Read More >>"> The Perfect Choice (Mimpi buruk) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Perfect Choice
MENU
About Us  

 *Masih dalam revisi. Maaf kalo sewaktu-waktu ada perubahan dalam kata yang sudah ditulis lebih awal*

  'Sya tunggu Abi disini ya...ingat jangan kemana-mana' laki-laki itu menyentil manja hidung anaknya sebelum berlalu pergi. 'Iya bi'
   Banyak orang yang memenuhi taman ini. Dari orang yang berpasangan hingga anak kecil. Semua asyik dengan aktivitasnya masing-masing termasuk Aisya. Dia terlalu larut dalam permainan, memainkan boneka baru saja dibeli.
    Setelah Abinya pergi Aisya menjadi sendirian. Tak lama dua Anak laki-laki itu datang. Awalnya dia berniat hanya lewat namun melihat Aisya yang sendirian lantas dia berani mengusiknya sekarang. 
    'Aku pinjam mainannya dong' ujarnya sambil menjongkok. 
    Aisya menarik boneka itu segera kedalam kepelukannya. 'Gak boleh!'
     'Ah cuma sebentar. Ayo lah'
     Aisya menggelengkan kepala takut. 'Abi Aisya takut' gumamnya.
   'Ah lama sini gak.' benda itu direbut paksa. Tarik menarik hingga benar-benar terlepas. Aisya terjatuh, sedangkan dua anak itu berlari menjauh.
     'Jangan ka. Itu punya aku' segera Aisya mengejarnya namun sayang dia dipermainkan oleh kedua anak tersebut. Mereka saling melemparkan dan menangkap benda itu seperti bola melintasi Aisya. 
    'Kamu mau ini?' dia mengangkat boneka itu 'nih ambil....yah udah kelempar lagi'
     'Aisya boneka nya disini' dia menjulurkan lidah mengejek Aisya yang terus saja kewalahan. 
    'Mau ini Sya.' hap... 'Nah ambil tuh. Bonekanya pasti udah jelek keinjak-injak. Huhu aku sedih' ejek anak itu.
    Aisya memang lemah saat itu, karena dia lebih kecil dan muda dari kedua anak tersebut. Mereka berdua tertawa ria menindas Aisya. Merasa puas dengan Aisya yang terduduk menangis akhirnya mereka beranjak pergi. 
     Melihat kedua anak tersebut telah tiada Aisya segera bangkit mengusap pipinya dan mulai mencari kemana benda itu mendarat. 'Ah itu dia....' dia tampak senang sekali, membuatnya tak melihat sekeliling. Tangannya hampir saja menyentuh benda itu.
      'Aisya?!!!' seseorang memanggil namanya dari kejauhan. Diseberang sana orang yang sangat disayanginya menjatuhkan seseuatu sebelum berlari kearahnya. 'Ab---'
     'Aisya awas!!!!' Laki-laki itu mendorong badan anaknya kedepan. 
     Bruk....
Suara kalut terdengar berkali-kali. Sebuah mobil dari sisi kanan berhasil menabrak seseorang dan bonekanya. Laki-laki itu penuh darah sekarang, terbujur kaku didepan mobil yang sudah berhenti.
     'Abiiiiiiii.......'

   Mataku mebelakak. Duduk terbangun dari mimpi buruk 'Astagfirullah...' berkali-kali bibirku mengucapkannya. Nafas ini rasanya hampir berhenti mendapat mimpi buruk itu kembai datang. Sekarang sekujur tubuhku terasa dingin kaku. Tanganku gemetar hebat, hingga tak bisa dikendalikan. Sudah 15 tahun lebih Abi meninggal, tapi rasa trauma itu juga tak kunjung hilang.
   Jarum jam masih menunjukkan pukul 2.30 dini hari. Alarm yang ku pasang masih  menyediakan waktu 30 menit lagi sebelum berdering. Beberapa saat setelah keadaan  mulai tenang. Aku memilih beranjak dari tempat tidur untuk melaksanakan shalat malam lebih awal dari jadwal biasanya.
   Air memang terasa seperti es, namun hal ini tak mengurungkan niatku untuk shalat tahajud. Selepas shalat, ku lanjutkan untuk tadarus al Qur'an. Tidak ada obat yang lebih mujarab selain kembali pada Kitab-Nya.

