“Silvi! Aku tidak menyangka dia akan setenar ini. Dicari-cari oleh semua orang. Bahkan Seina kalah tenar. Begitu juga dengan kita,” Ucap Fikar tertawa geli, sambil melihat kepergian Ila dan Zeze dari jauh. Dia dapat melihat raut wajah Seina yang langsung berubah kecewa. Meski tidak tahu apa yang mereka perbincangkan, dia menebak, pasti itu tentang Silvi.
“Benar! Dia bintang pada acara hari ini. Walaupun tidak hadir,” Sambung Joe,”Terdengar aneh, sih.”
“Kalian berlebihan! Itu hanya rasa penasaran orang-orang yang hadir disini. Mengapa dia tidak hadir? Biasanya dia selalu ikut dalam setiap acara atau kegiatan apapun di kampus. Ditambah lagi, kedekataannya dengan Alga yang terlihat tiba-tiba. Jika saja dia hadir hari ini mung—“ Sahut Rona ketus.
“Semua akan sama saja. Bukan, kah, banyak yang penasaran dengan kedekatan antara dirinya dan Alga,” Potong Fikar yang merasa semua akan sama saja, baik Silvi hadir atau tidak hadir seperti saat ini.
“Aku tidak!” Sambung Kayla tiba-tiba,”Aku sering melihat Silvi dan Alga, berdua di mall dan toko buku. Di kampus aku juga sering melihat mereka. Apa kalian tidak tahu, kalau rumah Alga dan Silvi bersebelahan?”
Fikar, Joe, dan Rona terdiam mendengar penuturan Kayla. Mereka tampak memikirkan sesuatu.
“Rumah Alga juga bersebelahan dengan Rumahmu, kan?” Joe menunjuk Olan yang tidak ingin membahas hal tersebut.
“Astaga! Jadi kau, Alga, dan Silvi bertetangga! Kenapa kita tidak menyadarinya, sudah selama ini,” Ujar Fikar menatap Olan kecewa,”Menapa kau tidak pernah bercerita tentang itu?”
“Apa menurutmu itu penting bagi Olan?” Tanya Rona cepat, membela Olan.”Tidak, kan?”
Olan menatap Rona, dalam hati dia mengucapkan terima kasih pada Rona. Sebab, dia telah menyelamatkannya dari Fikar dan pertanyaannya yang tidak akan pernah habis.
“Bertetangga,” desis Seina terkejut, sambil melipat kedua tangannya. Dia sudah bosan bertanya tentang Silvi, bertanya alamat rumahnya, nomor teleponnya. Dia merasa sudah kalah tenar dari Silvi pada acara hari ini. Mungkinkah Silvi sengaja tidak hadir untuk membuat semuanya penasaran. Menyebalkan sekali, jika itu memang benar. Awas saja, kalau dia sampai bertemu dengannya.”Jika kau dan Silvi bertetangga, kau pasti tahu tentang dia, saat ini, bukan?”
“Kalian tau sendirikan, setelah wisuda, aku pindah ke Kota Medan,” Jawab Olan datar.
“Percuma saja kalian bertanya pada Olan. Dia tidak tahu apapun tentang Silvi.” Rona lagi-lagi membela Olan.”Sebaiknya, kalian lupakan tentang Silvi dan nikmati kebersamaan kita saat ini! Aku yakin, dia pasti punya alasan yang tak kalah penting sehingga tidak bisa hadir di acara ini.”
“Sepertinya begitu!” Sahut Arson menatap Olan penuh arti.
“Hubungan seperti apa yang mereka miliki?” Tanya Joe serius, setelah lama diam. Dia sulit mencerna fakta tentang kedekatan antara Alga dan Silvi.
“Mungkin mereka teman dekat? Kenapa? Kau cemburu?” Goda Arson tertawa geli.
“Hei, kau harus ingat Silvi menyukai Leo. Ah, atau mungkin saja saat ini dia sudah memiliki suami dan anak,” Tambah Fikar mengejek.
Joe melirik keduanya malas. Kemudian berlalu dari tempat itu. Dia benar-benar terkejut mengetahui kebenaran tersebut. Pantas saja, Silvi tampak begitu terkejut dengan kematian Alga. Bagaimana mungkin dia tidak mengetahui kedekatan Silvi dengan Alga yang merupakan teman sekelasnya selama kuliah. Padahal jika ditelusuri, wanita yang selalu bersama Alga hanya Seina. Hingga terkadang beberapa dosen mereka menganggap jika Alga dan Seina menjalani hubungan special.
Suka banget dengan tema reuni. Semangat ya, kak.
Comment on chapter 18 : Pertanyaan Leo