“Lama tidak bertemu, Tora. Apa kabar?” Sapa Leo yang langsung mengulurkan tangannya.
“Baik! Kau apa kabar? Sepertinya kita tidak pernah lagi bertemu setelah acara wisuda!” Tora langsung menyambut uluran tangan Leo sebagai teman lama.
“Ya, sudah cukup lama kita tidak bertemu. Kemana semua teman-temanmu?”
Tora menangkap gelagat yang berbeda ketika Leo menanyakan teman-temannya. Itu bukan sekedar basa-basi, namun di tunjukan untuk salah satu seorang yang pernah dekat dengannya.
“Kau tidak bisa menemukannya di tempat ini?” Tanya Tora yang mengundang penasaran Leo.”Aku juga. Sepertinya dia tidak hadir. Dia tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi dengannya.”
Leo menatap Tora tidak percaya. Setahunya, benteng Silvi adalah Tora. Karena hal tersebut, tidak seorang pun berani mengusik Silvi, kecuali orang-orang tertentu. Meski Silvi sering membantah dan beradu pendapat dengan Tora. Namun, dia akan selalu maju didepan untuk Silvi dalam keadaan apapun. Menurutnya, Tora sudah seperti kakak laki-laki Silvi.
Ketika masa kuliah, Tora merupakan seorang atlet karate di kampus. Dia sering memenangkan kejuaran antar kampus, daerah, nasional, bahkan internasional. Jadi, tidak heran jika dia menjadi benteng pertahanan untuk Ila, Zeze, ataupun Silvi. Namun, satu hal yang banyak dipertanyakan semua orang tentang dirinya, mengapa teman dekatnya semua wanita?
“Apapun yang terjadi padanya, aku harap dia baik-baik saja.” Ungkap Tora datar, dan masih belum bisa dipercaya oleh Leo.
Tora pamit meninggalkan Leo, dia melangkah menuju dimana Zeze dan Ila berada. Di antara kerumunan Fikar dan Olan. Satu persatu teman-teman Leo juga bergabung dengan mereka termasuk Fani, dia tampak berkenalan dengan Tora, Ila, dan Zeze. Namun, diantara mereka sepertinya ada yang kurang. Teman-temannya tidak lengkap. Hazen. Sejak tadi tidak terlihat oleh Leo. Apa yang sedang disibukannya hingga selalu menghilang.
Akhirnya, Leo ikut bergabung dengan kerumunan tersebut. Dan langsung bertanya perihal keberadaan Hazen.
“Dimana Hazen?” Tanyanya begitu mendekat.
“Sepertinya dia sibuk mengurus acara ini.” Jawab Rona dengan tatapan mengarah pada pintu masuk ballroom.
“Sedang apa dia disitu?” Ujar Leo keheranan.
Leo melihat Hazen seperti orang yang sedang kebingungan. Berdiri didepan ballroom dengan wajah penuh harap.
“Sepertinya dia sedang menunggu kedatangan seseorang. Mungkinkah dia sedang menunggu seseorang yang dikatakan staf hotel tadi malam.” Ungkap Fani yang menarik Leo menjauh dari kerumunan tersebut.
Setelah mendengar pendapat Fani. Leo segera menghubungi Hazen. Dari kejauhan terlihat jika Hazen menatap ponselnya, lalu menatap Leo.
“Ada apa?” tanya Hazen singkat.
“Sesempurna apapun acara ini pasti akan ada kekurangannya. Kau tidak perlu seperti itu. Kemari dan bergabunglah bersama kami. Dia tidak hadir, Tora sudah mengkonfirmasinya padaku.” Tutup Leo sebelum mendengar kata-kata bantahan dari Hazen.
“Seberapa dekat dia dengan wanita itu?” Todong Fani dengan raut serius. Kali ini, dia pasti akan mendapatkan jawaban yang jelas dari Leo.
“Mereka tidak pernah dekat.” Tegas Leo.
“Kalau hanya seperti yang kau bilang, dia tidak akan seperti itu.” Bantah Fani.
“Kau tahu, kan, bagaimana sifatnya sejak kecil, dia selalu ingin melakukan hal yang sempurna, Fani. Dalam acara seperti ini tidak mungkin semuanya bisa hadir.”
“Ya, aku mengerti. Tapi, kali ini tampaknya berbeda.”
“Itu hanya perasaanmu saja.” Leo menepuk bahu Fani pelan lalu meninggalkannya sendirian.
Fani menatap kepergian Leo lalu berbalik arah menatap Hazen yang mendekat ke kerumuan yang berisikan Leo, dkk. Mereka berbincang akrab, dan sesekali tertawa.
Suka banget dengan tema reuni. Semangat ya, kak.
Comment on chapter 18 : Pertanyaan Leo