Read More >>"> Delapan Belas Derajat (03. Pulang Bareng) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Delapan Belas Derajat
MENU
About Us  

Jika terpikirkan goresan ditanganmu, hatiku juga tergores.

…….

“Azmah!”

Azmariah yang asik berjalan dengan memakan telur gulung menoleh ke sumber suara yang tepat di belakanganya.

“Apa, Adonis?”

Laki-laki yang bernama Adonis itu berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah tadi. Dia menoleh ke Azmariah yang masih asik memakan telur gulung yang berwarna merah karena saus.

“Idelisa …,” ucapnya.

“Lisa kenapa?”

“Sesya …,”

Azmariah berdecih lalu memutar bola matanya malas. “Jadi, Idelisa apa Sesya?”

“Dua-duanya!”

“Kenapa, Nis?” tanya Mansa yang muncul dari belakang Azmariah.

“Pacar lo, bikin Idelisa down!” seru Adonis menatap Mansa.

“Pacar gue? Perasaan gue jomlo,” gumamnya.

Azmariah memberikan telur dadar yang masih ada di dalam kantong plastik ke Adonis. Dia pergi berlari ke arah kelas Idelisa yang tidak jauh dari kelasnya.

Saat dia hampir sampai, tubuhnya tak sengaja tertabrak oleh Idelisa yang berlari dan turun ke bawah menggunakan tangga.

“Yah, telat,” gumam Azmariah. Dengan cepat dia menoleh ke belakangnya dan menemukan Adonis yang berdiri di sana. “Samperin Idelisa, tenangin dia,” lanjutnya dan kembali berlari ke kelas Idelisa.

Di depan kelas IPA 3 masih cukup ramai. Di dalam juga terdapat beberapa murid yang yang nyatanya murid-murid yang dipandang dan sok berkuasa di sekolah ini.

Dengan santainya, Azmariah masuk ke dalam kelas itu dan menghampiri mereka. Dia berdiri ditengah kelima orang itu dan berdeham untuk mendapatkan perhatian. Kelima orang itu menatapnya dengan tatapan jengkel.

“Sesya,” panggil Azmariah dingin.

Sesya hanya menaikkan kedua alisnya tanda bingung. Azmariah menarik tangannya dengan kasar namun dicekal oleh Elina yang ada di sampng Sesya.

“Lo masuk wilayah kita. Jangan seenaknya tarik tangan orang!” seru Elina seraya memelototkan matanya.

“Hah? Emang ini kelas kalian yang punya?” tanya Azmariah sinis.

“Lo mau apa?” tanya Cindy.

“Sesya. Lo ngomong apa sama Idelisa?” tanya Azmariah penuh tekanan.

“Lah, gue Cuma ngomong berdasarkan fakta—“

Ucapan Sesya terpotong oleh suara petir yang cukup keras dari luar kelas mereka. Elina hanya memandang kaca di belakangnya dengan tatapan malas.

“Mau hujan, ayo pulang,” ajak Elina ke teman-temannya. Mereka berlima berjalanan hingga ke depan pintu kelas.

Azmariah mengejar mereka seraya berteriak, “Urusan gue belum selesai! Jangan lari dari masalah! Cabe!”

“He! Yang cabe itu lo!” teriak Sesya tak kalah keras.

Azmariah baru saja ingin membalas perkataan Sesya yang mambuatnya kesal. Baru saja membuka mulut, tiba-tiba ada suara yang datar dari muka pintu kelas IPA 3.

“Kalau Azmariah cabe, lo apa? Paprika?”

“Lo gak perlu ikut-kutan,deh—“ Sesya menengok ke muka pintu lalu membelalakkan matanya, “—M-Mansa?” lirihnya.

“Apa manggil-manggil?” ketus Mansa.

“Em, i-itu ….”

Mansa masuk ke dalam dengan santai. Tangannya sudah berbalut sarung tangan untuk siap pulang. Dia menarik Azmariah lalu keluar dari kelas sana.

“Kalau mau omongin masalah orang, urusin dulu diri lo sendiri.” Mansa menarik lengan Azmariah lallu pergi meninggalkan kelas IPA 3.

Azmariah belum protes hingga mereka sampai ke depan parkiran sekolah. Tepatnya, di depan motor Mansa yang terparkir di sana.

“Lepasin!” titah Azmariah.

Dengan santai, Mansa melepaskan tangannya yang menarik Azmariah tadi. Azmariah hnya menatapnya kesal. “Ngapain lo tadi?”

