Read More >>"> Zo'r : The Scientist (11 | Kemampuan Ini Mengerikan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Zo'r : The Scientist
MENU
About Us  

Terima kasih bagi kalian yang kalau saja menunggu kelanjutan Zo'r, maaf karena Zo'r update pelan-pelan sekali :') Sekali lagi maaf ;") Oh ya, setelah ini chapter Zo'r akan masuk ke bagian Lucas~! Akhirnya setelah beberapa bulan bagian Vil selesai juga ;"))))))

Note: kalau hpmu bisa split screen, bacanya sambil buka youtube search: Spellborn by Sham Stalin, ya. Musiknya agak pendek, sih, tapi cocok banget buat bagian terakhir Vil ini! Hehehe

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~!

------

28 Maret 2347

Roma, Italia

 

Kelopak mata yang tertutup itu terbuka secara perlahan, memperlihatkan indahnya netra ungu yang bersemayam di dalamnya. Matanya sedikit menyipit, menyesuaikan cahaya yang masuk menerpanya. Netranya bergerak, menelusuri tempat di mana dirinya berada sekarang. Dia mengangkat kepalanya sedikit. Pakaian yang ia kenakan masih sama dengan sebelumnya.

Dia bergerak, menegakkan tubuhnya. Namun, sesuatu mencegah tangan kirinya bergerak. Matanya melirik dan menemukan tangan kirinya terkait dengan besi di bawah ranjang yang ia tempati menggunakan borgol. Dia menghela napasnya pelan, dan menggeser perlahan tangan kirinya agar dia bisa duduk menyender di dinding belakangnya. Suara seraknya mengisi keheningan di ruangan yang hanya ada dia itu sesaat setelah dia menyenderkan tubuhnya. “Aku ..., di mana?”

“Kau sudah bangun rupanya. Selamat datang di rumah baruku.” Pintu ruangannya terbuka. Menampilkan sosok yang membuatnya berakhir di sini, Anca, yang diikuti oleh seorang lagi, adiknya, ya, adik tiri Vilfredo, Vior. Vilfredo melirik tidak peduli. Kenyataannya, dia sudah di sarang musuh, bukan?

Vilfredo mengalihkan pandangannya. Memandangi jendela yang terletak tidak jauh di serong kirinya. Tidak mempedulikan tatapan Anca dan Vior. Mulutnya terkunci rapat, sama sekali tidak bergerak, hanya bahunya yang bergerak, bernapas. Tatapannya yang terpaku pada jendela terlihat kosong, dan hampa. Rambut hitamnya berantakan, juga terlihat kusam. 

"Kak?" Vior memanggil pelan. Vilfredo hanya diam, bahkan melirik saja tidak. Sudah cukup, Vilfredo benci, seharusnya dia tidak mencoba menjadi normal. Dia yang sekarang adalah manusia batu, dan tidak lagi bisa menjadi manusia ekspresif … selamanya. Tangan Vior bergerak, hendak menyentuh bahu Vilfredo, tetapi gerakannya kalah cepat dengan tangan Vilfredo yang menepisnya kasar.

Vior meringis, tidak percaya mendapat perlakuan kasar dari kakaknya. Vior mencoba lagi, tetapi tetap saja, berapa kali pun ia mencoba, jari-jari lentik kakaknya selalu berhasil menepisnya lebih dulu. Hingga akhirnya, Anca menahannya. “Cukup, Vior. Dia tidak akan membiarkanmu menyentuhnya. Kau tidak sadar? Dia sama sekali tidak memedulikanmu dari tadi, melirik saja tidak, dan kau berharap dia membiarkanmu menyentuhnya? Lucu sekali.”

“Aku menepisnya bukan berarti aku tidak peduli, dan apa hakmu untuk memarahinya?” Suara dingin Vilfredo menyapa indra pendengaran Anca dan Vior. “Lalu ..., Vior, untuk apa kau terus mencoba menyentuhku?”

Hening. Anca dan Vior masih terkejut karena suara Vilfredo. Di satu sisi, Anca terkejut karena Vilfredo terlihat mirip dengan sifat yang sudah lama dia tinggalkan, sifat kala pertemuan pertama mereka, sedangkan di sisi lain, Vior masih tidak terbiasa dengan perubahan sikap kakaknya yang sangat besar. Padahal, sifat Vilfredo memang tidak pernah berubah. Hanya saja, topeng yang menutupinya sudah retak, dan mungkin tidak lagi bisa diperbaiki.

