Read More >>"> Kayuhan Tak Sempurna (Maaf dan Terimakasih) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kayuhan Tak Sempurna
MENU
About Us  

Ajar mengotak-ngatik sepedanya. Alat dayung sepedanya di copot ‎dan diganti dengan yang baru. Tepatnya suku cadang yang pernah di ‎ganti di bengkel tempo lalu. Saat orang suruhan Alya mengangkut ‎sepedanya di kampus. Di hari itu juga Ajar menggantinya kembali. Suku ‎cadang yang baru itu dikembalikan kepada Ajar oleh montir bengkel itu, ‎karena alya sudah membelinya.‎

Ia sadar, anggukan petang kemarin benar-benar serius. Alya akan ‎pindah ke Malang. Bahkan ia tidak tau jam berapa Alya akan berangkat. ‎Berarti sepedanya harus siap melaju cepat. Alat kayuh lama hanya akan ‎memperlambat. Ajar tangkas memperbaiki barang-barnag rusak. ‎Termasuk sepedanya. Tangannya sudah hitam karena banyaknya oli ‎bekas yang bersarang di selinder kayuhan sepedannya. Butuh banyak ‎sabun untuk membersihkannya.‎

Pagi ini, setelan Ajar sangat rapi. Ia bahkan memasukkan bajunya ‎ke dalam dan mengenakan sepatu hitam ayahnya yang sudah tersimpan ‎lama. Tapi, tetap saja perawakan anak kampung tidak pernah hilang. ‎Bahkan dengan setelan serapi itu. Itu akan lucu jika pemuda-pemuda ‎kota melihatnya.‎

Ia mendayung sepedanya dengan sigap. Sesekali ia memacunya ‎dengan cepat setiap kali terlintas di pikirannya, “Ini sudah telat.” ‎Tanjakan, turunan, lubang jalan, dan jalan lempang. Ini lebih menantang ‎dari kompetisi balap sepeda. Alat kayuh baru itu memang memberikan ‎sensasi yang berbeda. Lebih landai dan mudah.‎

Ajar tau bahwa berhenti di rumah Alya hanya memunculkan masalah ‎baru. Ia terus berpikir sambil mengayuh sepedanya. “Di mana sebaiknya ‎aku bisa berjumpa dengannya.” Baju itu tidak lagi rapi. Bahkan sudah ‎basah karena keringat. Sebaiknya Ajar membaikkan pakaiannya ketika ia ‎sampai. Tapi itu tidak penting.‎

Pagar rumah Alya sudah tampak dari jauh. Ajar memelankan ‎sepedanya. Ia mulai mengambil nafas untuk menurunkan frekuensi detak ‎jantung karena aktivitas cepat tersebut. Laju sepedanya semakin ‎memelan seiring semakin dekatnya rumah Alya. Pagar hitam rumah Alya ‎memang meninggi gagah. Jerujinya juga rapat. Sulit untuk melihat ke ‎dalam jika laju sepedanya cepat.‎

‎10 meter sebelum sampai di gerbang pagar. Sebuah tangan cantik ‎terjulur ke luar dan melambai, tangannya Alya, seperti gelagat menyetop angkutan ‎umum. Kemudian Ajar berhenti. Sementara Alya, ia memakai gamis yang ‎cantik. Kainnya kilap berwarna putih dengan motif bunga sakura lengkap ‎dengan rantingnya. Jelbabnya merah jambu dan ada kecamata hitam di ‎atasnya. Ia memang benar-benar cantik.‎

‎            “Kau betul akan berangkat hari ini.” Ajar dengan nafasnya yang ‎cepat karena kelelahan.‎

‎“Apa kau pernah melihatku memakai baju sebagus ini.” Ia ‎mengibaskan roknya ke kiri dan ke kanan sambil melihat ke bawah dan ‎tersenyum.‎

‎“Ya, sepertinya kau akan pergi.”‎

‎            “Lantas kenapa kau berhenti di sini.”‎

‎            “Aku hanya ingin meminta maaf atas semua kesalahan. Dan ‎terimakasih juga atas semuanya.”‎

‎            “Ya, juga maafkan aku.” Alya tersenyum dengan sedikit memaksa.‎

Kemudian Ajar melihat ada gerakan di pintu rumah. Tanpa ‎berbasa basi. Ia langsung melaju lagi. Ajar sebenarnya sudah siaga bahwa ‎sewaktu-waktu Pak Danish bisa saja keluar dari dalam rumah. Tak jauh ‎setelah mengayuh sepedanya, ia menoleh ke belakang. Alya masih di ‎sana memandanginya. Lantas Ajar melambai dan Alya langsung masuk. ‎Raut wajahnya sedih dan Ajar tidak melihatnya.‎

