Read More >>"> Sepasang Dandelion (part 2 ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sepasang Dandelion
MENU
About Us  

                                                                                                                                MENYALAHKAN WAKTU

Jakarta 2018

            Aku melajukan  mobil ku tanpa arah. Aku menyusuri jalan di kota ini berusaha untuk terus mengingat setiap kenangan yang ada dikota ini. Aku melirik ponsel yang di samping ku sedari tadi terus berdering. Aku tau mama pasti sedang mencari ku. Terus ku tatapi kedai pojok yang sudah tak berpenghuni itu. Ingatan ku membawa ku ke masa yang indah itu

Flasback

            Hujan turun sangat deras di saat itu. Aku habis dari toko buku saat  itu. Aku sudah menelpon Galih untuk segera menjemput ku tetapi dia tak kunjung datang. Hari sudah mulai gelap, aku berdiri dengan gelisah. Saat itu jalanan sangat sepi. Aku masih terus menunggu di bawah pohon yang rindang. Merasa ada yang memperhatikanku aku  melihat seorang pemuda di sebrang jalan yang juga sedang menunggu hujan di kedai pojok yang sudah tak berpenghuni itu memandang ku. Aku mengalihkan tatapan ku ke arah lain karena merasa risih dengan tatapan nya itu. Ku lihat dia berlari kecil menyebrangi jalan yang sepi menuju ke arah ku. Dia menarik tangan ku menuju ke kedai pojok itu . entah mengapa aku hanya diam saja melihat perlakuannya kepada ku. Setelah kami sampai di kedai itu baru lah aku bersuara.

“Kenapa kau menarikku?” ucapku dengan tajam. Merasa was –was dengan lelaki di sampingku ini.

“Pohon tidak akan melindungi mu dari hujan” kata nya singkat. Aku yang mendengarnya hanya bisa terdiam. Dia memang benar hujan sangat lebat dan pohon tidak akan bisa melindungi ku. Dering telpon ku menyadarkan ku dari lamunan ku. Ku lihat nama Galih terpampang disitu.

“Sialan!! Lo dimana sih . gue dah karatan  nungguin nih.Lo udah janji mau jemput gue.” Ucap ku berapi – api kepada Galih di sebrang sana

“......”

“Ini hujan Galih. Seram tau. Malah gue lagi sendiri lagi ini. Ihh jemput buruan elahhh” Ku matikan panggilan itu dengan sepihak. Dapat ku rasakan sosok di samping ku terus menatap ku tajam.

“Kamu pikir saya hantu makanya kamu bilang dengan pacar mu itu sedang sendiri” ucap nya dengan tenang. Aku hanya bisa berdeham gugup.

“Bukan gitu” cicit ku dengan suara yang hampir terdengar seperti bisikan.

“Masih untung kamu saya tarik kesini.” Katanya lagi. Aku hanya diam saja. Tiba – tiba dia mendekatkan wajah nya ke telinga ku. Aku hanya bisa berdiri diam tidak berani menoleh kesamping.

“Kamu gak kenal saya ?” bisik nya kepada ku. Aku hanya menggeleng dan menundukkan kepala ku.

“Kita satu sekolah” ucapnya aku yang mendengarnya langsung menoleh kan kepala ku kesamping. Jantungku bersegup kencang saat wajah  kami sangat dekat saat ini. Dapat ku rasakan deru nafas nya menerpa wajah ku. Dia yang menyadari kegugupan ku langsung menegakkan badan nya.

“Darimana kamu tau kita satu sekolah”ucapku dengan tenang menyembunyikan kegugupanku. Dia hanya  menunjuk baju seragam ku. Aku pun langsung merutuki diriku sendiri. Bagaimana aku lupa kalau aku masih memakai baju seragam ini. Suara klakson mobil mengejutkan aku. Aku pun langsung berlari tanpa menoleh kepadanya lagi. Tanpa ku sadari saat itu dia diam diam menghapal nama ku.

“Dandea arana” ucapnya

Flash back off

            Lamunan ku tersadar saat lagi – lagi ponselku berdering. Aku menghapus air mata yang membasahi pipi ku tanpa ku sadari.

“iya ma”

“.........”

“Ara cuman nyari udara segar kok. Iya ini udah di jalan plg kok.” Ucapku langsung mematikan ponsel ku.

