Usahaku menghindar dari gadis menyeramkan tadi berhasil. Kini aku sedang berada di dalam kamar dengan bunda yang sibuk melepaskan celanaku yang sudah bau kencing.
“Bunda?” Panggilku saat bunda beranjak ke arah lemari.
“Hm?”
“Bunda kok bawa gadis menyeramkan itu kesini, sih? Bunda gak takut?”
Bunda mengerutkan dahinya dan menatap ke arahku bingung. “Gadis menyeramkan?” Aku mengangguk. “Yang tadi bunda bawa?” Aku kembali mengangguk.
Bunda tersenyum lembut ke arahku. Ia menutup pintu lemari setelah mengambil celana untukku. “Kenapa kamu nyebut dia gadis menyeramkan?”
“Ya kan penampilan dia udah kayak hantu.”
Bunda berjongkok di hadapanku. “Kamu takut?” Lagi-lagi aku mengangguk.
“Kenapa harus takut? Dia bukan hantu, sayang,” Ucap bunda sambil memakaikan celana kepadaku.
“Tapikan penampilannya udah mirip kayak anaknya tante kunti,” Bunda terkekeh kecil mendengar perkataan seriusku.
“Kamu itu ada-ada aja,” Bunda mencubit pipiku gemas. “Dia baik kok. Dia cuman pemalu. Bunda bawa dia ke sini karena tadi bunda gak sengaja liat dia duduk di trotoar sendirian padahal udah malem.”
“Tapi aku liat tadi papa mamanya udah pulang,” Senyum di wajah bunda perlahan menurun.
“Udah yuk! Kita ke bawah,” Ajak bunda.
~
Aku menghentikan mobil tepat di depan sebuah gerbang. Ayu turun dari dalam mobil dan membukakan gerbang itu. Aku melajukan mobil untuk masuk ke dalam pekarang rumah Ayu. Aku segera keluar dari dalam mobil setelah memarkirkannya dengan tepat.
Ayu masih memeluk boneka kucing barunya dengan senyum yang terus terukir. Kami menghabiskan hampir satu jam lamanya di dalam toko boneka itu. Pada akhirnya Ayu memilih baju berwarna biru sesuai dengan warna mata Jojo.
“Makasih ya Farhan udah mau nganterin Ayu,” Kalimat yang sudah sangat di hafal oleh telingaku setiap kali sampai di sekolah dan pulang ke rumah.
“Iya, gue pamit dulu, ya?” Ayu mengangguk.
Aku melangkahkan kaki keluar dari pekarangan rumah Ayu. Rumah kami hanya terhalang sebuah jalan, dimana rumahku ada di sebrang rumah Ayu. Aku melangkah menyebrangi jalan. Saat akan menutup pintu gerbang aku kembali menatap Ayu dan melambaikan tangan. Ayu ikut melambaikan tangannya.
~
Bunda tidak hanya mengajaknya makan malam bersama, bunda juga mengajak gadis menyeramkan itu untuk menginap di rumah. Tentu saja hal itu membuat aku terjaga. Aku takut tiba-tiba gadis menyeramkan itu masuk ke dalam kamar. Aku terus memandangi pintu kamar yang tertutup rapat.
Sudah hampir tengah malam tapi aku masih terjaga menatap pintu itu. Dipikiranku terus terlintas wajah menyeramkan gadis itu. Tapi tiba-tiba sebuah ingatan melintas di otakku. Bukankah tadi papa mamahnya sudah pulang? Kenapa dia malah tidak pulang saja? Terus kenapa mamanya gak nyariin dia? Biasanya kan kalo aku sore belum pulang bunda langsung nyariin.
~
Aku menyisir rambutku dengan jari-jari tanganku. Membenarkan sedikit posisi kaos putihku. Kutegapkan posisi tubuhku menghadap gagah pada pintu bercat hitam di hadapanku.
Tok! Tok! Tok!
Aku mundur satu langkah dari pintu hitam itu. Terdengar suara kenop pintu diputar. Daun pintu terbuka sedikit memunculkan sebuah mata indah. Aku tersenyum pada sang pemilik mata itu. Ayu membuka daun pintu lebih lebar hingga seluruh tubuhnya dapat aku lihat. Ia nampak lebih cantik dari biasanya.
“Ada apa, Farhan?” Tanyanya dengan nada riang seperti biasa.
“Ikut gue,” Aku menarik tangannya. Menuntunnya menuju sebrang jalan. Aku membawanya ke rumahku.
