Kekasih yang Pergi Berperang
Duhai kekasihku, kau kembali berperang
dan mengangkat pedang. Nyawa mana lagi yang
perlu kau tebas, dikala aku menantimu sampai kebas.
Bagimana kabarmu di sana?
akankah setelah pergantian musim ini
kau akan kembali ke pangkuanku?
ku harap kau kembali dengan utuh,
bukan sebagai bohlam ; bohlam putus.
Jangan khawatir sayang, aku tidak pernah lelah
dalam mencintaimu yang ku buktikan dalam
penantian panjang ini, sebagaimana gigihmu dalam
membela apa yang kau anggap benar.
Dan bagiku, mencintamu adalah hal paling benar
yang bisa kutekuni di masa ini.
Tak mengapa jika di kala yang lain sibuk bermesraan,
aku malah sibuk mebisikkan namamu dalam sujudku.
Di kala yang lain bisa mengenal banyak tentang kehangatan,
aku hanya tahu tentang kesetiaan.
Kemudian kini tanyaku, akankah kau pun
hanya mengenal kesetiaan? akankah saat kau
berperang dengan prajuritmu dan berlarian pacu
dengan kuda lawan, kau masih sempat memikirkanku?
akankah diriku sering terbesit dalam benakmu
sebagaimana aku selalu menantikan kepulangmu?
Dan aku tak pernah lelah karenanya,
karena cinta suciku ini benar hanya untukmu.
Lalu benarkah dekapmu dengan jubah baja itu
hanya menunggui sosokku seorang?
02:18, Medan 19 Maret 2020