Read More >>"> Again (Again 06) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Again
MENU
About Us  

Again 06

Sekujur tubuh Amelia gemetaran saat melihat laki-laki di depannya. Matanya berkaca-kaca. Amelia tidak dapat bergerak, sekali pun ia berusaha keras untuk berlari dari sana.

“Amelia?”

Bagai bom besar, air mata Amelia tumpah seketika. Ini terasa nyata, bahkan sangat. Ia memejamkan mata kuat-kuat berharap saat membuka mata bayangan lelaki itu menghilang. Namun harapannya tidak terkabul, Arbian tetap di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Melihat Amelia menangis, Arbian maju untuk meraih gadis itu, tetapi Amelia melangkah mundur.

“Amelia?”

Tepat sedetik setelah panggilan itu Amelia melangkah pergi dari dapur, berjalan cepat, lalu menutup pintu rapat-rapat. Punggungnya tersandar ke pintu, napasnya tidak teratur. Amelia merasa kepala pusing.

Tidak. Tidak. Tidak.

Ia menggelengkan kepala kuat-kuat. Tidak mungkin. Tidak mungkin Arbian ada di rumah ini.

***

Seorang perempuan menangis tersedu-sedu di belakang rumah kosong yang tidak jauh dari pemukiman warga. Ia menatap belati di tangan kirinya. Ia sudah tidak sanggup lagi. Semakin hari perutnya membesar sementara tubuhnya sangat kurus. Untuk makan saja ia harus pergi ke sana dan ke mari, berkerja ini dan itu, diusir, dicaci-maki, hanya untuk mendapatkan sepiring nasi. Demi bertahan hidup.

Tangannya gemetaran. Ia mengarahkan belati itu ke dadanya, menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan segenap tenaga yang ia punya, lalu memejamkan mata. Hanya sekali saja. Hanya satu tusukan dalam, kuat, dan menikam, ia tidak perlu lagi hidup menderita seperti hari-hari lalu. Ia yakin, setelah hembusan napas terakhirnya, semua akan berakhir. Segalanya ... hidupnya ... juga anak yang ia kandung. Ia sudah tidak bisa bertahan, ini sudah sampai batas kesanggupannya melewati cobaan ini.

Ia menghitung mundur di dalam hati.

Tiga ...

Ayah ... bunda ... rumah ... teman-teman ... masa depan ... laki-laki itu. Semuanya melintas dengan cepat di kepalanya.

Dua ...

Anaknya ... mereka akan mati bersama.

Tiga ...

Selamanya ...

Ia mencengkeram kuat belati tersebut dengan kedua tangan, menarik napas dalam-dalam, dan menghunuskan belati tersebut ke dadanya.

“Berhenti!”

Teriakan seseorang membuatnya terkesiap. Belati itu ditahan oleh seorang wanita tua yang menatapnya seperti akan menangis. Ia melotot melihat darah mengalir dari belati itu, dari tangan wanita itu. Belati itu terjatuh ke tanah. Tubuhnya menengang melihat benda tersebut penuh dengan darah.

Wanita itu meringis menahan rasa perih karena kulit telapak tangannya robek saat bermaksud ingin menahan tangan perempuan itu, tetapi terlanjur belati itu bergerak maju dan tangannya terkena gesekannya. Ia menatap perempuan itu, lalu tersenyum lega.

“Ngga apa-apa, kamu dan anak kamu selamat.”

***

“Amelia, angkat telurnya. Udah gosong!” ucap Maria sambil terburu-buru mematikan api kompor.

Amelia terkesiap. Ia melihat telur mata sapi yang ia goreng sudah berubah hitam dan mengeluarkan bau gosong yang menyengat. Cepat-cepat ia mengangkat telur tersebut dan meletakkannya di piring. Amelia memejamkan mata, lalu mengembuskan napas berat.

“Kamu kenapa melamun?” tanya Maria heran. Lalu menatap Amelia dan terkejut melihat lingkar hitam di mata gadis itu. “Astaga. Kamu ngga tidur semalam?” tanyanya khawatir.

Amelia tersentak. Ia menggeleng pelan dan berkata, “Nggak, Bu.”

“Ya Allah, Amelia. Kalau kamu sakit bisa bilang Ibu, ‘kan? Jangan bekerja dengan kondisi seperti ini.” Nada suaranya terdengar cemas sekaligus perhatian.

