Dokter
Aku selalu berusaha menyakinkan diri bahwa:
Dokter telah melakukan yang terbaik,
dan dokter telah mengerahkan
semua yang ia bisa.
Ya, dokter juga manusia biasa
sama sepertiku.
Ia hanya bisa berusaha menyelamatkan
sebuah nyawa, tidak bisa membangkitkan
sebuah nyawa.
Aku rasa dokter sudah bergerak cepat,
tetapi karena aku panik dan terlalu
terburu-buru, sehingga bagiku
ia terlihat menangani dengan lambat.
Siapa yang tahu?
Mungkin saja dokter itu ketika
pulang ke rumahnya,
ia juga menangis menyesali
sebuah kematian,
sama seperti aku.
Biarpun mungkin dirinya
tidak bersedih hingga
berlarut-larut sepertiku.
Tidak ada orang yang meninggal karena
kesalahan dokter,
semua orang meninggal karena memang
sudah ajalnya.
Sudahlah, aku jangan berandai-andai lagi.
Setiap dokter sudah tepat, dan
aku pun sudah melakukan hal tanggap.
Bertemu dengan dokter A sampai Z,
telah didasari oleh nasib.
Apalagi yang harus aku pertanyakan?
Dokter itu sudah yang terbaik,
ah ….
aku bahkan belum sempat mengucapkan
terima kasih,
setiap kali hanya protes saja.
Setiap manusia pasti akan sembuh,
dengan atau tidak dengan dokter,
dengan atau tidak dengan bernyawa.
(2020)