            Aku melajukan mobil segera menuju rumah dan berusaha melupakan ingatan itu. Seesampai di halaman rumah ku lihat ada terparkir mobil di garasi. Aku pun bergegas masuk kedalam. Ku lihat seseorang yang sudah lama tak ku temui.

“Ara” serempak mereka memanggil nama ku. Yang di panggil hanya bisa terdiam dengan memberikan senyuman kecil.

“Abang rindu sama kamu” ucapnya sambil memeluk erat. Ya , dia abang ku satu satu nya yang akan menikah sebentar lagi dengan mbak Dena. Mbak Dena adalah saudara perempuan nya Galih. Mbak Dena hanya menatap ku dengan mengerucutkan bibir nya menandakan bahwa dia sedang ngambek kepada ku. Aku pun melepaskan pelukan bang Paskal dan berjalan menuju mbak Dena.

“Maafin Ara ya mbak” pelukku dengan erat. Dia pun akhirnya membalas pelukan ku.

“Kamu gak pernah mau mbak telpon. Selalu aja  Gara yang jawab emang kamu gak rindu sama mbak ra?”  ucapnya dengan kesal. Aku tak tau harus menjawab apa sebab yang dikatakan mbak dena memang benar. Aku bukanlah orang yang suka memberi alasan yang tidak masuk akal. Tiba – tiba dapat kurasakan bahu ku di rangkul oleh seseorang. Tanpa melihat siapa si pelaku tersebut aku sudah tau kalau yang merangkul aku adalah Gara. Selain bang Paskal hanya Gara yang berani merangkul dan memelukku di depan anggota keluarga.

“Karena yang kangen sama mbak itu Gara mbak” ucapnya dengan mengedipkan mata nya ke mbak Dena. Tangannya masih bertengger di bahuku. Dapat ku lihat tatapan tajam Galih yang melihat itu. Bg paskal hanya berdecih mendengar bualan Gara. Dia pun segera membawa calon istrinya keluar rumah sebelum Gara akan meneruskan bualannya.

“Lo kemana aja sih. Gue cariin lo dari tdi tau gak. Mau ngajak lo ke mall” ucapnya dengan menatapku tajam.Tanpa menjawab pertaanyaan Gara aku langsung melangkahkan kaki ku menuju kamar. Dia langsung mengumpat saat itu juga.

“Ara ih gue ngomong sama lo. Kebiasaan banget gak pernah jawab gue lo ya” katanya lalu ingin menyusul Ara ke kamar nya. Ketika hendak menaiki tangga, Galih mencegat Gara. Dia menatap Gara dengan dalam.

“Jangan ganggu Ara malam ini” yang di tatap hanya memutar bola matanya.

“Gue hidup berdua sama dia selama 5 tahun. Lo gak perlu khawatir. Gue gak bakal apa – apain dia. Gue bukan lo” ucapnya kepada Galih. Galih tertegun seketika. Gara yang melihat Galih membeku dia langsung naik ke kamar Ara.

Tanpa mengetuk pintu kamar, Gara langsung masuk nyelenong begitu saja. Gara dapat melihat ada gurat kesedihan di mata Ara. Dia yang mengerti akan sesuatu telah terjadi ikut berbaring di kasur Ara.

“Gue tadi kesekolah Gar” Ara membuka suara. Gara yang diam tidak menanggapi dan tidak bertanya kembali.

“Gue masih teringat terus Gar sama masa lalu gue. Setiap sudut sekolah itu selalu buat gue ingat dia.Gue udah berusaha buat lupa sama semua ini tapi gak berhasil. Gue berusaha membuka hati tapi gak bisa juga. Gue juga berusaha buat memperbaiki hubungan gue sama papa tapi tapi Gue....” Ara terisak dia tidak bisa membendung nya lagi. Gara tetap diam , dia tidak mencoba menenagkan Ara. Dia sudah sering menjadi tempat Ara mencurahkan segala kesedihannya.

            Tiba – tiba Gara bangkit dari tidurnya. Dia menarik tangan Ara untuk bangun dari tidur nya. Ara yang sedari menangis seketika terdiam ketika Gara menarik tangan nya.

“Ayo ikut gue” katanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Kemana Gar” ucap Ara heran dengan mata yang masih basah.

“Temui si bajingan itu ra!!” ucapnya dengan suara yang tenang tapi ara tau tersirat kemarahan disana.

“Buat ap...” sebelum menyelesaikan ucapannya Gara menyeret Ara dengan paksa. Ara terus merota – ronta.