 

 ***

Drrrddd.. drrrdd
   Lagi lagi handphone ku bergetar. Siapa lagi yang mengirim pesan di sepagi ini kalo bukan laki-laki itu.
   "Assalamualaikum Sya. Hari ini kita ada rapat organisasi jam 3. Jangan lupa ya Sya."
   Pesan itu hanya ku baca dari panel notification. Sudah hampir setiap hari dalam dua Minggu ini, anak itu menghubungiku. Entah untuk mengingatkan kegiatan organisasi atau hanya sekedar menyapa. Dua hal yang sama-sama tidak ku suka.
    Sungguh, aku tidak tau bagaimana harus bersikap kepada laki-laki. Sedangkan untuk mengenalnya saja rasanya susah sekali. Perlu beribu kali berpikir baru bisa memutuskan.
    "Ya Rabb. Aku tidak ingin menyalahkan perkenalan karena kesalahan ku dulu. Jangan engkau uji diriku dengan bertemu dengan laki-laki jika aku harus kehilangannya kembali. Jangan engkau uji diriku dengan merasakan cinta kembali jika itu hanya untuk melalaikan ku."
    Tanpa membuka apalagi membalas. Benda kotak itu ku letakkan di atas meja makan dan menggantinya dengan mode silent.
    'Assalamulaikum nek.' Ku peluk seseorang dari belakang.  Siti Asiyah seseorang yang ku sebut nenek. Ibu dari ayahku yang lebih suka ku panggil dengan sebutan Abi
   'Walaikumsa-la-m' nenek menoleh dan menatapku secara saksama. Rasanya seperti putri diperhatikan dari ujung kaki sampai ujung rambut. Aku malah berputar-putar sambil tersenyum membantu tatapan bingunga semakin bingung. Tidak ada yang aneh sebenarnya, hanya saja aku yang sudah rapi sepagi ini.
   'Tumben, mau kemana pagi-pagi gini Sya'
   'Mau ke panti nek.'  jawabku riang.
   'Bukannya bisanya minggu baru ke panti?'
   'Aisya lagi kangen aja nek sama anak-anak' nenek menggelengkan kepalanya.
   'Sarapan dulu yuk' sambungnya yang ku jawab dengan duduk.

   Dirumah sebesar ini hanya ada aku, nenek, dan pak Ahmad, pengurus taman sekaligus satpam kontrakan nenek. itupun beliau mendiami sebuah rumah kecil yang dibuat tidak terpisah namun tidak ada pintu yang menghubungkannya. Jadi, pak ahmad harus lebih dulu masuk kepintu utama jika ingin kerumah. Semua anak nenek telah menikah dan menempuh jalan hidupnya masing-masing. Terakhir Tante Sari anak bungsunya yang menikah 1 tahun lalu. Sejak itu pula rumah semakin sepi.

   'Sya ada yg nelpon tuh' nenek lebih dulu menyadari handphone ku menyala, padahal aku lebih dekat dengan benda kotak itu.
   '085237484925'
   Jariku mengeser panel merah untuk memutuskan panggilan. Mulutku bergerutu pelan 'Ah dia lagi rupanya?

   'Dia siapa Sya?' mataku membulat kaget. Apa suaraku terlalu keras?

   'Gak nek, Salah sambung kayanya' sahutku acuh tak acuh.

   Keadaan hening setelahnya sampai suapan terkahir masuk mulutku. Sekarang mataku tertuju pada jam yang melingkar ditangan kanan. Jarum jam pendek menunjukkan pukul 7 pagi. Sisa air putih dalam gelas sudah ku habiskan. Aku segera beranjak membereskan meja makan. Nenek lebih dulu selesai, dan sudah setengah jalan menuju ruang tamu.

   'Sya kalo kamu buru-buru gak papa biar nenek yang cuci nanti'

   'Gak ko nek, biar aku aja' balasku sambil sibuk berberes-beres

   Sudah ku duga, nenek akan menonton siaran televisi kesukaannya. Nenek memang tidak pernah absen menonton acara 'Mama dan Aa'. Acara ceramah yang tayang di stasiun televisi Indosiar itu.

   'Sya... Tvnya rusak' teriak nenek yang tampak repot menepuk-nepuk remote.
   Ekspresi itu selalu berhasil membuatku tertawa geli. Dia selalu bilang tvnya rusak, padahal kabel antenanya yang longgar atau bahkan tidak terpasang sama sekali. Mungkin karena faktor lupa yang tersirat.
   Selesai menyusun piring terakhir segera ku lap tangan yang basah. Bergegas menuju televisi untuk membenarkannya. Nenek selalu saja begitu.

