Read More >>"> Loneliness (12 : Mall) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Loneliness
MENU
About Us  

       “Bagaimana? Bagus, kan?” Tanya Zeze setelah keluar dari kamar ganti.

       “Tidak!” Seru Ila dan Silvi kompak.

       “Untuk apa kau tanya? Yang kau pakai hanya kaos biasa.” Jelas Silvi tanpa melihat Zeze. Dia sibuk memilih cardigan.

       “Sebenarnya, tanpa perlu ditanya kau tahu sendiri jawabannya. Penampilanmu tidak akan berubah hanya dengan sepotong kaos” Kata Ila dengan tatapan mengejek.

       Percuma menceramahi atau mengejek Zeze. Sebab itu tidak akan mengubah keputusannya membeli selusin kaos yang katanya akan dia gunakan saat berlibur di Jepang.

       “Ini. Bagus! Sebaiknya kau beli ini, untuk dipakai di Jepang.” Ila menunjukan sebuat coat cantik berwarna merah muda.

       “Tidak perlu! Aku punya dua di rumah.” tolak Zeze memandangi coat tersebut ngeri.“Selesai ini, kita makan.”

 

                                                                                                               

 

       Tiga jam kemudian, mereka baru meninggalkan department store dengan berbagai macam belanjaan. Sejak tiga jam lalu pula, Zeze merasa seperti berada dalam neraka. Dia hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk membeli selusin kaos dan dua pasang sepatu kets. Sementara kedua temannya membutuhkan waktu berjam-jam hanya untuk membeli sebuah cardigan, coat, serta dua pasang sepatu.

       “Ini terakhir kalinya, aku berbelanja bersama kalian!” Tegas Zeze berlalu meninggalkan Ila dan Silvi dibelakang. Kedua temannya masih sibuk membahas beberapa dress yang mereka lihat di department store tadi.

        Dia berjalan mendekati eskalator untuk turun ke lantai tiga dan langsung masuk ke sebuah restouran Jepang bergaya minimalis modern.

       “Kenapa disini?” Protes Ila.

       “Aku yang traktir!” Sahut Zeze menjawab protesnya Ila.“Stop! Jangan protes lagi! Kalian pasti tahu, betapa muaknya aku menunggu kalian tadi. Sekarang gilirianku!” Lanjutnya ketika melihat Ila akan protes lagi.

       “Sudahlah. Ayo, duduk saja! Jarang-jarang Zeze traktir kita. Kau bisa makan ramen. Kata Tora, ramen disini sangat enak.” Silvi menengahi.

       “Oh, pantas!” Sahut Ila tersenyum jail pada Zeze.”Aku pesan ramen saja!”

       “Kau pesan apa? Cepat! Jangan terlalu banyak pilih-pilih.” Tanya Zeze ketus pada Silvi yang sibuk membolak-balikan daftar menu. Dia bete karena Ila mengejeknya.

       “Aku bingung. Apa ramennya enak, seperti yang dikatakan Tora?” Tanya Silvi polos.

       “Kau tidak pernah makan masakan Jepang? Kalian berdua benar-benar kuno sekali.” Jawab Zeze mengejek sambil tertawa kecil.”Ah, kenapa, lah, aku bisa memiliki teman seperti kalian? Benar-benar kuno!”

       Ila dan Silvi menatap Zeze datar. Antara sebal dan malu, karena dilihat oleh beberapa pengunjung yang duduk di dekat mereka.

       “Kau suka dan mengenal makanan ini, hanya karena orang tua mu. Jika tidak, aku yakin, pasti akan terasa aneh di lidahmu. Sama seperti kami” jawab Ila datar. Jelas itu adalah alasan utamanya. Karena orang tua Zeze tinggal di Jepang. Jadi, setiap pergi mengunjungi orang tuanya, mau tak mau dia harus makan masakan Jepang. Awalnya memang aneh, lama-kelamaan menjadi biasa. Memang seperti itu, kan? Berawal dari kebiasaan meskipun tidak suka.

       “Karena masakan Indonesia sangat enak, jadi kami enggan makan masakan negara lain. Kau pasti tidak tahu, kalau rendang adalah makanan paling enak didunia. Nomor satu!” Kata Silvi bijak. Menunjukan satu jarinya ke wajah Zeze.

       Ila yang mendengarnya langsung tersedak saat minum air mineral. Tumben sekali Silvi bijak seperti tadi. 

       “Terserah kalian mau bilang apa? Yang aku tahu, kalian berdua kuno.” Jawab Zeze enteng. Dia lalu menyebutkan semua pesananya kepada waiters yang sejak tadi menunggu dan mendengar perbincangan mereka.

 

                                                                                            

 

       “Kita liburan masing-masing.” Seru Zeze setelah selesai makan.

