahaha”
“Cita-cita keren dikit kek Yu, penjahat aja pengen jadi penguasa dunia, lo pengen jadi penguasa kamar mandi sekolah” gerutu Sela
“Hahaha”
“Ini yang udah jadian ketawa aja” cagil Ayu
“Hehehe”
***
ceritanya lucu juga, di save ah, lumayan buat bacaan sebelum tidur :D
Comment on chapter Keputusan terberat