Gadis itu menundukkan kepala. “Iya, Bu. Maaf,” sahutnya menyesal. Ia mengambil telur tadi dan membuangnya ke tong sampah. Lalu Amelia berjalan menuju kulkas, membukanya dan mengambil satu butir telur lagi.

Ia hendak menyalakan api kompor ketika Maria menahan tangannya.

“Sini, biar Ibu yang goreng telurnya,” kata Maria sambil mengambil telur itu dari tangan Amelia, lalu menyalakan api kompor dan menunggu minyak panas.

Amelia mengembuskan napas. Sedari tadi ia tidak fokus melakukan apa pun. Seperti mencuci piring menjadi sangat lama karena ia melamun sampai-sampai tidak mendengar suara Tiara. Ia duduk di kursi, sejak semalam ia tidak ingin memangis. Tapi air matanya seolah-olah tidak rela melihat ia berjuang sendirian menahan rasa sakit yang menikam jantungnya. Amelia merasa dunianya runtuh seketika. Ingatan-ingatan itu muncul kembali, rasa sakit itu mengoyak dadanya begitu kuat. Sakit sekali. Sampai-sampai Amelia tidak dapat merasakan apa-apa.

Di sampingnya, Tiara berusaha menggapai tangannya. Amelia menoleh, ia mengulum bibir. Amelia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan kecil Tiara. Gadis kecil itu tersenyum lebar menatap Amelia. Mendadak perasaan berat yang ia rasakan berkurang. Ia memejamkan mata untuk mencegah air matanya jatuh.  Ia tidak ingin menangis di depan Tiara, sekali pun Tiara tidak akan mengerti.

Maria terdiam. Ia tidak mengatakan sepatah kata pun sampai telur itu selesai di goreng, ia meniriskan minyaknya, meletakkannya di piring, dan mematikan api kompor. Ia momotong-motong telur itu sampai halus, lalu mencampurnya dengan bubur Tiara. Maria berbalik dan menatap Amelia.

“Biar Ibu aja yang menyuapi Tiara. Kamu istirahat saja di kamar,” kata Maria, lalu menggendong Tiara dan membawanya ke ruang tamu.

Amelia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Saat Maria dan Tiara pergi, perasaan berat itu kembali menghampirinya. Satu isakan lolos dibibir Amelia.

Tadi pagi ia kembali melihat Arbian di ruang tamu, lelaki itu berdiri di depan jendela dan menghadap keluar. Saat Arbian berbalik dan mata mereka bertemu, ternyata benar, kejadian semalam bukanlah mimpi.

Kenyataan ini begitu menohok hatinya. Satu tahun lamanya Amelia tidak mendengar kabar lelaki itu, dan kini tiba-tiba ia muncul di depan matanya. Menghancurkan seluruh pertahanan Amelia dalam sekejap mata. Amelia belum siap untuk menerima kenyataan.

***

Arbian menatap bayangannya di kaca. Matanya memerah karena rasa kantuk yang tidak bisa ia tahan, tetapi barang sebentar saja ia tidak dapat tertidur. Arbian melangkah perlahan ke luar kamar. Ia terkesiap saat melihat Maria sedang menyuapi seorang bayi perempuan makan. Untuk beberapa detik otaknya tidak bisa berfungsi. Ia hanya berdiri mematung di tempatnya berdiri.

Siapa? Anak siapa?

Ia berderap mendekati sofa. Bibirnya terkatup saat Tiara mengerjap menatap padanya. Arbian duduk di sofa di sebelah Maria duduk. Matanya tidak terlepas dari Tiara yang tiba-tiba saja tersenyum lebar ke arahnya.

Saat melihat Tiara memandang ke belakangnya Maria menoleh. Ia terkejut melihat Arbian menatap Tiara tanpa berkedip.

“Arbian?” panggilnya.

Arbian tersentak kaget. Ia menoleh menatap Maria yang juga balas menatapnya. “Kenapa, Nek?” Ia balik bertanya.

Maria tersenyum kecil lalu kembali menyuapi Tiara. “Kamu ngga mau sarapan?” tanyanya tanpa menoleh.

Arbian mengerjap. “Iya, Nek. Bentar lagi,” sahutnya pelan, lalu menatap Tiara. “Itu anak siapa, Nek?” Suara Arbian tercekat di tenggorokannya.