       Sebenarnya liburan ke Bali adalah idenya Tora. Dia tahu, kalau dia yang mengajak Silvi dan Ila pasti tidak akan berhasil. Sebab, sebelumnya dia sudah mendengar, jika Silvi dan Ila akan liburan masing-masing. Jadi, dia menyuruh Zeze untuk mengajak mereka. Karena kalau Zeze mengajak, mereka pasti akan ikut. Seperti kebiasaan sebelumnya, ajakan Zeze tidak bisa ditolak. Karena anak itu begitu keras kepala. Tetapi, Zeze sendiri sebenarnya sudah punya rencana akan liburan ke Jepang, tetapi dia terlalu segan untuk menolak ajakan Tora.

       “Jadi Tora mengalah?” Tanya Silvi gembira.

       Zeze langsung mengangukkan kepalanya cepat.”Bagaimana aktingku tadi? Keren, kan?”

       “Tidak ada bedanya. Karena itu memang sifatmu.” Jawab Ila cepat.

       “Tidak bisakah kau memujiku sekali saja?” Ujar Zeze sewot sambil menatap Ila yang masih sibuk dengan ramennya.   

       “Aku tidak bisa berakting seperti Silvi yang akan mengatakan itu semua. Aku ini adalah manusia yang jujur.”

       “Jujur.” Ucap Zeze tertawa geli.

       “Jadi, kau anggap aku selalu berakting?” Kata Silvi sebal. Menurutnya, dia hanya bersikap sesuai kondisi dan tidak pernah berlebihan, sampai harus berakting segala.

       “Wah, kalian habis berbelanja, ya?” Sapa seorang pria.

       Mendengar suaranya langsung membuat Silvi dan Zeze ingin cepat-cepat meninggalkan tempat itu.

       “Kalian hanya bertiga? Mana yang lainnya?” Sapa Ila ramah.

       “Mereka ada urusan masing-masing.” Jawab Fikar.”Kalian sudah selesai?”

      “Belum.” Jawab Ila melirik ke arah ramennya.

        Zeze yang tadinya berniat untuk berdiri, jadi mengurungkan niatnya. Karena jawaban Ila barusan.

       “Aku rasa ini sangat cocok untukmu.” Seru Fikar tersenyum manis sambil meletakan sebuah brosur diatas meja.

       “Ini memang sangat cocok untuknya. Dari mana kau mendapatkannya?” Sambar Silvi cepat saat melihat tulisan di brosur itu.”Kau tahu dimana lokasinya?” Tanyanya sangat bersemangat.

       Zeze langsung melotot melihat kekompakkan antara Silvi dan Fikar.”Kalian pikir, aku tidak beretika, sampai-sampai kalian menyuruhku untuk sekolah etika. Benar-benar menyebalkan. Lebih baik aku pulang.”

       Zeze langsung bergerak cepat, berdiri, lalu mengambil belanjaanya, dan berjalan kekasir untuk membayar pesanannya tadi. Dia tidak perduli dengan Silvi ataupun Ila yang memanggilnya.

        “Tumben dia begitu?” Ujar Fikar takjub. Sebab, tidak pernah dia melihat Zeze ngambek seperti tadi. Dia terus memandang kepergian Zeze hingga sosoknya tak lagi terlihat.

        “Yahhh, aku ditinggal sendirian.” Keluh Silvi yang juga menatap kepergian Zeze.

        “Sendirian bagaimana? Masih ada aku disini.” Sahut Ila melirik Silvi .

       “Tapi, rumah kita tidak searah.” Jelas Silvi polos.

       “Tenang! Ada Arson disini.” Fikar menepuk pundak Arson yang duduk disebelah Silvi.”Dia yang akan mengantarmu, selamat sampai rumah. Ya, kan.” Fikar menatap Arson dengan tatapan jail.

       “Apa, sih?” kata Silvi melirik Fikar dengan sebal. Karena cowok satu itu suka sekali menganggunya dan Arson.

       “Aku hanya memberikan solusi.” Jelas Fikar dengan senyuman mautnya.

       “Kira-kira Zeze jadi atau tidak traktir kita, ya?” Tanya Silvi pada Ila yang duduk berhadapan dengannya.

       “Aku yang akan traktir kalian. Tapi, kalian tetap disini sampai urusan kami selesai.” Jawab Fikar cepat.

       “Aku masih punya uang untuk membayarnya.” Ujar Silvi semakin sebal dengan tingkah Fikar.”Bisa tidak, kau cari meja lain? Kau—“

       “Tidak!” Fikar langsung menjawabnya, padahal Silvi belum selesai berbicara.

       “Anggap saja dia tidak ada. Hari ini dia memang sedikit menyebalkan. Ah, tidak. setiap saat dia memang selalu begini.” Kata Joe tenang.