Vilfredo akhirnya bergerak lagi, tetapi tidak melihat Anca dan Vior. Dia kembali berguling ke arah kiri. Dia menutup matanya, mencoba melupakan apa yang terjadi, apa yang dia ingat dari sebelumnya. Tidak bisa. Semuanya terus terulang di benaknya, seperti kaset yang berputar tidak ada habisnya. Titik-titik keringat kembali muncul di wajahnya, menandakan kegelisahannya. Jangan, Vil. Kau bisa, kau kuat. Tenangkan dirimu. Jangan menolaknya. Kau pasti bisa menerimanya.

Mata Vilfredo kembali terbuka, dia meringkuk di atas kasur itu, melipat kedua kaki jenjangnya, mencoba mengabaikan suara-suara yang mengacau di benaknya. Tidak bisa. Berisk. Semuanya berisik. Vilfredo terus mencoba, tetapi cobaan kembali datang. Ponsel Anca berbunyi mengalunkan suara yang sebenarnya tidak mengganggu Vilfredo biasanya, tetapi menjadi sangat mengganggu sekarang karena sedang sensitif. Vilfredo meringis, mengerang ... dan akhirnya berteriak. Berisik. Sangat mengganggu.

“Hentikan ...,” ringis Vilfredo. Beberapa detik terlewati, Vilfredo hanya menekan telinganya kuat seraya bergerak gelisah. Namun, dirinya semakin kacau. Semua salah baginya. Dia berseru, “Hentikan itu!”

Anca dan Vior tersentak. Anca yang baru saja hendak menjawab panggilan yang masuk ke ponselnya segera menutupnya, tidak peduli siapa yang meneleponnya, yang pasti satu hal. Anca terkejut ... dan khawatir pada saat yang sama. Sama halnya dengan Vior yang tadinya tenggelam dalam lamunannya. Apa ... yang terjadi?

Vilfredo sedikit tenang, kebisingan yang didengarnya lumayan berkurang, tetapi tetap saja semuanya mengganggunya. Menghancurkan ketenangannya. Vilfredo membuka matanya perlahan, menatap nanar Vior dan Anca, dia meringis. “Headphone ..., headphone-ku.”

Vior mendengarnya, dengan segera matanya menyisir keseluruhan ruangan itu. Di mana ..., di mana tas yang dibawa kakaknya? Pasti ada di sana. Di lain sisi, Anca tidak sengaja menyadari, atau lebih tepatnya melihat darah mengalir dari kedua telinga Vilfredo. Baik Anca ataupun Vior sama-sama panik. Dengan gerakan yang cepat, Vior berhasil memberikan benda yang dicari kakaknya. Dengan tangan yang bergetar, Vilfredo meraih dan memakainya. Anca tetap terpaku menyaksikannya, hingga akhirnya mengambil beberapa lembar tisu untuk membersihkan noda darah yang tadinya mengalir membasahi leher dan baju yang dipakai, serta kasur yang ditempati Vilfredo.

Butuh sekitar 5 menit untuk Vilfredo menenangkan dirinya, dan selama 5 menit itu pula, Anca dan Vior dengan sabar menunggu. Mereka ingin tahu. Walaupun Vilfredo telah menceritakan tentang apa yang diperbuatnya sebelum ini pada Vior, tetap saja, Vilfredo tidak menceritakan kemampuannya dan malah kembali menyembunyikannya. Tanpa berbasa-basi lagi, Anca dan Vior segera mendesak Vilfredo agar menjelaskan semuanya.

Vilfredo mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan telapak tangannya, mengisyaratkan sebentar. Vior dan Anca hanya diam, mengamati Vilfredo yang melakukan sesuatu dengan headphone-nya, mengganti modenya yang sebelumnya hening menjadi biasa, tanpa suara infrasonik. Selesai melakukannya, segera suara dingin Vilfredo menyapa indra pendengaran Vior dan Anca. “Berjanjilah untuk tidak memberi tahu hal ini kepada siapa pun, sekalipun ia adalah orang-orang yang kalian percaya.”