Tangan Maria berhenti menyuapi Tiara. Ia menelan ludah dengan susah payah. Entah kenapa lidahnya berat untuk mengatakannya. Maria mengerjap saat Tiara menentuh tangannya dan mengucapkan sesuatu dalam bahasa bayi.

“Kamu masih ingat waktu Nenek bilang ada keluarga baru? Namanya Amelia, dan ini anaknya,” sahutnya.

            Begitu mendengarnya, kedua tangan Arbian terkulai lemas dan ia memejamkan mata erat-erat. Napasnya berat dan terputus-putus. Dunianya mendadak gelap dan runtuh di depan matanya. Harapannya memang terkabul, tetapi bukan seperti ini yang ia maksud. Bertemu Amelia dan anaknya, di rumah neneknya ....

            Tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia bergerak dengan perlahan dan kaku menuju kamarnya, seperti robot yang sudah usang. Ia mencuci muka dan berganti pakaian dengan lesu. Ia sebenarnya bermaksud sarapan tetapi merasa tidak bernafsu.

            Amelia ... pasti gadis itu ada di dapur sekarang. Jadi Arbian putuskan untuk berdiam diri di kamar tanpa melakukan apa pun. Ia duduk di tepi ranjang, merenung, dan tidak memikirkan apa pun. Mendadak kepalanya pusing. Arbian butuh oksigen lebih banyak, karena tiba-tiba ia merasa sangat sulit untuk bernapas.

***

            Tiara sudah selesai makan dan Maria sudah meletakkan piring bekas makan Tiara ke dapur, mencucinya dan kembali ke ruang tamu untuk menjemput Tiara. Gadis kecil bergumam sambil memukul-mukul pelan wajah, bahu, dan kepala Maria. Sesekali ia tertawa keras jika Maria merasa pura-pura sedih atau kesakitan.

            Maria menggendong Tiara ke sana dan kemari. Menggodanya terus-terusan. Ketika melihat pintu kamar Amelia tertutup ia tertegun. Lalu ia berjalan menuju ruang keluarga, menyalakan televisi dan menyetel acara kartun untuk Tiara. Ia mengembuskan napas panjang saat duduk dengan Tiara di sofa.

            Sebenarnya ia masih penasaran apa yang terjadi semalam ketika mendengar bunyi kaca pecah dari dapur. Ia bangun dan keluar kamar mencari tahu di mana asal suara itu. Saat sampai di dapur, ia terkejut melihat Arbian dan Amelia saling bertatap satu sama lain. Terlihat jelas bahwa wajah Amelia memucat malam itu. Ketika Arbian memanggil nama Amelia, gadis itu tiba-tiba memangis lalu berlari menuju kamarnya.

            Arbian sama sekali tidak bergerak di tempatnya. Laki-laki itu masih menatap kosong ke arah pintu kamar Amelia. Maria penasaran ada apa di antara dua anak muda itu, tetapi ia tidak dapat melihat wajah Arbian untuk menebak apa yang laki-laki itu pikirkan.

            Maria menoleh menatap Tiara yang terdiam melihat televisi. Film Micky Mouse’s yang diputar di televisi membuatnya tertarik dan menatap penasaran setiap adegan yang ditayangkan.

            “Nek?”

            Panggilan itu membuyarkan lamunan Maria. Ia menoleh ke belakang dan menatap Arbian dengan kening berkerut. “Kamu mau ke mana, Arbian?” tanyanya, lalu bangkit dan mendekati Arbian yang saat ini mengenakan pakaian lengkap dengan tas di belakang punggungnya.

            “Aku mau pulang, Nek,” sahutnya lirih, berat, dan terdengar jauh.

            “Pulang?” Maria berdiri di hadapan Arbian, menatap wajah laki-laki itu heran.

            Arbian mengangguk pelan. Namun, tidak mengucapkan apa pun.

            Maria menggeleng. “Tapi kamu baru sehari di sini. Ada apa?” tanya Maria tidak habis pikir.

            Arbian masih belum menemukan suaranya kembali.

            “Kenapa Arbian? Nenek masih ingat waktu kamu bilang akan liburan di sini sampai tahun baru. Ini masih tanggal 22,” kata Maria mengingatkan.

            Arbian hendak menjawab ketika suara Tiara menangis mengalihkan perhatiannya.

            Maria berbalik bermaksud mengambil Tiara, tetapi Amelia lebih dulu datang dan menggendong Tiara ke pelukannya.

