Kakak mendekatiku, ia sudah memakai topeng peraknya,"Mengapa kau mengambil keputusan itu? Kau ini masih muda, Dik! Bagaimana kau bisa...."
Aku melihat ke cermin, topeng emasku sudah kupakai. Sepertinya tatanan rambutku hampir selesai."Apa tatanan rambutku sudah selesai?" aku bertanya pada pelayan yang sibuk menata rambutku menjadi ikal.
"Sudah, Tuan Putri.", ia menambahkan bando perak di kepalaku.
"Terima kasih. Sekarang tolong tinggalkan aku berdua dengan kakakku.", pelayan itu menunduk sambil berlalu pergi.
"Kak, dengarkan aku. Aku melakukan ini untuk memecahkan misteri tentang Revan dan orang misterius yang aku lihat itu. Aku juga ingin membuktikan bahwa Integra terlibat dalam tragedi pelantikan berdarah itu. Jika memang Revan dan orang misterius itu adalah mata-mata Integra aku akan bisa menyelidikinya. Aku bisa masuk ke dalam istana dan melakukan penyelidikan dengan mudah jika aku menikah dengan putra mahkota Integra, Pangeran Viktor Phoenix. Aku hanya akan di sana sampai penyakit dan penyelidikanku selesai, setelah itu aku akan minta cerai. Meski Revan sudah meninggal, tapi aku tak bisa melanjutkan hidupku dengan tenang sebelum tahu cerita yang sesungguhnya. "
"Tapi, Dik, bagaimana bisa kau menjamin bahwa Pangeran Viktor Phoenix tak akan berbuat sesukanya padamu?"
"Aku akan.....", NGEEEKKK! Pintu kamar terbuka, nampak seorang pelayan wanita datang.
"Mohon maaf Tuan Putri, Pangeran Viktor Phoenix dan keluarganya sudah tiba. Yang Mulia Raja meminta Anda dan Pangeran Arjuna untuk segera hadir ke ruang pertemuan."
"Yuk, Kak," aku mendorong kursi roda Kakak,"tidak baik membuat tamu kita menunggu."
"Dik, aku khawatir denganmu, kau yakin akan baik-baik saja?" Kakak menatapku.
"Jangan khawatir aku akan baik-baik saja.", setelah berjalan cukup dekat, aku dan Kakak tiba di ruang pertemuan, atau lebih tepatnya hall istana. Hall ini nampak biasa tidak dihias terlalu mewah, hanya ditambah bunga yang semua berwarna putih. Mungkin untuk melambangkan perdamaian. Hall yang bernuansa kuning gading itu jadi terlihat lebih elegan. Papa, Mama, Kakek, Nenek dan rombongan dari Kerajaan Integra, semua berpakaian putih. Ya menurutku, warna putih itu warna yang netral dan menenangkan. Aku memakai dress sederhana berwarna putih yang terbuat dari kain satin, panjangnya sampai di bawah lutut. Nampak Papa bersalaman dengan Raja Integra itu.
"Selamat datang Yang Mulia Raja Erik, semoga pertemuan ini menjadi awal baru bagi kerajaan kita."
"Tentu, Yang Mulia Raja Surya. Semoga semuanya lancar.", Raja Integra itu tersenyum.
"Mari silahkan duduk!" kami semua lalu duduk di sofa warna kuning keemasan.
"Oh ya, perkenalkan ini putra mahkota kerajaan kami, Pangeran Viktor Phoenix.", Raja itu memperkenalkan putranya. Emm, jadi dia yang akan aku nikahi. Seorang laki-laki dengan rambut gondrong sebahu berwarna coklat kehitaman, ciri khas ras rambut api keturunan murni. Warna matanya coklat kayu manis. Hidungnya mancung, lebih mancung dari hidungku. Badannya tegap, atletis dan tinggi semampai. Kulitnya putih bersih. Duh, aku harus sering memakai high heels nih jika di potret bersamanya. Emm, tapi tampangnya terlihat sangar, seperti pembunuh berdarah dingin.
"Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Yang Mulia Raja Surya.", dia membungkukkan badannya.
