Read More >>"> Sweet Pea (Reincarnation) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Pea
MENU
About Us  

1-1

“Baginda raja! Yang mulia ratu datang untuk menemui baginda.”

Kenan menghelakan nafas untuk kesekian kalinya. Dia juga mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha rasa stresnya menghilang begitu saja. Belakangan ini tugasnya semakin menumpuk. Padahal baru dua bulan berlalu setelah penobatannya sebagai raja baru. Ditambah perasaan tidak sukanya pada wanita yang kini juga sudah resmi menjadi ratu bagi kerajaannya.

“Suruh saja dia masuk!” perintahnya pada tangan kanannya, Chris.

Tak lama kemudian pintu besar yang memisahkan ruangan raja dengan dunia luar pun terbuka. Farra berjalan dengan anggun sambil membawa sebuah nampan berisi cemilan dan minuman untuk sang suami. “Istirahatlah! Aku tahu kamu kurang tidur belakangan ini.” Ucapnya setelah menaruh nampan di meja kecil yang berada tidak jauh dari Kenan.

Kenan pun menaikkan wajahnya, menatap wanita yang sudah tiga tahun menjadi istrinya itu dengan tatapan dingin. “Dengan alasan apa kamu memerintahku untuk beristirahat? Apa alasannya karena peduli? Khawatir? Atau kamu masih memakai alasan kunomu, yaitu karena ‘cinta’?” Kenan menekan pada kata cinta.

Farra menundukkan kepalanya. Badannya mulai bergetar. Dia sedang berusaha mati-matian untuk menahan tangisnya. Dia tidak boleh membiarkan cairan bening itu mengalir di pipinya saat berhadapan dengan raja, suami yang sangat ia cintai itu.

Kenan bangun dari duduknya, berjalan mendekati Farra. “Kamu juga. Belakangan ini kamu menjadi semakin menyebalkan. Pasti kamu tahu, bahwa tugasku sekarang semakin banyak. Maka dari itu berhentilah menggangguku.” Kenan menarik dagu Farra agar menatap matanya. “Sepertinya kamu juga mempercantik diri. Lavender. Itu parfum yang sekarang kamu pakai, bukan? Apa kamu sedang menggodaku sekarang?”

“Ke-kenan?”

“Aku memang mulai menganggapmu sebagai istriku. Ternyata kamu malah melunjak. Aku menyesal telah memilih untuk melakukannya. Seharusnya kamu sadar, dari awal aku tidak mencintaimu dan tidak akan pernah mencintaimu.”

Air mata yang sedari  tadi ditahan pun sudah tidak terbendung lagi. Mau berapa kalipun mendengar kalimat itu, tetap saja menyakitkan.

Hush! Jangan menangis ratuku! Jika kamu menangis, aku yang terlihat sangat jahat. Padahal, kamulah yang paling jahat disini. Benar, bukan?”

Farra memundurkan kakinya, mengalihkan pandangannya. “Maaf karena sudah mengganggu waktu kerjamu. Aku sungguh menyesal.” Farra menyeka air matanya. “Aku pamit.”

^.^

Farra berjalan sendiri menuju istananya. Dia memerintahkan para dayang yang biasa menemaninya untuk membiarkannya sendiri dulu kali ini.

Farra berjalan sambil memegangi dadanya yang masih terasa sakit akibat ucapan yang dilontarkan Kenan tadi.

“Aku takut.” Gumamnya disela isakannya. Dia semakin menekan dadanya, yang semakin terasa sakit. Kali ini sakitnya berbeda. Sakitnya terasa lebih menyakitkan sehingga membuatnya kehilangan keseimbangan.

Farra terjatuh dilorong yang sangat sepi. Hanya ada dia dan suara isakannya yang masih terdengar. “Kumohon! Jangan sekarang.”

Farra berusaha bangun kembali, walaupun kakinya mulai mati rasa. Dia berusaha untuk sampai ke istananya dengan langkah yang begitu pelan. Kakinya sudah tidak mampu menompang tubuhnya. Dadanya semakin terasa sakit. Ini sudah yang keberapa kalinya dia merasakan hal ini? mau sampai kapan rasa sakit ini dia rasakan?

Faraa membaringkan dirinya di kasurnya dengan harapan sakitnya akan hilang seperti biasanya setelah ia tidur. Dia memejamkan matanya, yang mulai berat itu. dia juga menetralkan nafasnya yang sempat terengah-engah karena menangis.