            “Aku mau nidurin Tiara dulu, Bu,” kata Amelia pelan.

            Sebelum ia berjalan, Amelia sempat melirik Arbian sebentar. Ia menelan ludah dengan susah payah. Lalu berderap menuju kamarnya dan menutup pintu.

Saat mendengar suara pintu ditutup, kesadaran Arbian kembali pulih. Ia mengembuskan napas yang tanpa sadar ia tahan sedari tadi. Arbian memijit pelipisnya. Lagi-lagi ia merasa dunia berputar-putar. Tadi ia bermaksud ingin pergi. Ia ingin menghindar dari kenyataan. Padahal sebelumnya ia sangat amat ingin bertemu dengan gadis itu. Namun, ternyata tidak semudah yang ia pikir. Apalagi ketika ia mengetahui bahwa Amelia sudah memiliki seorang anak, membuat Arbian tidak siap menerima kenyataan.

Arbian berbalik dengan langkah tersedat-sedat.

“Kamu mau ke mana, Arbian?” tanya Maria bingung.

“Mau ke kamar, Nek,” sahutnya tanpa menoleh.

Ketika sampai di depan kamarnya, Arbian membuka pintu perlahan, melangkah masuk dan menutupnya kembali.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Lovelly Doll
352      262     3     
Short Story
\"Diam dan memendam menunggu saat terbaik untuk menciptakan momen terindah.\"
Drama untuk Skenario Kehidupan
90      22     0     
Romance
Kehidupan kuliah Michelle benar-benar menjadi masa hidup terburuknya setelah keluar dari klub film fakultas. Demi melupakan kenangan-kenangan terburuknya, dia ingin fokus mengerjakan skripsi dan lulus secepatnya pada tahun terakhir kuliah. Namun, Ivan, ketua klub film fakultas baru, ingin Michelle menjadi aktris utama dalam sebuah proyek film pendek. Bayu, salah satu anggota klub film, rela menga...
L & A
14      14     0     
Romance
LA (From Aquarius to Leo) ____ The Blue adalah sebuah perusahaan majalah tempat di mana Riu bekerja. Dia bisa ada di sana karena bantuan seorang kepala editor yang memberikan ia kesempatan bekerja di sana. Riu bertemu dengan banyak orang. Dia memiliki usia paling muda di antara semua orang di perusahaan itu. Riu bekerja di tim editor bersama beberapa orang lainnya. Hari itu ia tidak s...
PUBER
16      6     0     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
Novel Andre Jatmiko
85      28     0     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
Pada Titik Ini Aku Merasa Bodoh
1421      1020     5     
Short Story
Di sini aku ditemani oleh luka. Mengingat kembali hal-hal indah yang pernah kita lewati bersama. Hatiku terlalu munafik, masih menyimpan dirimu. Di tempat lain, boleh jadi kau sedang berbahagia dengan lelaki sialan itu.
Ketos in Love
13      5     0     
Romance
Mila tidak pernah menyangka jika kisah cintanya akan serumit ini. Ia terjebak dalam cinta segitiga dengan 2 Ketua OSIS super keren yang menjadi idola setiap cewek di sekolah. Semua berawal saat Mila dan 39 pengurus OSIS sekolahnya menghadiri acara seminar di sebuah universitas. Mila bertemu Alfa yang menyelamatkan dirinya dari keterlambatan. Dan karena Alfa pula, untuk pertama kalinya ia berani m...
Replika
9      3     0     
Romance
Ada orang pernah berkata bahwa di dunia ini ada 7 manusia yang mirip satu sama lain? Ada juga yang pernah berkata tentang adanya reinkarnasi? Aku hanya berharap salah satu hal itu terjadi padamu
Ojek
2      2     0     
Short Story
Hanya cerita klise antara dua orang yang telah lama kenal. Terikat benang merah tak kasat mata, Gilang dihadapkan lagi pada dua pilihan sulit, tetap seperti dulu (terus mengikuti si gadis) atau memulai langkah baru (berdiri pada pilihannya).
Game of Dream
7      6     0     
Science Fiction
Reina membuat sebuah permainan yang akhirnya dijual secara publik oleh perusahaannya. permainan itupun laku di pasaran sehingga dibuatlah sebuah turnamen besar dengan ratusan player yang ikut di dalamnya. Namun, sesuatu terjadi ketika turnamen itu berlangsung...