“Percaya atau tidak semuanya tergantung kalian dan jangan bertanya asal usulnya, karena bahkan aku juga tidak mengetahuinya. Semua ingatanku ..., kacau setelah kejadian itu.” Vilfredo memulai, setelah melihat anggukan dari kedua orang yang ada di depannya. Netra ungunya menatap kosong ke depan, seolah jiwanya tidak lagi di sana. Sebelum Vilfredo melanjutkan perkataannya, Anca menyela. “Kejadian itu ...?”

“Koma.” Tanpa membiarkan disela lagi, Vilfredo segera melanjutkan apa yang hendak diketahui oleh Anca dan Vior. Suara Vilfredo menyiratkan kepedihan. “Sebagaimana yang kalian ketahui ..., aku itu sebuah objek percobaaan dan inilah kemampuanku, hasil rekayasa yang mereka lakukan padaku.”

“Karena inilah, aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak satu malam pun sebelum adanya headphone ini. Mengerikan ..., apa yang mereka berikan kepadaku itu mengerikan.” Vilfredo menjeda, belum siap mengatakan yang sebenarnya. Namun, wajah-wajah penasaran di depannya memaksanya. “Aku bisa mendengarnya, suara-suara itu .... Aku bisa mendengar apa yang tidak bisa kalian dengar. Aku ... bisa mendengar keduanya, baik itu audiosonik ataupun ... infrasonik.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 1 0 0
Submit A Comment
Comments (11)
  • MiraRahayu

    Woooowww. Mantap. Eh book 2? Satunya?

    Comment on chapter 0 | Prolog
Similar Tags
Kenangan
2      2     0     
Short Story
Nice dreaming
Gloria
27      11     0     
Romance
GLORIA, berasal dari bahasa latin, berarti ambisi: keinginan, hasrat. Bagimu, aku adalah setitik noda dalam ingatan. Namun bagiku, kamu adalah segumpal kenangan pembuat tawaku.
LULLABY
165      31     0     
Fantasy
Lowin mengingat Nasehat terakhir yang diberikan oleh sang kakak mowrine sebelum ia mengemban tugas dari kerajaan. Sang kakak mowrine juga harus melanggar larangan dan terpaksa berbohong untuk mendapat kepercayaan dari keluarga yang akan ia tinggalkan. Bukan tanpa alasan mowrine melakukan hal itu, ia melihat sesuatu didiri lowin yang mengusik ketenangan. Namun, Kenyataan tidak sesuai dengan har...
Chahaya dan Surya [BOOK 2 OF MUTIARA TRILOGY]
162      34     0     
Science Fiction
Mutiara, or more commonly known as Ara, found herself on a ship leading to a place called the Neo Renegades' headquarter. She and the prince of the New Kingdom of Indonesia, Prince Surya, have been kidnapped by the group called Neo Renegades. When she woke up, she found that Guntur, her childhood bestfriend, was in fact, one of the Neo Renegades.
LINN
146      30     0     
Romance
“Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
Trip
10      5     0     
Fantasy
Sebuah liburan idealnya dengan bersantai, bersenang-senang. Lalu apa yang sedang aku lakukan sekarang? Berlari dan ketakutan. Apa itu juga bagian dari liburan?
L for Libra [ON GOING]
98      9     0     
Fantasy
Jika kamu diberi pilihan untuk mengetahui sebuah kenyataan atau tidak. Mana yang kamu pilih? Sayangnya hal ini tidak berlaku pada Claire. Dirinya menghadapi sebuah kenyataan yang mengubah hidupnya. Dan setelahnya, dia menyesal telah mendengar hal itu.
FORGIVE
12      6     0     
Fantasy
Farrel hidup dalam kekecewaan pada dirinya. Ia telah kehilangan satu per satu orang yang berharga dalam hidupnya karena keegoisannya di masa lalu. Melalui sebuah harapan yang Farrel tuliskan, ia kembali menyusuri masa lalunya, lima tahun yang lalu, dan kisah pencarian jati diri seorang Farrel pun di mulai.
THE HISTORY OF PIPERALES
17      8     0     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Zo'r : The Teenagers
20      10     0     
Science Fiction
Book One of Zo'r The Series Book Two = Zo'r : The Scientist 7 orang remaja di belahan dunia yang berbeda-beda. Bagaimana jadinya jika mereka ternyata adalah satu? Satu sebagai kelinci percobaan dan ... mesin penghancur dunia. Zo'r : The Teenagers FelitaS3 | 5 Juni - 2 September 2018