“Terima kasih atas segalanya, Kenan.”

^.^

“Ba-baginda!”

“Apalagi, Chris?”

“Ini soal yang mulia ratu Farra.”

“Ada apalagi dengannya? Sungguh merepotkan!” Ucap Kenan dengan kesal. “Apa dia mengurung diri dikamarnya untuk menangis karena ucapanku tadi pagi?” Tanya Kenan dengan nada yang lumayan tinggi. “Dia menyuruhku untuk istirahat. Padahal dialah yang membuatku sangat lelah kerena sikap manjanya.”

Chris mengepal keras kedua tangannya. Dia sungguh tidak ingin menyampaikan berita ini pada tuan yang sangat dia hormati.

“Chris? Lanjutkan! Kenapa diam saja?”

“Se-sebenarnya, tadi salah satu dayang yang melayani yang mulia ratu datang membawa sebuah berita .” Chris menarik nafasnya. “Setelah datang keruangan baginda tadi pagi, yang mulia ratu beristirahat di istananya seperti biasa. Tapi anehnya, dia menyuruh semua dayang mengosongkan istananya.”

“Yang mulia ratu tidak keluar dari istananya ataupun memanggil dayang untuk diminta bantuannya. Kepala dayang yang mulai khawatir dengan yang mulia ratu pun memutuskan untuk masuk kedalam istana untuk memeriksa keadaan yang mulia ratu. Tapi—“ Chris meneteskan air matanya. Kenan sungguh terkejut. Chris tidak pernah menangis seperti ini di depannya. Ini pertama kali. Dan alasannya adalah Farraillen, istrinya.

“Lanjutkan!” Perintah Kenan dengan suara yang mulai bergetar.

“Yang mulia ratu sudah—tidak bernafas lagi. Dia sudah tidak membuka matanya lagi. Yang mulia ratu sudah tiada.”

Tanpa berpikir lagi, dengan tergesa-gesa, Kenan berlari menuju istana ratu yang jaraknya tidak jauh dari istana raja. Kenan berlari secepat mungkin.

Dia tidak mencintai Farra. Dia tidak pernah peduli dengan Farra. Tapi mengapa dia terlihat putus asa saat mendengar kabar itu dan langsung berlari menuju istana ratu?

Seharusnya, dia jangan langsung percaya dengan apa yang Chris sampaikan. Bisa saja Chris berbohong, bisa saja Farra memalsukan hal ini, bisa saja, bukan? Mengapa perasaannya campuk aduk? Di dalam hatinya, dia merasa takut, panik, khawatir, tidak percaya, sedih dan putus asa.

 Jujur, dia tidak pernah berpikir bahwa hari ini datang secepat ini. hari dimana Farra benar-benar meninggalkannya untuk selamanya.

“Farra!” Kenan membanting pintu. Dia berjalan dengan langkah dengan tubuh yang mulai bergetar saat melihat Farra terbaring di atas kasurnya. Kakinya mulai melemas. “Farra?” Panggilnya untuk memastikan bahwa perempuan itu masih bisa menjawab.

Kenan bersimpuh di samping kasur, menggenggam erat tangan Farra yang sudah sangat pucat. “Dingin.” Ucapnya dengan suara yang lirih. “Kenapa tubuhnya sangat dingin? Kenapa tubuhnya sangat pucat? Tadi pagi, dia baik-baik saja. dia masih hangat seperti biasanya.”

Kenan menangis. Dia tidak tahu alasan mengapa dia menangis. Mungkin, sebenarnya dia mulai cinta dan peduli dengan Farra. Tapi, semuanya terlambat. Dia menyesal. Memang benar, penyesalan akan selalu datang di akhir cerita. Dan itu terjadi pada Kenan sekarang.

“Farra! Kumohon, bangunlah. Tubuhmu sangat dingin. Maafkan aku.”

1-2

          “Farra siapa, dek? Pacarmu? Cie~ sampai terbawa kedalam mimpi.” Suara ini. mengapa harus suara ini yang kudengar pertama kali saat bangun tidur sungguh menyebalkan.

          “Keluarlah, kak! Aku mau tidur lagi.”

          “Kalau kamu melanjutkan tidurmu dan lebih memilih memimpikan Farra, pacarmu, kamu akan telat, dek. Bangunlah! Tahun ajaran baru, loh.”