“Lepas Gar. Gue gak mau. Hentikan Gar” terus meronta berusaha melepaskan cekalan tangan Gara di tangan nya. Gara dengan paksa menarik ara agar memasuki mobil. Galih yang saat itu sudah berada di dalam mobil dan ingin bergegas pergi ketika melihat Gara menarik Ara dengan paksa ingin segera turun. Namun , di urungkan nya karena mobil Gara sudah melaju pergi. Galih pun mengikuti mobil Gara dari belakang.

“Turunin Gue Gar” ucap Ara dengan tajam.  Namun, yang diajak bicara malah semakin mempercepat laju mobil nya. Beberapa menit kemudian mereka sampai di sebuah rumah yang tidak terlalu besar. Ara tidak tau itu rumah siapa. Gara membuka kan pintu mobil dan menyuruh Ara turun. Ara pun turun dengan memandang Gara dengan penuh tanya. Dari kejauhan Galih pun dapat melihat Ara dan Gara memasuki rumah itu . Dia pun ikut turun da berniat untuk melihat siapa yang di jumpai Ara malam – malam begini.

            Gara mengetuk pintu rumah tersebut dengan tenang. Sedangkan Ara masih keheranan dengan sikap Gara yang masih bungkam. Pintu pun terbuka pada ketukan ketiga. Betapa terkejutnya Ara siapa yang membukakan pintu tersebut. Namun, berbeda dengan Gara dia masih tenang sekali. Galih yang mengintip jugak tak kalah terkejut melihat nya.

“Arash” Gumam Ara. Secara tiba – tiba Gara langsung nyelenong masuk ke dalam rumah dengan tetap menarik tangan Ara.

“LIHAT SIAPA YANG ADA DI DALAM RUMAH INI RA” Teriak Gara didepan wajah Ara. Ara melihat seorang wanita yang sudah 5 tahun ini juga tidak pernah di liat nya. Wanita itu terkejut melihat kedatangan Ara dan Gara apalagi saat ini ada Arash di rumahnya. Ara menatap Arash dan wanita itu dengan bergiliran. Wanita itu adalah kakak nya Amelia Gangga.

“Ayo pergi” ucap ara dan menarik tangan Gara. Tapi Gara menepis  nya dengan cepat.

“Gue bawa lo kesini supaya lo sadar ra. Dia wanita yang udah lo anggap” terdiam sejenak “yang udah lo anggap selama ini baik udah sangatttt bahagia bersama lelaki yang lo cintai. Sedang lo terus – terusan mikirin si bajingan itu” ucap Gara sambil menunjuk wajah Gangga dan Arash bergantian. Mata Ara sudah berkaca – kaca. Ia sudah tak dapat lagi membendung air matanya. Pertahanannya telah runtuh saat ini.

“LO SEBAGAI COWOK BODOH BANGET. LO GAK BISA LIHAT MANA YANG BENAR DAN SALAH. LO..”

“Gara udah jangan katakan apapun. Aku mohon Gar” ucap ara pelan dengan mata yang sudah berkaca- kaca. Dia tidak ingin kebenaran itu terungkap disini semuanya. Dia sangat lelah sekarang. Di tatapnya Arash yang sedari tadi hanya diam dan terus menatap nya dengan tajam dan ya jangan lupakan tatapan menusuk Gangga.

“Ayo Gar pergi. Aku mohon”ucapnya berbisik. Gara melangkahkan kaki nya menuju Gangga. Lalu membisikkan sesuatu.

“Lo boleh menang sekarang bahkan dulu lo juga menang. Tapi jangan lupa Gue , Ara, Galih tau siapa yang sebenarya yang bersalah disini. Tapi sayang nya lelaki bodoh itu yang tidak dapat membedakan mana yang benar. Selamat buat lo” Bisik nya di telinga Gangga lalu menarik tangan Ara. Saat melewati Arash, Gara menatap nya dengan penuh kemarahan. Ketika akan mengatakan sesuatu Ara menahan Gara. Gara pun segera menyeret Ara agar masuk kedalam mobil dan meleset kan mobil nya dari halaman rumah itu. Selepas kepergian mereka Gangga dan Arash masih terdiam.

“Ayo kita makan dulu” Ajak nya memecah keheningan namun Arash tak bergeming sama sekali. Gangga yang melihat keterdiaman Arash hanya dapat menghela nafasnya.

“Jangan pikirkan kata kata Gara. Aku  mohon” cicitnya pelan.