Lalu, sepintas Ajar bingung sambil mengayuh sepedanya. Ia mulai ‎merasa sedih pula, namun dengan topik yang berbeda. Ia sering sedih ‎ketika merindukan orang tuanya. Tapi kali ini topiknya lain. Maka ‎setelah hari ini, tidak adalagi sosok yang duduk di bangku belakang ‎sepedanya. Juga tidak adalagi yang dengan berani dan bersabar ‎menghadapinya yang tidak normal itu. Untuk mengajak berbincang dan ‎penuh perhatian.‎

Sepedanya terus melaju. Hingga sampai di simpang kampus. Ia ‎berhenti di sana. Tidak ada tempat singgahan yang familiar ke depan lagi. ‎Lantas ia berbelok dan menuju ke kampusnya. Hari ini sangat berbeda. ‎Biasanya saat ini suasana di sini mulai ramai. Kendaraan yang berlalu ‎lalang keluar dan masuk untuk pulang, pergi dan keluar sebentar. ‎‎“sekarang terang dan sendiri.”‎

Sepedanya di parkir di belakang kampus. Padahal perkuliahan ‎sedang libur. Kebiasaan itu sudah mendarah daging. Tidak perlu ‎menganalisa dan menunggu perintah diri, gerakan tubuhnya secara ‎otomatis membawanya ke sana. Sepedanya di parkir normal. Cukup ‎dengan cagak. Biasanya butuh kayu untuk menopang sepedanya agar ‎tidak jatuh. Karena ada dua keranjang sampah di bangku belakang.‎

Ia duduk di tanggal mushalla. Menunggu azan zuhur tiba ‎beberapa menit lagi. Sambil duduk pun, pikirannya tentang Alya tak ‎kunjung lekang. Kenangan itu terlanjur bermain di kepalanya. Wajar ‎untuk laki-laki seperti Ajar. Ia bahkan tidak pernah merasakan ‎pertemanan seakrab itu, apalagi dengan perempuan. “Alya itu seperti ‎mobil tempur. Langsung merangsek masuk tak kenal takut.”‎

Azan zuhur berkumandang. Ia bergegas berwudhu’ dan shalat. Ini ‎semakin mengherankannya, wajah Alya pun terbawa masuk dalam ‎shalatnya. Istighfar dan ta’awuz diucapkan berkali-laki. Sesekali bayangan-‎banyangan itu ditarik agar tidak muncul. Namun, beberapa saat ‎setelahnya ia muncul lagi. “Syaitan sedang mengganggu shalatku.”‎

Usai shalat, Ajar berniat pulang. Ia menapak ke arah belakang ‎kampus. Seketika tampak Pak Norman yang menyeka absen dosen ke ‎wajahnya waktu itu. Ia tertawa kecil. Sepedanya mulai di tarik dan ‎diputar arahnya. Lalu sepintas, ada visual yang berbeda. Itu tidak seperti ‎biasanya. Dinding pagar itu seharusnya berwarna putih. Tapi, sekarang ‎ada semacam coretan hitam. Mata Ajar langsung menoleh dan ‎memperhatikan nuansa visual yang berbeda itu.‎

‎“Tuhan, maafkan diri ini, yang tak pernah bisa menjauh dari angan ‎tentangnya. Namun, apalah daya ini bila ternyata, sesungguhnya . . . Aku terlalu ‎cinta dia.” Di bawahnya tertera sepotong nama. “Alya”‎

Pikiran Ajar lengang. Bola matanya bergerak ke kiri dan ke kanan. ‎Lalu menggiring sepedanya dari belakang gedung itu. Ia berjalan pelan. ‎Melihat lorong itu. Mereka terhempas karena tertabrak. Melihat ke bagian ‎depan, Alya berdiri dengan wajahnya yang memerah, dan di lapangan ‎tengah, ia yang sedang push up dan melihat wajah Alya, ia memang ‎cantik. Hingga sampai ke gerbang kampus. Ia menaiki sepedanya dan ‎mengayuhnya sambil berdiri. Ajar melaju kencang dan beberapa tetes ‎airmatanya terhempas ke belakang.‎