          Sial!

“Bangun, ya dek. Perempuan tidak suka dengan laki-laki yang malas. Nanti si Farra minta putus padamu karena kamu malas.”

“Farra bukan pacarku!!!” Aku melempar bantal kea rah pintu kamarku. Aku kalah cepat lagi. Kakaku sudah menutup terlebih dahulu pintu kamarku. Lain kali, lemparan bantalku akan mengenainya.

^.^

Sudah sepuluh tahun aku memimpikan hal yang sama, kejadian yang sama dan rasa yang menyakitkan yang sama.

Saat umurku tujuh tahun, ingatan kehidupanku dimasa lalu muncul begitu saja. Dan itu sangat menyiksaku hingga sekarang. Aku sudah hidup tenang selama tujuh tahun tanpa ingatan masa laluku, kenapa ingatan itu harus muncul?

Dulu, aku adalah Kenan Kendargess, raja kerajaan Kendargess. Aku memiliki istri, ratuku yang bernama Farraillen Kendargess. Dia meninggal dua bulan setelah penobatanku sabagai raja.

Aku sungguh terkejut saat mendenar kematiannya. Saat pagi hari, dia terlihat biasa saja. Membawakanku cemilan dan minuman yang kusuka seperti biasa. Tersenyum manis seperti biasa. Mencoba menarik perhatianku seperti biasa. Berakting kuat seperti biasa.

Dan aku juga—menyiksanya dengan tidak memperdulikannya seperti biasa. Melontarkan ucapan tajam seperti biasa. Membencinya seperti biasa. Tapi, entah mengapa saat melihat tubuh mungilnya yang sudah tak bernyawa saat itu aku merasa duniaku telah hancur. Kebahagianku telah direbut paksa. Aku tidak tahu mengapa aku merasakan hal itu.

Apa aku sudah jatuh cinta padanya?

Yang pasti, aku sungguh menyesal. Sangat menyesal. Dan rasa penyesalan itu kini menghantuiku. Setiap malam aku bermimpi tentang kematiannya. Seakan memaksaku untuk terus mengingat apa kesalahanku. Memaksaku untuk mengingat senyum manisnya yang sekarang terasa menyakitkan.

Aku merindukannya, jujur sangat merindukannya.

Setelah kematiannya, aku memutuskan untuk tidak menikah lagi. Aku memilih untuk sendiri. Aku tersadar, posisinya dalam hatiku sudah cukup membekas. Saat dia menghilang, aku merasa sangat hampa. Dia telah mengambil separuh hidupku. Tanpa sadar aku sudah sangat mencintainya.

Mengapa aku baru sadar disaat dia sudah tiada? Mengapa aku baru sadar saat itu?

Aku merindukanmu, Farra.

Aku sangat bodoh.

Aku sangat jahat.

Aku sungguh menyesal.

Kumohon, maafkan aku dan kembalilah.

Aku sangat mencintaimu. Bisakah waktu diputar kembali?

^.^

“Matamu bengkak lagi, nan?” Tanya ibu. Bukankah ini sudah kejadian yang biasa? Aku pasti selalu bangun sambil menangis karena mimpi itu. Lalu kembali menangis setelah aku bangun. Aku tersiksa. Apakah ini sebuah hukuman untukku?

“Ibu! Tau tidak? Ginan punya pacar namanya Farra. Perempuan itu yang selalu dimimpikan Ginan hingga menangis seperti ini.” Kakaku, Reina mengadu hal yang tidak-tidak pada ibuku.

“Benarkah? Apakah cintamu bertepuk sebelah tangan selama sepuluh tahun ini?”

Aku menatap jengkel mereka berdua. “Semoga ayah cepat pulang dari dinasnya. Aku sungguh tidak tahan harus berada ditengah-tengah dua perempuan tukang gosip seperi ibu dan kakak.”

“Dek! Kalau kamu ada masalah dengan si Farra, kamu harus meminta maaf padanya. Ya~ walaupun bukan salahmu. Tapi, laki-laki harus berani meminta maaf duluan. Percaya padaku, perempuan akan langsung luluh.”

Aku tertawa kecil. Aku tidak menertawakan ucapan aneh yang kakakku lontarkan. Aku sedang menertawakan diriku sendiri. Meminta maaf? Pada Farra? bagaimana caranya? Aku sudah tidak bisa menemukannya lagi.