“Aku pergi” katanya dengan singkat lalu pergi begitu saja. Gangga tidak dapat mencegah kepergian arash lagi. Arash tidak bisa berpikir lagi. Bertemu dengan Ara setelah 5 tahun lamanya tidak bertemu sungguh mebolak balikkan perasaannya. Kenangan masa lalu,ketakutannya membuat nya hanya bisa diam.

            Gangga hanya dapat menatap punggung Arash dengan hati yang terluka. Terluka karena melihat pandangan Arash kepada Ara yang menyiratkan kerinduan yang mendalam. Hatinya seperti teriris melihat tatapan itu. Bahkan, Arash tidak pernah menatap dirinya seperti itu. Tapi ia tidak dapat melakukan apapun karena Gangga tau sejauh apapun dia berusaha mengambil hati Arash. Nyatanya, hati Arash hanya untuk satu orang saja yaitu Ara, adiknya sendiri.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • febbry

    Penulisan kata ku disambung dengan kata yang mendahuli, atau kata di belakangnya. Salam.

    Comment on chapter Prolog
  • fadillahfazrina

    terima kasih atas sarannya kak @Nimas_Manggalih

    Comment on chapter Prolog
  • Nimas_Manggalih

    Boleh kasih masukan kak? Untuk dialog sebaiknya jangan ada kalimat yang disingkat. Hehe

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Ignis Fatuus
13      9     0     
Fantasy
Keenan and Lucille are different, at least from every other people within a million hectare. The kind of difference that, even though the opposite of each other, makes them inseparable... Or that's what Keenan thought, until middle school is over and all of the sudden, came Greyson--Lucille's umpteenth prince charming (from the same bloodline, to boot!). All of the sudden, Lucille is no longer t...
When You Reach Me
21      14     0     
Romance
"is it possible to be in love with someone you've never met?" alternatively; in which a boy and a girl connect through a series of letters. [] Dengan sifatnya yang kelewat pemarah dan emosional, Giana tidak pernah memiliki banyak teman seumur hidupnya--dengan segelintir anak laki-laki di sekolahnya sebagai pengecualian, Giana selalu dikucilkan dan ditakuti oleh teman-teman seba...
Alya Kirana
7      5     0     
Romance
"Soal masalah kita? Oke, aku bahas." Aldi terlihat mengambil napas sebentar, sebelum akhirnya melanjutkan berbicara, "Sebelumnya, aku udah kasih tau kan, kalau aku dibuat kecewa, semua perasaan aku akan hilang? Aku disini jaga perasaan kamu, gak deket sama cewek, gak ada hubungan sama cewek, tapi, kamu? Walaupun cuma diem aja, tapi teleponan, kan? Dan, aku tau? Enggak, kan? Kamu ba...
Po(Fyuh)Ler
9      7     0     
Romance
Janita dan Omar selalu berangan-angan untuk jadi populer. Segala hal telah mereka lakukan untuk bisa mencapainya. Lalu mereka bertemu dengan Anthony, si populer yang biasa saja. Bertiga mereka membuat grup detektif yang justru berujung kemalangan. Populer sudah lagi tidak penting. Yang harus dipertanyakan adalah, apakah persahabatan mereka akan tetap bertahan?
Game Z
43      17     0     
Science Fiction
Ia datang ke ibukota untuk menuntut ilmu. Tapi, anehnya, ia dikejar dengan sekolompok zombie. Bersama dengan temannya. Arya dan Denayla. Dan teman barunya, yang bertemu di stasiun.
PENTAS
7      5     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Returned Flawed
5      5     0     
Romance
Discover a world in the perspective of a brokenhearted girl, whose world turned gray and took a turn for the worst, as she battles her heart and her will to end things. Will life prevails, or death wins the match.
When I Found You
35      10     0     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...
Today, I Come Back!
24      5     0     
Romance
Alice gadis lembut yang sebelumnya menutup hatinya karena disakiti oleh mantan kekasihnya Alex. Ia menganggap semua lelaki demikian sama tiada bedanya. Ia menganggap semua lelaki tak pernah peka dan merutuki kisah cintanya yang selalu tragis, ketika Alice berjuang sendiri untuk membalut lukanya, Robin datang dan membawa sejuta harapan baru kepada Alice. Namun, keduanya tidak berjalan mulus. Enam ...
My Sunset
51      15     0     
Romance
You are my sunset.