   "Yang belum punya pasangan...berusaha berdoa, memanis-maniskan diri, biar ada orang yang naksir. Masya Allah" nenek memalingkan wajah, menatapku lirih. Aku hanya tertawa geli menangkap ekspresinya. Aku tebak pasti ini masalah penampilanku. Tak heran, selama ini aku tidak pernah menggunakan cream, bedak, lips balm atau apapun yang berhubungan  dengan anak gadis, yang ku gunakan hanya bedak bayi. Tak salah bukan, tentu saja. Bukan tidak ingin menjadi wanita yang tampil cantik, tapi aku memang bukan tipe wanita mau ribet.
   Tas telah terpasang di bahu dan ku siap untuk berangkat. 
   'Nek..' 

   'Nek aku berangkat ya'

   Audio Televisi lebih mendominasi hingga suaraku tidak didengar nenek. Mungkin menunggu jeda acara tidak terlalu buruk. Hitung-hitung ini juga ilmu, sekalian saja didengarkan.
   "Allah menyebarkan rezeki ke alam dunia, orang tidak akan mendapatkan rezeki kalo dia tidak mencarinya. Kalau kita ingin jodoh yang baik, sholeh, Sholehah, taat, yang kriteria surga, jangan minta dulu sama Allah sebelum diri kita seperti itu."
   .......
   'Sya...'
   'Kamu sudah mau berangkat Sya? Hati-hati ya di jalan. Oh ya nenek rencana mau ke tempat nenek Dina bisa pulang malam.' Aku tidak menjawab dan hanya bergeming ditempat berdiri seperti patung. Serasa banyak pertanyaan di otak yang tidak dijawab setelah mendengar ceramah itu.
   'Sya...' Sontak aku tersadar ketika nenek menepuk tanganku
   'Astagfirullah. Iya kenapa nek?'
   'kamu ngelamun?'
   'Ngak kok nek, aku berangkat dulu ya.' seraya mencium punggung tangan wanita itu aku siap untuk berlari keluar.
   'Assalmualaikum'
   'Walaikumsalam. Hati-hati Sya' terdengar teriakan peringatan dari nenek.
   'Siap bos ku' teriakku membalas.

***

   Setelah 20 menit perjalanan, akhirnya aku sampai di panti asuhan. 
  'Assalamualaikum para penghuni surga?' Ku sapa anak-anak yang bermain di teras gedung besar ini. Bagiku ucapan adalah doa. Selain menyenangkan mereka, semoga apa yang ku ucapkan juga menjadi doa.   
  'Walai-kum-sa-lam ka Ai-sya' kompak anak panti membalas salamku seperti anak sekolah membalas salam gurunya.
  'Apa kabarnya hari ini?'
  'Alhamdulillah baik ka'.
  'Alhamdulillah...'

  'Aisya!. numben kamu kesini hari Jum'at?' suara itu milik seorang wanita paruh baya di depan pintu masuk. Wanita itu adalah ibu Sita. Istri dari penanggung jawab panti. Setiap Minggu selalu ku sempatkan main kesini.
  'Harini Aisya masuk kelas siang, jadi sempatkan kesini deh' seraya ku cium punggung tangannya. 
   Mataku beralih menatap bayi yang wanita itu gendong. 'Ihh lucunya'
  'Namanya siapa sayang?' ku cubit lembut pipi makhluk mungil ini 
  'Nama saya Rahma ka Aisya' suara lembut ibu Sita menjawab. Bayi itu Mengibar-ngibarkan tangan mungilnya 'Ihhh cantik banget kamu.'
   'Boleh saya gendong Bu?' wanita itu menganggukkan kepala. Beberapa detik kemudian bayi itu berpindah ke tanganku. Bola matanya besar, kulitnya putih, hidungnya mancung. Cantik sekali.
   Bayi ini baru berusia 3 bulan. Ibu Sita menemukannya tergeletak didalam keranjang di depan pintu panti, 2 hari yang lalu. 
   Aku tidak habis pikir, kenapa ada orang tua yang tega membuang bayi secantik ini. Disaat semua orang tua menginginkan kehadiran seorang bayi, tapi masih saja Allah takdirkan ada bayi yang dibuang. Sungguh malang nasibmu de. Beribu syukur ku batinkan, ternyata hidupku jauh lebih baik dari bayi ini. 
    'Mari duduk nak. Ibu tinggal mengambil minum dulu ya' 
    'Tidak usah repot bu, Aisya cuma sebentar ko' 
    'Tidak apa-apa. Sebantar ya' wanita itu tersenyum yang kemudian pergi kebelakang.