Ia memacu sepedanya secepat mungkin. Bukan ke rumah Alya, ‎namun arah sebaliknya. Ajar tidak tau apakah mereka sudah berangkat ‎atau belum. Jika sudah, ia akan mengejar mobil mereka sejauh mungkin. ‎Jika belum, tentu mobil itu tidak lama lagi akan melewatinya.‎

Kayuhan itu cepat sekali. Namun secepat apapun, sepedanya ‎hanyalah sepeda biasa. Bukan seperti sepeda gunung atau sepeda balap ‎yang mempunyai gear untuk memilih tingkat kecepatan kayuhan yang ‎berbeda. Ajar tidak memikirkan apakah mobil itu sudah lebih dulu di ‎depan atau masih di belakang. Ia hanya berpikir sepeda itu harus melacu ‎secepat mungkin dan memperhatikan setiap mobil yang menyalipnya.‎

Benar, beberapa menit kemudian mobil Alya lewat. Lajunya tidak ‎terlalu cepat. Namun ia tetap saja tertinggal. ‎

‎            “Alya.!!” Ajar berteriak. Bahkan tak cukup sekali.‎

Ia tetap mengayuh.‎

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
122      26     0     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
Chasing You Back
1      1     0     
Romance
Sudah 3 tahun, Maureen tidak pernah menyerah mengejar pangeran impiannya. Selama 3 tahun, pangeran impiannya tidak mengetahui tentangnya. Hingga suatu saat, Pangeran Impiannya, Josea Josh mulai mendekati Maureen? Hmmm ..
Persapa : Antara Cinta dan Janji
50      15     0     
Fantasy
Janji adalah hal yang harus ditepati, lebih baik hidup penuh hinaan daripada tidak menepati janji. Itu adalah sumpah seorang persapa. "Aku akan membalaskan dendam keluargaku". Adalah janji yang Aris ucapkan saat mengetahui seluruh keluarganya dibantai oleh keluarga Bangsawan. Tiga tahun berlalu semenjak Aris mengetaui keluarganya dibantai dan saat ini dia berada di akademi persa...
between us
2      2     0     
Romance
gimana rasanya kalau di antara kita ada beribu masalah... apakah aku sanggup
Persinggahan Hati
17      7     0     
Romance
Pesan dibalik artikel Azkia, membuatnya bertanya - tanya. Pasalnya, pesan tersebut dibuat oleh pelaku yang telah merusak mading sekolahnya, sekaligus orang yang akan mengkhitbahnya kelak setelah ia lulus sekolah. Siapakah orang tersebut ? Dan mengakhiri CInta Diamnya pada Rifqi ?
About love
12      8     0     
Romance
Suatu waktu kalian akan mengerti apa itu cinta. Cinta bukan hanya sebuah kata, bukan sebuah ungkapan, bukan sebuah perasaan, logika, dan keinginan saja. Tapi kalian akan mengerti cinta itu sebuah perjuangan, sebuah komitmen, dan sebuah kepercayaan. Dengan cinta, kalian belajar bagaimana cinta itu adalah sebuah proses pendewasaan ketika dihadapkan dalam sebuah masalah. Dan disaat itu pulalah kali...
Simplicity
81      17     0     
Fan Fiction
Hwang Sinb adalah siswi pindahan dan harus bertahanan di sekolah barunya yang dipenuhi dengan herarki dan tingkatan sesuai kedudukan keluarga mereka. Menghadapi begitu banyak orang asing yang membuatnya nampak tak sederhana seperti hidupnya dulu.
Balada Cinta Balado
88      19     0     
Humor
"Hidup atau dilahirkan memang bukan pilihan kita, tapi dalam HIDUP KITA HARUS MEMILIKI PILIHAN". Mungkin itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupanku sekarang ini. Kehidupan yang sangat Liar Binasa menyedihkan. Aku sering dijadikan bahan bertema kehidupan oleh teman dan juga keluargaku sendiri. Aku tidak pernah menyangka rencana kehidupanku yang sudah disiapkan dengan ...
Dimensi Kupu-kupu
113      33     0     
Romance
Katakanlah Raras adalah remaja yang tidak punya cita-cita, memangnya hal apa yang akan dia lakukan ke depan selain mengikuti alur kehidupan? Usaha? Sudah. Tapi hanya gagal yang dia dapat. Hingga Raras bertemu Arja, laki-laki perfeksionis yang selalu mengaitkan tujuan hidup Raras dengan kematian.
Selfless Love
36      15     0     
Romance
Ajeng menyukai Aland secara diam-diam, meski dia terkenal sebagai sekretaris galak tapi nyatanya bibirnya kaku ketika bicara dengan Aland.