"Senang bertemu denganmu juga Pangeran," Papa tersenyum padanya,"perkenalkan ini putriku, Putri Roselia Goldenlight.", ingin rasanya kuhajar pangeran dan raja itu, tapi aku harus menahan diri. Aku pun berdiri sambil merendahkan lututku. "Baiklah, Yang Mulia, bagaimana jika kita mulai membahas mengenai perundingan damai itu serta tanggal pernikahan putra-putri kita?"
"Dengan senang hati Yang Mulia. Semakin cepat perundingan damai itu ditandatangani akan semakin cepat bagi kedua belah pihak.", Raja Integra tersenyum.
"Oh ya sebaiknya, kita beri waktu putra-putri kita untuk berkenalan sebelum pernikahannya dilaksanakan."
"Benar, kurasa keduanya butuh saling mengenal satu sama lain terlebih dahulu.", Raja Integra dan Papa memberi isyarat kepadaku dan Pangeran Viktor Phoenix untuk berdiri. Kami pun berdiri, aku tidak tahu harus membawanya kemana. Mungkin ke taman yang kemarin kukunjungi boleh juga. Jika bukan karena perundingan dan penyelidikan itu, sudah aku pukul pangeran ini dengan sepatuku. Aku terus berjalan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, pangeran itu mengikutiku. Akhirnya sampai, setidaknya di sini para penjaga berjaga dari jarak cukup jauh. Taman ini sunyi, ada air mancur berwarna putih di bagian tengahnya. Ada juga kolam ikan, dengan bunga-bunga warna-warni dari Bumi maupun Nu Hope. Aku berjalan di jalan setapak tepi kolam ikan itu. Hanya tinggal aku dan dia. Suasana hening karena ini senja menjelang malam, Mr. Boma dan seseorang wanita, yang nampaknya dari pihak Kerajaan Integra mengikuti kami.
"Taman yang indah, Tuan Putri.", ucap Pangeran sambil mencium bunga Bumi yang dikenal sebagai mawar.
"Iya, ini salah satu tempat favoritku di istana ini.", jujur belum pernah aku segugup ini. Aku tak tahu harus berkata apa. "Emm, saya tak tahu harus mulai dari mana Pangeran. Apakah Anda tahu mengapa harus menikah dengan saya? Apakah Anda yakin menerima pernikahan ini?"
"Saya menerimanya Tuan Putri, apa pun yang diminta oleh Ayahanda, akan saya lakukan sebagai bentuk bakti saya."
"Apa Anda tahu tentang isi perjanjian itu? Dan apa Anda tahu mengapa harus menikah dengan saya?" aku mengulang pertanyaanku.
"Ya, saya sudah tahu isi perjanjian itu. Saya harus menikahi seseorang yang memiliki darah yang bisa menjadi obat bagi rakyat di kerajaan saya. Tentang mengapa saya harus menikahi Anda, Ayahanda hanya bilang kepada saya jika gadis itu adalah Anda dan agar ikatan perjanjian itu semakin kuat."
"Emm...baiklah Yang Mulia, jika Anda mengetahui tentang perjanjian itu," aku menghela napas,"Anda tahu kan gadis itu mengajukan syarat serta memperoleh hak imunitas?"
"Tentu, Tuan Putri saya tahu itu. Tapi tentang syarat yang diajukan saya masih belum mendapatkan informasinya."
"Ini!" aku memberanikan diri menyerahkan kertas kecil berisi salinan syarat yang aku ajukan kepada Papa, pangeran itu menerima lipatan kertas itu, laku membaca isinya."Itu semua syarat yang saya ajukan kepada Yang Mulia Raja Surya dan Yang Mulia Raja Erik.", aku duduk di ayunan dekat kolam.
"Baiklah Tuan Putri, saya mengerti dan saya menerima semua syarat ini. ", Pangeran itu duduk di ayunan di dekatku.
"Saya setuju melakukan pernikahan politik ini demi warga Integra serta demi perdamaian kerajaan."