'Sholatullah Salamullah
‘Alaa Thoha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
‘Alaa Yasiin Habibillah

Tawasalna Bibismillah
Wabil Hadi Rosulillah
Wakulli Mujahidin lillah
Bi Ahlil Badri Ya Allah' 

   'Wihh Calon umi idaman'. Puji seseorang dari arah dalam datang membawa nampan.

  'Ehh nak Rizal. Masuk nak' Wanita itu mempercepat geraknya memindahkan gelas minuman keatas meja. Berdiri kemudian menghampiri seseorang di depan sana.
   'Assalamualaikum' laki-laki itu menyapa ramah. 
   'Walaikumsalam, masuk nak'
   'Nak Rizal, apa kabar?'
   'Gimana kerjaannya lancar?'
   'Akbar mana?' wanita itu berkali-kali bertanya namun tidak ada jawaban terdengar. Dia kemudian menepuk pundaknya.
   'Nak...?' 'Astagfirullah, maaf Bu.'
   'Oh itu. Dia namanya Aisya, sering kesini juga. Tapi lebih seringnya hari minggu.'
   'Dia yang ibu ceritakan kemarin'. Sambungnya. Suara derap kaki mulai berdatangan, mendekat ke tempat dudukku sekarang. Percakapan mereka terdengar jelas di telingaku. Tunggu. Ibu Sita menceritakan tentang aku? Apa saja yang sudah dia ceritakan?
   'Nak Aisya. Ini Akbar'.
   'Akbar gak bisa kesini bu' dia menoleh kearahnya dan tersenyum.
   'Astagfirullah Rizal maksud ibu' wanita itu mengarahakan pandangannya kepadaku bermaksud memperkenalkan tamu itu. 
   'Aisya' sahutku sambil sedikit mengangguk.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
If I Called Would You Answer
6      6     0     
Short Story
You called her, but the only thing you heard was ' I'm Busy '
The Red Dress Girl
293      231     0     
Short Story
Halona, seorang gadis yang menganggap pesta dansa adalah segalanya, sampai pada saat yang ditunggu-tunggu... Ini cerita yang klise. sangat klise malahan.
Secret Love Story (Complete)
288      168     0     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
Hamufield
887      389     0     
Fantasy
Kim Junsu: seorang pecundang, tidak memiliki teman, dan membenci hidupnya di dunia 'nyata', diam-diam memiliki kehidupan di dalam mimpinya setiap malam; di mana Junsu berubah menjadi seorang yang populer dan memiliki kehidupan yang sempurna. Shim Changmin adalah satu-satunya yang membuat kehidupan Junsu di dunia nyata berangsur membaik, tetapi Changmin juga yang membuat kehidupannya di dunia ...
Havana
35      27     0     
Romance
Christine Reine hidup bersama Ayah kandung dan Ibu tirinya di New York. Hari-hari yang dilalui gadis itu sangat sulit. Dia merasa hidupnya tidak berguna. Sampai suatu ketika ia menyelinap kamar kakaknya dan menemukan foto kota Havana. Chris ingin tinggal di sana. New York dan Indonesia mengecewakan dirinya.
Crystal Dimension
9      9     0     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
Antara Depok dan Jatinangor
9      9     0     
Romance
"Kan waktu SMP aku pernah cerita kalau aku mau jadi PNS," katanya memulai. "Iya. Terus?" tanya Maria. Kevin menyodorkan iphone-nya ke arah Maria. "Nih baca," katanya. Kementrian Dalam Negeri Institut Pemerintahan Dalam Negeri Maria terperangah beberapa detik. Sejak kapan Kevin mendaftar ke IPDN? PrajaIPDN!Kevin Ă— MahasiswiUI!Maria
Aku Sakit
86      52     0     
Romance
Siapa sangka, Bella Natalia, cewek remaja introvert dan tidak memiliki banyak teman di sekolah mendadak populer setelah mengikuti audisi menyanyi di sekolahnya. Bahkah, seorang Dani Christian, cowok terpopuler di Bernadette tertarik pada Bella. Namun, bagaimana dengan Vanessa, sahabat terbaik Bella yang lebih dulu naksir cowok itu? Bella tidak ingin kehilangan sahabat terbaik, tapi dia sendiri...
Secuil Senyum Gadis Kampung Belakang
13      13     0     
Short Story
Senyumnya begitu indah dan tak terganti. Begitu indahnya hingga tak bisa hilang dalam memoriku. Sayang aku belum bernai menemuinya dan bertanya siapa namanya.
Protection
7      7     0     
Short Story
Protection