^.^

“Nan! Kamu tahu? Kita sekelas dengan Alvia, perempuan populer disekolah ini. Dia masih sendiri, loh. Apa kamu tidak tertarik?”

“Alvia?” Aku menyatukan kedua alisku. Aku tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya? Yakin dia bukan anak pindahan? Populer? Tapi kenapa aku tidak tahu?

“Ginandra! Aku tahu kamu mengidap penyikat psikologis yang membuatmu selalu bermimpi buruk dan mimpi itu selalu terulang-ulang. Tapi biarkanlah dirimu melihat dunia. Dunia ini sangat luas. Masa Alvia yang sangat terkenal di sekolah saja tidak tahu. Apalagi artis-artis yang terkenal di manca negara.”

Aku mengusap pelan kepala Arka. “Ka! Aku tidak sekuno itu. Jangan anggap aku seperti manusia purba yang baru keluar dari gua.”

1-3

Seluruh murid diarahkan untuk kelapangan untuk melaksanakan upacara pembukaan tahun ajaran baru. Ini adalah tahun kedua Ginan memakai seragam putih abu-abunya. Tak terasa, Ginan berhasil melewati satu tahun masa SMA-nya. Waktu memang berjalan dengan cepat, bukan tanpa kita sadari?

Sama seperti waktu itu. Ginan merasa waktunya sangat cepat setelah kehilangan separuh dirinya.

Ginan sudah berusaha hidup seperti biasanya selama sepuluh tahun ini. Tapi tetap saja, rasa penyesalannya yang paling besar. Ginan memang harus melaksanakan hukuman berat baginya karena sudah ‘membunuh’ istrinya, ratu kerajaannya.

“Kalau kamu memang tidak tertarik dengan Alvia, ini adalah berita bagus untukku. Aku tidak ada saingan berat lagi.”

Ginan hanya terdiam mendengar semua ocehan Arka, sahabatnya yang selalu membicarakan Alvia. Arka selalu mengocehkan hal yang sama sejak Ginan baru sampai sekolah sampai selesainya upacara pembukaan tahun ajaran baru. Hebatnya, Ginan tahan dengan semuanya.

Ginan berjalan dengan sedikti tergesa untuk menghindari Arka yang terus membuntutinya. Arka tidak sadar bahwa Ginan semakin lama semakin jauh darinya. Saking tergesanya, Ginan menjadi tidak fokus dengan apa yang ada didepannya sehingga dia tidak sengaja menabrak seorang perempuan hingga terjatuh.

“Maaf!” Ucapnya sambil mengelurkan tangan pada perempuan yang terjatuh karenanya itu.

“Tidak apa-apa.”Jawab perempuan itu sambil menerima uluran tangan Ginan. “Aku yang salah karena tidak fokus tadi.”

“Kelas 11 IPA 2?” Gumam Ginan saat melihat buku yang dibawa perempuan itu.

“Ah! Ini buku absen kelas 11 IPA 2?”

“Aku kelas 11 IPA 2. Apa mau dititipkan padaku saja?” Tawar Ginan.

“Tidak usah. Aku juga kelas 11 IPA 2. Kita sekelas rupanya. Mau pergi kekelas bersama?”

1-4

“Namaku Alvia.” Kata perempuan itu untuk membuka topik pembicaraannya lagi. Ternyata perempuan ini yang Arka maksud sedari tadi. Alvina Adarna Leyssa, perempuan yang populer. Jujur, saat melihatnya pertama kali, aku langsung terpukau dengan paras cantiknya. Dia bukan hanya cantik, tapi juga ramah. Setiap berpapasan dengan orang, dia selalu menyapa dengan halus. Pantas saja populer. Wanita idaman rupanya.

“Namaku Ginan.” Sahutku.

Alvia membuka buku absen yang sedari tadi didekap. “Ginandra Kean Pratama. Itu nama panjangmu?” Alvia terkekeh. “Kean. Kean. Kean. Kenan.”

Aku menghentikan langkahku. Aku cukup terkejut. Dia mengucapkan nama Kenan bukan? Nama lamaku? Kenapa dia bisa tahu? Tidak ada satupun orang yang tahu nama lamaku, kecuali aku. Yang tadi hanya kebetulankan. Dia hanya bergumam secara random, kan?

“Kenapa? apa ada masalah?” Alvia membubarkan lamunanku.

“Tadi—kamu menyebutkan nama Kenan?”