"Tentu Tuan Putri, saya mengerti saya akan berusaha agar Anda selalu nyaman saat berada di kerajaan saya.", jawab Pangeran itu. Ingat Lia! Ingat jangan galak-galak pada pangeran musuh ini. Ingat pada penyelidikanmu. Kau harus seramah mungkin bila di depannya agar mendapat kepercayaannya. Aku berusaha menahan diri, jika ini bukan demi penyelidikan dan perdamaian kerajaan, sudah aku cekik dia. Apa lagi ya topik yang bagus untuk dibicarakan? Aku terkesan galak tidak ya tadi? Aku sudah berusaha ramah dan sopan seperti seorang putri. Yes! Akhirnya mereka menyingkir, kulihat Mr. Boma dan prajurit wanita dari Kerajaan Integra mulai menyingkir.
"Akhirnya mereka pergi," Pangeran itu menatap ke arah yang sama denganku, dia lalu menatapku,"namaku Viktor Phoenix.", ia mengulurkan tangannya padaku.
"Aku Roselia," aku menerima uluran tangannya, suasana menjadi hening,"mengapa Anda mengajakku berkenalan lagi?"
"Akan lebih baik jika saya mengenalkan diri secara langsung. Saya akan berusaha memenuhi syarat dalam perjanjian dan persyaratan dari Anda, jadi jangan khawatir. Terima kasih sudah bersedia membantu negeri kami.", ucapnya datar. Wah, sepertinya dia bukan pangeran yang ramah, sebelas dua belas dengan Kak Juna.
"Emmm...sama-sama.", duh, jika dia tipe tidak ramah butuh proses yang agak panjang nih buat dapet kepercayaannya. "Apa Anda tidak punya pertanyaan tentang diri saya? Kita berdua akan segera menikah.", aku berusaha mengakrabkan diri.
"Saya tidak ingin membuat Anda merasa tidak nyaman, Ayahanda saya berpesan agar selalu membuat Anda merasa nyaman."
"Emm...baiklah", mengapa dia selalu menyebut Ayahanda terus seperti anak kecil saja,"apa saya boleh bertanya sesuatu?"
"Tentu saja, bertanyalah saya akan menjawabnya."
"Apakah pernikahan ini tidak mengganggu kehidupan Anda? Em....maksud saya, apakah sebelumnya Anda punya pacar atau pasangan emm...yang mungkin jadi....", duh kenapa aku jadi menanyakan hal ini.
"Jangan khawatir, saya tidak pernah punya kisah cinta monyet yang bodoh itu. Anda tidak perlu khawatir.", dia menjawab dengan datar. Kisah cinta monyet yang bodoh? Kurasa Pangeran ini sangat serius menjalani hidupnya.
"Emm...jika boleh tahu berapa usia Anda Yang Mulia?"
"Saya berusia 20 tahun, Tuan Putri. Tidak berbeda jauh dengan usia Anda."
"Apa Anda masih bersekolah atau kuliah Yang Mulia?"
"Tidak, saya tidak sekolah di jalur umum. Saya fokus membantu Ayahanda saya menjalankan tugas dari situ saya belajar.", Pangeran itu terus saja memasang wajah datar nan sangar. Duh, lebih mending Kak Juna yang bisa senyum sedikit. Pangeran ini sangat datar seolah-olah tak ada kata bahagia dalam hidupnya. Kok aku jadi takut ya.
"Apa Anda tidak ingin melihat wajah saya?" aku penasaran dengan reaksinya.
"Tidak perlu, saya sudah bisa menghafal dari mata dan sentuhan tangan Anda.", jawabnya datar. WHAT?! Segampang itu? Dia tak penasaran dengan wajahku, sepertinya akan sulit mendekatinya,"Sebaiknya kita kembali Tuan Putri, kita sudahi saja perkenalan ini, Mrs. Erawati dan pengawal Yang Mulia Raja Surya sudah kembali, nampaknya mereka diutus untuk memanggil kita", dia meninggalkanku begitu saja, ya ampun apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah aku bisa bertahan terikat dengan orang dingin seperti dia?
penyajian bahasanya oke, seperti dibawa larut dalam alurnya. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter Part 1. Menuju Pusat Kerajaan