“Ngapain emang?” Tanya Ayu setelah ia masuk ke dalam rumah.
“Ada dong, rahasia,” Jawabku sambil menatapnya.
Kami melangkah lebih dalam. Tangan Ayu masih dalam genggamanku. Aku menuntunnya menuju ruangan favorit aku dan Ayu jika sedang diam di rumahku.
Aku menatap Ayu yang mukanya mulai bersinar saat melihat Ayah, bunda, dan kak Baba menyambut kami di dapur. Aku lepaskan genggamanku. Matanya berbinar menatap cheese cake buatan bunda yang sudah menjadi favoritnya sejak lama. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku dan keluarga sudah terbiasa merayakannya. Ayu sudah seperti keluarga kami. Karena nyaris setiap hari ia pasti mampir ke rumah.
“Bunda ini buat Ayu?” Ayu menunjuk kue keju yang berada di tengah meja makan.
Bunda mengangguk. “Kan kamu ulang tahun hari ini.”
Ayu menepuk tangannya senang. Ia kemudian menarik kursi dan mendudukinya.
“Udah tua aja adek gue,” Ujar kak Baba sambil mencubit hidung mancung Ayu.
“Ish! Kak Baba sakit tahu!” Ayu menepis tangan kak Baba dari hidungnya.
“Nambah tua, nambah lebay aja,” Ejek kak Baba.
“Ih, nyebelin banget!” Ayu melipat kedua tangannya di depan dada. “Ayu kan hari ini lagi ulang tahun, bukannya nyenengin Ayu ini malah ngejek Ayu.”
Kami semua-kecuali Ayu tentunya-terkekeh melihat tingkah Ayu yang masih saja seperti anak kecil, sering merajuk.
“Udah dong, ngambeknya, sekarang Ayu potong kuenya,” Ucap bunda sambil mendorong sebuah pisau kepada Ayu.
Ayu segera meraih pisau itu. Memotong kue menjadi beberapa bagian. “Karena potongan pertama tahun kemarin buat Ayah jadi sekarang potongan pertamanya buat bunda,” Ayu menyerahkan satu piring kecil dengan sepotong kue di atasnya.
Bunda menerimanya dengan senyuman. “Pontongan kedua untuk ayah,” Sama dengan bunda, ayah juga menerimanya dengan senyuman.
“Ini untuk kak Baba,” Ayu memberikan kue pada kak Baba dengan nada datar dan juga wajah yang datar.
Kak Baba melihat ke atas piring itu. “Hei, kenapa kue gue lebih kecil dari punya ayah sama bunda?”
“Syukur-syukur Ayu kasih,” Ucap Ayu ketus sambil meletakkan sepiring kue itu di hadapan kak Baba.
“Iya iya deh makasih,” Kak Baba menerimanya dengan ogah-ogahan.
“Dan ini buat sahabat Ayu,” Ayu memberikan sepotong kue padaku. Aku menerimanya dengan senyuman lebar.
“Yey! Sisanya buat Ayu!” Ayu menarik kue yang masih banyak itu mendekat padanya.
“Gak adil lo! Punya gue dikit punya lo banyak. Harusnya sama rata!”
“Enak aja, kan Ayu yang ulang tahun, wlee,” Ayu mengulurkan lidahnya. Kak Baba mendengus sebal.
“Sudah dong jangan berantem mulu,” Ucap ayah.
“Tuh yah si Ayu nya gak adil,” Adu kak Baba.
“Ih kan di sini Ayu yang ulang tahun. Jadi suka-suka Ayu. Bener kan ayah?” Ayu mematap ayah, mencari pembelaan. Ayah menggaruk tengku lehernya.
Aku menggeleng pelan menatap kelakukan kakakku dan Ayu yang tak bisa melewatkan hari tanpa berdebat kecil.
~
Paginya aku tidak melihat gadis itu lagi. Mungkin dia sadar diri jika tempatnya bukan di sini. Tapi, untuk memastikan jika gadis itu tidak ada di dalam rumah aku harus menelusuri setiap sudut rumah. Karena bisa jadi gadis itu sedang bersembunyi.
Kutelusuri setiap ruangan yang mungkin menjadi tempat bersembunyinya gadis itu. Mulai dari kamar yang semalam ia tempati, lemari, bawah kasur, kamar mandi, dapur, taman belakang, balkon, dan tempat-tempat terpencil lainnya.
Aku menghela napas lega saat aku tidak menemukannya dimanapun di bagian rumah ini. Aku melangkah lega menuju kamarku kembali. Sambil bersenandung riang aku melangkah menaiki setiap anak tangga. Seperti baru saja lepas dari sesak napas, aku begitu merasa benar-benar lega.
Namun langkah riangku terhenti saat sebuah sosok manis menyandar di tembok depan kamarku. Aku melangkah ragu. Siapa lagi yag ibuku bawa ke dalam rumah ini. Sosok itu menatap ke arahku. Bulu kudukkku kembali berdiri. Apapun yang aku lihat, sekarang aku tidak mempercayainya.
~
TBC
BY L U T H F I T A
P.E.R.M.A.T.A
20
7
0
Romance
P.E.R.M.A.T.A ( pertemuan yang hanya semata )
Tulisan ini menceritakan tentang seseorang yang mendapatkan cinta sejatinya namun ketika ia sedang dalam kebahagiaan kekasihnya pergi meninggalkan dia untuk selamanya dan meninggalkan semua kenangan yang dia dan wanita itu pernah ukir bersama salah satunya buku ini .
Cinta dalam Hayalan Bahagia
3
3
0
Short Story
“Seikat bunga pada akhirnya akan kalah dengan sebuah janji suci”.
Bukan Kamu
111
26
0
Romance
Bagaimana mungkin, wajahmu begitu persis dengan gadis yang selalu ada di dalam hatiku? Dan seandainya yang berada di sisiku saat ini adalah kamu, akan ku pastikan duniaku hanyalah untukmu namun pada kenyataanya itu bukan kamu.
Sepi Tak Ingin Pergi
5
5
0
Short Story
Dunia hanya satu. Namun, aku hidup di dua dunia. Katanya surga dan neraka ada di alam baka. Namun, aku merasakan keduanya. Orang bilang tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan. Namun, bagiku sakit adalah tentang merelakan.
Sekretaris Kelas VS Atlet Basket
149
30
0
Humor
Amira dan Gilang yang menyandang peran werewolf dan vampir di kelas 11 IPA 5 adalah ikon yang dibangga-banggakan kelasnya. Kelas yang murid-muridnya tidak jauh dari kata songong. Tidak, mereka tidak bodoh. Tetapi kreatif dengan cara mereka sendiri.
Amira, Sekretaris kelas yang sering sibuk itu ternyata bodoh dalam urusan olahraga. Demi mendapatkan nilai B, ia rela melakukan apa saja. Dan entah...
Lavioster
42
13
0
Fantasy
Semua kata dalam cerita dongeng pengiring tidurmu menjadi sebuah masa depan
Persinggahan Hati
21
8
0
Romance
Pesan dibalik artikel Azkia, membuatnya bertanya - tanya. Pasalnya, pesan tersebut dibuat oleh pelaku yang telah merusak mading sekolahnya, sekaligus orang yang akan mengkhitbahnya kelak setelah ia lulus sekolah. Siapakah orang tersebut ? Dan mengakhiri CInta Diamnya pada Rifqi ?
Nafas Mimpi yang Nyata
4
4
0
Romance
Keinginan yang dulu hanya sebatas mimpi. Berusaha semaksimal mungkin untuk mengejar mimpi. Dan akhirnya mimpi yang diinginkan menjadi nyata. Karna dengan Usaha dan Berdoa semua yang diinginkan akan tercapai.
Akhir yang Kau Berikan
4
4
0
Short Story
\"Membaca Novel membuatku dapat mengekspresikan diriku, namun aku selalu diganggu oleh dia\" begitulah gumam Arum ketika sedang asyik membaca. Arum hanya ingin mendapatkan ketenangan dirinya dari gangguan teman sekelasnya yang selalu mengganggu ia.
Seiring berjalan dengan waktu Arum sudah terbiasa dengan kejadian itu, dan Laki Laki yang mengganggu ini mulai tertarik apa yang diminati oleh Arum...
Perfect Candy From Valdan
15
12
0
Romance
Masa putih abu-abu adalah masa yang paling tidak bisa terlupakan, benarkah? Ya! Kini El merasakannya sendiri. Bayangan masa SMA yang tenang dan damaiseperti yang ia harapkan tampaknya tak akan terwujud. Ia bertanya-tanya, kesalahan apa yang ia buat hingga ada seorang senior yang terus mengganggunya. Dengan seenaknya menyalahgunakan jabatannya di OSIS, senior itu slalu sukses membuatnya mengucapka...