Alvia tersenyum. Senyumannya mengingatkanku pada seseorang. Seseorang yang aku rindukan. Seseorang yang sangat ingin aku temui. Farra, istriku, ratuku. “Kenan!” Hatiku terasa tersayat. Suaranya sungguh mirip. Dia Farra. Sudah pasti dia Farra.

“Nama itu mengingatkanku pada seseorang. Seseorang yang sangat ingin aku lupakan.Tak kusangka,kamu hanya mengubah sedikit namamu. Kukira kamu akan mengubah semuanya, agar tidak terikat masa lalu.”

Aku berjalan dengan langkah yang pelan, menghampiri Alvia yang jaraknya lumayan jauh dariku karena aku yang tiba-tiba menghentikan langkahku sebelumnya. Untung saja lorong sedang sepi. Tidak ada orang yang melihat kami berdua.

“Fa-farra?”

“Selamat pagi, baginda raja. Apa kabarmu? Maaf, aku tidak membawakan cemilan dan minuman kesukaanmu seperti biasa.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • yurriansan

    Fantasi romance, ya?
    Tdi aku bca, ada tanda baca yg selip. Typo mmg tanda cinta, macam aku yg selalu punya typo.

    Comment on chapter Reincarnation
Similar Tags
Kumpulan Quotes Random Ruth
34      11     0     
Romance
Hanya kumpulan quotes random yang terlintas begitu saja di pikiran Ruth dan kuputuskan untuk menulisnya... Happy Reading...
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
4      4     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
Keep Your Eyes Open
4      4     0     
Short Story
Ketika mata tak lagi bisa melihat secara sempurna, biarkan hati yang menilainya. Maka pada akhirnya, mereka akan beradu secara sempurna.
Jalan Tuhan
304      229     3     
Short Story
Percayalah kalau Tuhan selalu memberi jalan terbaik untuk kita jejaki. Aku Fiona Darmawan, biasa dipanggil fia, mahasiswi kedokteran di salah satu universitas terkemuka. Dan dia, lelaki tampan dengan tubuh tinggi dan atletis adalah Ray, pacar yang terkadang menjengkelkan, dia selalu menyuruhku untuk menonton dirinya bermain futsal padahal dia tahu, aku sangat tidak suka menonton sepak bola ata...
My Last Moment
2      2     0     
Short Story
Will Nicole know what her parents' biggest lie to her is?
Bismillah.. Ta\'aruf
3      3     0     
Short Story
Hidup tanpa pacaran.. sepenggal kalimat yang menggetarkan nurani dan menyadarkan rasa yang terbelenggu dalam satu alasan cinta yang tidak pasti.. Ta\'aruf solusi yang dia tawarkan untuk menyatukan dua hati yang dimabuk sayang demi mewujudkan ikatan halal demi meraih surga-Nya.
The Reason
123      29     0     
Romance
"Maafkan aku yang tak akan pernah bisa memaafkanmu. Tapi dia benar, yang lalu biarlah berlalu dan dirimu yang pernah hadir dalam hidupku akan menjadi kenangan.." Masa lalu yang bertalian dengan kehidupannya kini, membuat seorang Sean mengalami rasa takut yang ia anggap mustahil. Ketika ketakutannya hilang karena seorang gadis, masa lalu kembali menjerat. Membuatnya nyaris kehilan...
The One
5      5     0     
Romance
Kata Dani, Kiandra Ariani itu alergi lihat orang pacaran. Kata Theo, gadis kurus berkulit putih itu alergi cinta. Namun, faktanya, Kiandra hanya orang waras. Orang waras, ialah mereka yang menganggap cinta sebagai alergen yang sudah semestinya dijauhi. Itu prinsip hidup Kiandra Ariani.
Unsuitable
8      3     0     
Romance
Bagi Arin tak pernah terpikirkan sekalipun bersekolah dalam jerat kasus tak benar yang menganggapnya sebagai pelacur. Sedangkan bagi Bima, rasanya tak mungkin menemukan seseorang yang mau membantunya keluar dari jerat tuduhan yang telah lama menimpanya. Disaat seluruh orang memilih pergi menjauh dari Bima dan Arin, tapi dua manusia itu justru sebaliknya. Arin dan Bima dipertemukan karena...
Flyover
228      182     0     
Short Story
Aku berlimpah kasih sayang, tapi mengapa aku tetap merasa kesepian?