       “Aku pulang duluan, ya.” Ujar Silvi pada Ila secara mendadak setelah membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.

       “Kenapa buru-buru?” Tanya Fikar yang langsung duduk tegak.

       “Mau belajar.” Jawab Silvi asal. Dia segera merapikan tasnya dan membawa seluruh belanjaannya. Sebelum keluar restoran, Silvi menghampiri kasir untuk membayar pesanannya, tapi sudah dibayar oleh Zeze.

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (15)
  • SusanSwansh

    Nice.

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • Riyuni

    @yurriansan terima kasih kak, sudah mampir.
    sebenarnya ini young adult :D

  • yurriansan

    Romansa remaja. Keep writing ya.
    Dan aku tggu juga krisanmu d critaku :D

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • Riyuni

    @rara_el_hasan terima kasih kakak untuk semangatnya.

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • rara_el_hasan

    semangat kakak .. dtunggu up selanjutnya

    Comment on chapter 1 : Rencana
Similar Tags
Reminisensi Senja Milik Aziza
12      8     0     
Romance
Ketika cinta yang diharapkan Aziza datang menyapa, ternyata bukan hanya bahagia saja yang mengiringinya. Melainkan ada sedih di baliknya, air mata di sela tawanya. Lantas, berada di antara dua rasa itu, akankah Aziza bertahan menikmati cintanya di penghujung senja? Atau memutuskan untuk mencari cinta di senja yang lainnya?
Altitude : 2.958 AMSL
3      3     0     
Short Story
Seseorang pernah berkata padanya bahwa ketinggian adalah tempat terbaik untuk jatuh cinta. Namun, berhati-hatilah. Ketinggian juga suka bercanda.
Tiba Tiba Cinta Datang
3      3     0     
Short Story
Cerita tersebut menceritakan tentang seorang lelaki yang jatuh cinta pada seorang gadis manis yang suka pada bunga mawar. Lelaki itu banyak belajar tentang cinta dan segala hal dari gadis dan bunga mawar
Kuncup Hati
423      308     4     
Short Story
Darian Tristan telah menyakiti Dalicia Rasty sewaktu di sekolah menengah atas. Perasaan bersalah terus menghantui Darian hingga saat ini. Dibutuhkan keberanian tinggi untuk menemui Dalicia. Darian harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Ia harus mengungkapkan perasaan sesungguhnya kepada Dalicia.
Perahu Waktu
3      3     0     
Short Story
Ketika waktu mengajari tentang bagaimana hidup diantara kubangan sebuah rindu. Maka perahu kehidupanku akan mengajari akan sabar untuk menghempas sebuah kata yang bernama rindu
Tinta Buku Tebal Riri
3      3     0     
Short Story
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila ada kesamaan kejadian, nama dan tempat hanyalah kebetulan semata. NB : picture from Pixabay.com
Aku. Kamu. Waktu
41      16     0     
Romance
Aku adalah perempuan yang tidak diperkenankan untuk hidup oleh orang lain. Aku adalah perempuan yang berdosa hanya karena jatuh cinta. Aku adalah perempuan ketiga dari kisah cinta yang bukan sesungguhnya
Soulless...
16      7     0     
Romance
Apa cintamu datang di saat yang tepat? Pada orang yang tepat? Aku masih sangat, sangat muda waktu aku mengenal yang namanya cinta. Aku masih lembaran kertas putih, Seragamku masih putih abu-abu, dan perlahan, hatiku yang mulanya berwarna putih itu kini juga berubah menjadi abu-abu. Penuh ketidakpastian, penuh pertanyaan tanpa jawaban, keraguan, membuatku berundi pada permainan jetcoaster, ...
DarkLove 2
12      5     0     
Romance
DarkLove 2 adalah lanjutan dari kisah cinta yang belum usai antara Clara Pamela, Rain Wijaya, dan Jaenn Wijaya. Kisah cinta yang semakin rumit, membuat para pembaca DarkLove 1 tidak sabar untuk menunggu kedatangan Novel DarkLove 2. Jika dalam DarkLove 1 Clara menjadi milik Rain, apakah pada DarkLove 2 akan tetap sama? atau akan berubah? Simak kelanjutannya disini!!!
Remember
5      5     0     
Fan Fiction
Sehun tidak mengerti kenapa Luhan bisa tidak mengenalinya setelah delapan tahun keduanya berpisah. "Maaf, tapi aku memang tidak mengenalmu."-Luhan "Apa dia mengalami amnesia?"-Kai "Siapa kau sebenarnya, hah!"-Sehun "Maafkan aku ...." -Luhan Apa yang terjadi pada Luhan? Kenapa dia bisa melupakan Sehun?