“Cuma lewat.”

“Terus ngapain masuk segala?”

“Cuma iseng.”

Azmariah hanya menghela napasnya pelan lalu menepuk dahinya untuk menetralisir emosinya. Mansa mengambil helm dan memakainya. Dia menyalakan mesin motornya di tempat.

“Naik,” titahnya.

“Gue jalan aja,” tolak Azmariah halus.

“Masih gerimis,” balas Mansa.

“Iya, gak apa-apa—“

“Cepet!” Mansa menarik lengan Azmariah dengan tangan kirinya. Hal itu membuat Azmariah mendekat dengannya lalu menghela napas dengan pasrah lalu mengikuti perintah Mansa.

“Lama,” gumam Mansa.

“Apa?!”

“Enggak. Pegangan, gue mau ngebut,” ucapnya lalu menancap gas hingga membuat Azmariah terkejut.

“Pelan-pelan geblek! Gue gak mau mati muda!” teriak Azmariah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • kairadish

    @yurriansan makasih banyak kak sudah mampir^^
    Aku suka nama mansa garem wkwkwkwkw
    Oke kak,^^

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • yurriansan

    nama tokohmu unik2, Mansa Garem, wkkwkwk. masih nunggu lanjutannya.
    kamu juga boleh kasih kritik da saran ke tulisanku kalau mau

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • kairadish

    @rara_el_hasan makasih banyak kak, sudah mampir^^

    Comment on chapter Prologue
  • rara_el_hasan

    diksinya asyik .... baru baca dua part langsung nagih

    Comment on chapter Prologue
Similar Tags
27th Woman's Syndrome
36      13     0     
Romance
Aku sempat ragu untuk menuliskannya, Aku tidak sadar menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya. Orang ketiga? Aku bahkan tidak tahu aku orang ke berapa di hidupnya. Aku 27 tahun, tapi aku terjebak dalam jiwaku yang 17 tahun. Aku 27 tahun, dan aku tidak sadar waktuku telah lama berlalu Aku 27 tahun, dan aku single... Single? Aku 27 tahun dan aku baru tahu kalau single itu menakutkan
BELVANYA
1      1     0     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.
Cinta dan Rahasia
3      3     0     
Short Story
Perasaan tak mudah untuk dipendam. Ketahuilah, manusia yang ‘kuat’ adalah manusia yang mampu mengekspresikan perasaanya. Itu semua wajar. Manusia akan merasakan senang bila mendapatkan kebahagiaan dan sedih bila harus kehilangan.
F I R D A U S
10      4     0     
Fantasy
Another Word
3      3     0     
Short Story
Undangan pernikahan datang, dari pujaan hati yang telah lama kamu harap. Berikan satu kata untuk menggambarkannya selain galau.
Cinta Aja Nggak Cukup!
4      4     0     
Romance
Pernah denger soal 'Triangular theory of love' milik Robert Sternberg? The one that mentions consummate love are built upon three aspects: intimacy, passion, and commitment? No? Biar gue sederhanakan: Ini cerita tentang gue--Earlene--dan Gian dalam berusaha mewujudkan sebuah 'consummate love' (padahal waktu jalaninnya aja nggak tau ada istilah semacam itu!). Apa sih 'consummate love'? Penting...
Again
46      8     0     
Romance
"Kita bertemu lagi, sebagai pisah yang belum punah." _________________________ Apa pun alasannya, Amelia Carla berharap tidak akan bertemu lagi dengan Arbian Fahrez. Setidaknya Amelia Carla sudah menyelesaikan segala perihal yang menyangkut pria jangkung itu. Demi apa pun, Arbian Fahrez akan melakukan apa saja untuk menebus kesalahannya. Mungkin sekadar menyampaikan resah yang masi...
JAR OF MEMORIES
380      278     1     
Short Story
and story about us a lot like a tragedy now
Damn, You!!
23      10     0     
Romance
(17/21+) Apa yang tidak dimilikinya? Uang, mobil, apartemen, perusahaan, emas batangan? Hampir semuanya dia miliki kecuali satu, wanita. Apa yang membuatku jatuh cinta kepadanya? Arogansinya, sikap dinginnya, atau pesonanya dalam memikat wanita? Semuanya hampir membuatku jatuh cinta, tetapi alasan yang sebenarnya adalah, karena kelemahannya. Damn, you!! I see you see me ... everytime...
Flower With(out) Butterfly
2      2     0     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati