Read More >>"> ADOLESCERE LOVE (9~PERNYATAAN MIWON) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - ADOLESCERE LOVE
MENU
About Us  

Telaga Ngipik, Gresik

Entah apa yang kupikirkan sedari tadi. Semua yang terjadi padaku hari ini seakan-akan berlalu begitu saja. Dan kejadian yang cepat berlalu itu tidak begitu menyenangkan. Aku tahu, aku merasa sedih. Tetapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk mengusir rasa kesedihan ini. Satu yang aku sesalkan, kenapa aku terlahir seperti ini? Dengan wajah yang membuat semua orang takut! Saat ini aku benar-benar merasa tidak bersyukur! Aku kecewa berat dengan penampilanku ini. Begitu juga dengan kepribadianku. Terkadang sesekali aku membayangkan jika aku terlahir sebagai Timmy, maka akan banyak orang yang mengagumi penampilanku. Jika aku terlahir sebagai Mayang, maka dengan mudahnya orang-orang bergaul denganku. Bahkan aku yakin, setidaknya mereka memiliki kekurangan dan kelebihan secara bersamaan. Bahkan kelebihan yang dimiliki gadis-gadis lain lebih menonjol daripada kekurangan yang mereka miliki. Tetapi kenapa hanya aku yang merasa menonjol dalam hal memiliki kekurangan? Aku memang orang yang kurang bersyukur! Bahkan aku tidak cukup yakin ada cowok yang bakal menyukai cewek menakutkan seperti aku, terutama Ed! Mungkin Ed benar-benar sudah mengetahui perasaanku padanya dan tadi seakan-akan dia jelas menolaku secara halus dengan cara meminta maaf atas semuanya.. semuanya!

Tiba-tiba saja kepalaku terasa dingin. Aku menengadah. Miwon memeletkan lidahnya sambil tetap menahan kaleng soda di atas kepalaku. Lalu dia memberikan kaleng soda itu padaku. Dia mulai duduk di sebelahku.

“Terima kasih. Nanti kuganti,” kataku sembari menunjukkan kaleng soda yang kupegang. Miwon tertawa lebar.

“Hahaa.. apaan sih! Nggak usah lah. Aku yang traktir kok,” katanya sesudah meneguk minuman sodanya. Aku juga membuka dan meminumnya.

“Kalau gitu lain kali giliranku yang traktir.” Miwon tidak menjawab. Dia hanya memandangku dengan senyuman khas-nya. Aku pikir-pikir lagi kenapa dia membawaku jauh-jauh kesini? Aku kira dia akan mengajakku ke suatu tempat yang tidak seberapa jauh dari sekolah. Tetapi setelah hampir satu jam, kami melewati gapura ‘Kota Gresik’. Aku baru menyadari seberapa jauh dia membawaku. Kini kami berdiri di dekat telaga. Beberapa orang terlihat sedang memancing sambil seseekali mengobrol dan beberapa orang lainnya membawa anak-anaknya bermain dengan permainan yang berada di dekat telaga. Aku mengalihkan perhatian pada dua anak kecil yang sedang bermain jungkat-jungkit. Mereka tampak senang sekali. Melihat mereka berdua mengingatkanku pada Mayang. Dulu waktu kecil, kami juga seakrab itu. Selalu bermain bersama.

“Sekarang wajahmu jauh terlihat santai,” aku langsung menoleh pada seseorang di sebelahku. Miwon mengatakannya sambil memangku dagu dengan tangannya.

“Memangnya sebelumnya terlihat seperti apa?” tanyaku bingung. Miwon menyibakkan poniku dan telunjuknya menyentuh keningku.

“Walaupun tidak terlalu terlihat, kerutan-kerutan itu selalu muncul disini. Aku bisa melihatnya dengan jelas. Wajahmu terlihat agak cerah sekarang,” dia meneguk minumannya lagi. Aku kembali menutup kening dengan poni panjangku. Lalu aku mencoba menikmati danau didepanku. Angin disini juga terasa segar.

“Telaga disini bagus. Banyak yang memancing disini ya,” kataku sambil tetap menatap lurus ke depan.  “Danau ini punya nama?”

“Yup. Telaga Ngipik.” Aku menoleh ke arahnya.

“Kenapa kamu bisa tahu lokasi ini? Padahal arah jalannya banyak perbelokkannya kan lumayan rumit. Kamu sering jalan-jalan di Gresik ya?” Miwon tertawa lagi.

“Kamu belum tau ya? Aku kan tinggal disini. Jadi lokasi Gresik manapun aku tau dong, ” aku sedikit terkejut mendengarnya. Bukankah Miwon satu rumah dengan Ed? Mungkin Miwon menyadari kebingunganku, raut wajahnya mulai berubah masam. “Yaa.. sebenarnya aku tidak pernah tinggal satu rumah dengan kak Ed. Orang tua kami sudah lama bercerai dan baru kemarin itu kami berempat saling bertemu. Sebenarnya aku sudah lama ingin cerita ke kamu. Tapi.. agak rumit sih!” katanya sambil sesekali garuk-garuk kepala.

“Tidak apa-apa kok kalau kamu belum siap untuk cerita. Kapanpun kamu ingin curhat sesuatu, kami akan siap kok mendengarkanmu,” kataku sembari menepuk bahunya.

“Kami?” aku mengangguk.

“Iya. Aku, Hami, dan Timmy,” jelasku. Miwon menundukkan kepalanya.

“Aku cuma ingin cerita ke kamu,” aku tertegun sesaat. “Karena saat ini hanya kamu orang yang bisa kupercaya,” wajahnya mulai menatapku. Aku tidak tau harus menjawab apa. Aku hanya terdiam. Miwon menunduk lagi. “Setelah ibu melahirkanku, kami berempat tinggal di Gresik. Kejadian yang memutuskan rantai keluarga adalah malam dimana aku dan kak Ed sehabis melihat hasil rapor di kamar. Malam itu ayah pulang dalam keadaan mabuk berat. Aku dan kak Ed hanya melihat ibu membopong tubuh ayah di dekat ruang tamu. Ayah terus memohon pada ibu untuk mengabulkan permintaannya kerja di luar pulau. Kata ayah dengan begitu gaji ayah akan naik, dapat membahagiakan kami, atau apalah. Ayah terus memohon tanpa henti. Ibu tidak menggubrisnya dan terus membopong ayah ke kamar,” aku terus mendengarkan ceritanya dengan seksama.

“Entah kenapa ayah langsung bertindak kasar dengan melempar barang-barang dan terus saja berteriak. Ayah bilang lebih baik mati saja. Ayah mengambil pisau di dapur dan berusaha menusuk dirinya-sendiri. Ibu mencoba menahannya. Aku melihat raut wajah ayah seperti kesetanan. Pisau itu malah tergoress di wajah ibu. Sepanjang ini,” jari Miwon menunjukkan dengan meggariskan sepanjang pipi. Aku merasa miris dan menutup mulut dengan kedua tanganku. Bagaimana bisa sepanjang itu? “Kak Ed langsung berlari untuk menahan ayah. Dia memukuli ayah dan terus bilang kejam. Ayah malah mendorongnya sampai keningnya terbentur dan terluka. Ayah memang selalu berbicara tegas pada kami tetapi tidak sekasar malam itu. Ayah terus-menerus mengucapkan sumpah serapah hingga tidaak sadarkan diri. Setelah menyadari apa yang telah diperbuatnya, ayah langsung menceraikan ibu. Ibu dan kak Ed pergi tanpa membawaku. Tak lama setelah itu, aku mengikuti ayah yang sudah memilih penawaran untuk kerja di Kalimantan. Tragis ya? Kejadian malam itu nggak bakal aku lupain,” kata Miwon tersenyum kecut. Tanpa sadar aku mengusap-usap bahunya. Aku tidak pernah tau bahwa Ed maupun Miwon mengalami kehidupan seperti itu. Padahal dari luar, Ed selalu tampak tenang dan Miwon yang selalu menunjukkan keceriannya. Sekarangg aku merasa bahwa mereka berdua benar-benar tegar dalam menjalani hidup. Kepala Miwon semakin tertunduk lemah.

“Aku tidak pernah mendapat kabar mereka sama sekali. Hingga aku memiliki kesempatan untuk kembali di Gresik dan mencari jejak kak Ed dari teman-teman sd-nya. Makanya aku sekolah disitu. Aku ingin dekat dengannya. Tetapi dia tidak pernah mau menerimaku dan ayah lagi. Baru kemarin itu dia mau menerimaku lagi. Semenjak kejadian malam itu, dia menjadi sangat membenci ayah. Dia juga membenciku karena membela ayah. Setelah aku  pahami, banyak faktor kebencian yang melingkupinya. Seperti ayah yang telah melukai ibu, ayah yang menceraikan ibu, dan baru-baru ini aku tau kalau.. hidup mereka sengsara setelah berpisah dengan ayah. Waktu di Kalimantan, ayah pernah sekali menguungkapkan alasannya menceraikan ibu. Ayah tidak ingin menyakiti ibu lagi. Walaupun ibu tidak mempermasalahkannya, tetapi bekas luka goresan itu membuatnya semakin mengingat kesalahan yang pernah diperbuatnya. Setiap malam ayah tidak bisa tidur dan hanya termenung. Dan aku tau setiap kali ayah tertidur, dia selalu bermimpi buruk. Dalam tidurnya, ayah sering memanggil nama ibu dan meminta maaf. Pada akhirnya aku sadar, kami berempat sama-sama terluka, sama-sama tidak bahagia.”

Aku mendengarkannya bercerita dan hampir tidak berkedip sama sekali. Aku sempat berpikir, jika memang sama-sama menderita dan menanggung luka, kenapa mereka tidak berniat untuk bersatu kembali? Jika saja kata ‘maaf’ bisa dapat menyelesaikannya. Tetapi bagaimanapun juga hampir sama sekali tidak ada pihak yang bersalah.

“Ed masih membenci ayahnya?” tanyaku hati-hati. Miwon mengangkat wajahnya, mulai melihatku. “Mungkin Ed sudah memafkannya. Karena yang aku tau Ed bukan tipe orang yang terlalu lama membenci seseorang.”

“Memang sebelumnya kak Ed sudah mencoba untuk menerima ayah. Tetapi mungkin semua itu terhalang oleh keras kepala ayah. Kata-kata tajamnya memang tidak pernah bisa berubah. Ayah kami itu orang yang tegas, keras kepala, dan bermulut tajam. Walaupun begitu, ayah sangat mencintai istri dan anak-anaknya. Ayah tidak pernah bersikap lembut dan selalu mendidik kami dengan keras. Namun terkadang ayah selalu memperlihatkan kasih sayangnya kepada kami. Seperti selalu menyempatkan waktu luang untuk mengajak kami bepergian, sering menyanyikan lagu edelweiss di waktu kami akan tidur, membantu kami mengerjakan pr. Ada banyak sih, walaupun nggak sebanyak perlakuan keras ayah kepada kami. Disinilah kenangan yang terindah. Ayah sering mengajakku dan kak Ed memancing disini. Telaga ini satu-satunya tempat istimewaku,” Miwon berhenti berbicara dan mendekatkan wajahnya padaku. “Aku sudah banyak bercerita. Pasti membuatmu bosan ya? Padahal niatku tadi pingin menghibur kamu. Eeh.. aku malah curhat! Hhe..,” aku menggeleng dengan cepat.

“Nggak sama sekali. Aku malah senang, kamu ajak main kesini dan.. kamu bisa terbuka sama aku. Aku yakin suatu saat pasti Ed akan menyadari kasih sayang ayahnya, sepertimu. Aku harap kalian bisa bersatu kembali seperti dulu,” kataku sambil mengusap butir-butir air mata yang hampir mengalir. Aku sangat terharu mendengarnya bercerita sedemikian rupa.

“Aku harap juga begitu. Aku juga ingin kak Ed mengingat kasih sayang yang pernah ayah berikan. Setidaknya dengan mengingat hal itu, dapat membuatnya memiliki keinginan untuk kembali berbaikan dengan ayah,” ucap Miwon sambil menopang tubuhnya dengan menyandarkan kedua tangannya dibelakang. Aku berpikir sesaat. Mungkin ada suatu cara agar Ed mengingat kembali kasih sayang ayahnya. Mungkin aku bisa membantu dengan melakukan sesuatu. Miwon menoleh lagi. “So, kamu sama Mayang itu sebenarnya sodara sepupu?” aku mengangguk pelan. Miwon ikut-ikutan mengangguk.

“Nggak nyangka ya, kalian berdua pada ngerebutin kakakku,” aku menoleh dengan cepat. ‘HAH! Kok dia bilang kayak gitu??! Malu-maluin banget!’ “Emang sih, aku akui kalo kak Ed itu lebih cakep dan pinter daripada aku. Pasti banyak cewek yang naksir sama dia,”

Aku langsung menyahut, “Hami nggak tuh!”

“Yaa.. kalo Hami sih pengecualian. Dia emang keliatan agak cuek kalau sama cowok. Tapi dulu aku sempat kaget juga loh, dia nggak pernah terpesona juga sama kegantenganku,” nih anak pedenya selangit deh! Tapi memang sih cakepnya hampir setara sama kakaknya. Tetapi setelah Miwon bilang kalau Hami nggak pernah terpesona sama dirinya atau cowok seperti Ed juga bisa dibilang salah besar sih! Pasalnya Hami malah sempat mengagumi Miwon dan Ed secara kepribadian dan fisik dengan mengekspresikannya dalam tulisan novelnya. Coba tuh Miwon tau kalau Hami memasukkannya dalam tokoh novel, hohoo.. bisa dipastikan PEDENYA UDAH TINGKAT DEWA!

“Nggak usah ngomongin orang,” tudingku pura-pura kesal. Miwon malah tertawa.

“Enaknya kak Ed ditaksir banyak cewek!” katanya sambil menatap langit. Aku menggelengkan kepala sembari berdecak berkali-kali.

“Dasar tukang ngiri ama sodara. Nyoh, Timmy tuh kayaknya naksir berat sama kamu. Seneng kan? Ditaksir sama cewek termanis satu sekolah,” dumelku seketika.

“Aku sih lebih seneng kalau yang naksir aku itu cewek yang paling menakutkan satu sekolah,” DEG! Aku menoleh dengan cepat. Miwon masih memandang langit-langit. ‘Mak.. maksudnya apa nih? Apa cewek yang dimaksud itu aku? Dia bercanda kan? Tapi kenapa dia tidak mengatakannya sambil tertawa seperti biasanya? Tapi dia bisa bilang sesantai itu?’ pikiranku berputar.putar. Aku tersentak ketika Miwon menoleh padaku. Aku langsung mengalihkan pandangan. Kurasakan sesuatu memberati pundak kiriku. Aku melirik perlahan. Miwon menyandarkan kepalanya di pundakku!

“Gyaaaa.. MINGGIR..!!!” aku berusaha menyingkirkan kepalanya dengan tangan kanan, tetapi Miwon masih tetap bertahan.

“Sebentar saja, Fik. Aku ingin seperti ini,” katanya tanpa tawa. Aku mulai merengut. Apa yang sebenarnya Miwon lakukan sih? Aku tidak mengerti. Apapun yang selalu dilakukannya tidak pernah kutebak dengan mudah. Semula aku kira dia adalah anak paling ceria yang aku kenal. Tetapi ternyata dia juga memiliki kehidupan masa lalu yang agak kelam. Aku hanya menunduk pasrah.

“Sesekali lihatlah aku, orang yang menyukaimu. Aku serius.. untuk mengejarmu. Tidak perduli siapapun cowok yang kamu sukai. Aku bisa membuatmu melupakannya dengan melihat siapa diriku yang sebenarnya.” Aku mengerjapkan mata berkali-kali.

‘GOD! APA INI YANG DINAMAKAN PERNYATAAN CINTA??!”

☻☺☻

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Comfort
19      12     0     
Romance
Pada dasarnya, kenyamananlah yang memulai kisah kita.
Venus & Mars
62      32     0     
Romance
Siapa yang tidak ingin menjumpai keagungan kuil Parthenon dan meneliti satu persatu koleksi di museum arkeolog nasional, Athena? Siapa yang tidak ingin menikmati sunset indah di Little Venice atau melihat ceremony pergantian Guard Evzones di Syntagma Square? Ada banyak cerita dibalik jejak kaki di jalanan kota Athena, ada banyak kisah yang harus di temukan dari balik puing-puing reruntuhan...
Waiting
6      6     0     
Short Story
Maukah kamu menungguku? -Tobi
When You're Here
52      36     0     
Romance
Mose cinta Allona. Allona cinta Gamaliel yang kini menjadi kekasih Vanya. Ini kisah tentang Allona yang hanya bisa mengagumi dan berharap Gamaliel menyadari kehadirannya. Hingga suatu saat, Allona diberi kesempatan untuk kenal Gamaliel lebih lama dan saat itu juga Gamaliel memintanya untuk menjadi kekasihnya, walau statusnya baru saja putus dari Vanya. Apa yang membuat Gamaliel tiba-tiba mengin...
a Little Braver
8      8     0     
Romance
Ketika takdir yang datang di setiap kehidupan membawanya pada kejutan-kejutan tak terduga dari Sang Maha Penentu, Audi tidak pernah mengerti kenapa Dia memberikannya kehidupan penuh tanya seperti ini?
Koma
278      114     0     
Romance
Sello berpikir bisa menaklukkan Vanda. Nyatanya, hal itu sama halnya menaklukkan gunung tinggi dengan medan yang berbahaya. Tidak hanya sulit,Vanda terang-terangan menolaknya. Di sisi lain, Lara, gadis objek perundungan Sello, diam-diam memendam perasaan padanya. Namun mengungkapkan perasaan pada Sello sama saja dengan bunuh diri. Lantas ia pun memanfaatkan rencana Sello yang tak masuk akal untuk...
Pahitnya Beda Faith
7      7     0     
Short Story
Aku belum pernah jatuh cinta. Lalu, aku berdo\'a. Kemudian do\'aku dijawab. Namun, kami beda keyakinan. Apa yang harus aku lakukan?
(not) the last sunset
6      6     0     
Short Story
Deburan ombak memecah keheningan.diatas batu karang aku duduk bersila menikmati indahnya pemandangan sore ini,matahari yang mulai kembali keperaduannya dan sebentar lagi akan digantikan oleh sinar rembulan.aku menggulung rambutku dan memejamkan mata perlahan,merasakan setiap sentuhan lembut angin pantai. “excusme.. may I sit down?” seseorang bertanya padaku,aku membuka mataku dan untuk bebera...
Balada Valentine Dua Kepala
5      5     0     
Short Story
Di malam yang penuh cinta itu kepala - kepala sibuk bertemu. Asik mendengar, menatap, mencium, mengecap, dan merasa. Sedang di dua kamar remang, dua kepala berusaha menerima alasan dunia yang tak mengizinkan mereka bersama.
The Secret Of Bond (Complete)
126      65     0     
Romance
Hati kami saling terikat satu sama lain meskipun tak pernah saling mengucap cinta Kami juga tak pernah berharap bahwa hubungan ini akan berhasil Kami tak ingin menyakiti siapapun Entah itu keluarga kami ataukah orang-orang lain yang menyayangi kami Bagi kami sudah cukup untuk dapat melihat satu sama lain Sudah cukup untuk bisa saling berbagi kesedihan dan kebahagiaan Dan sudah cukup pul...