Read More >>"> In your eyes (Sepuluh) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - In your eyes
MENU
About Us  

Keesokan harinya, semua berjalan seperti biasa. Ayah sudah bisa bekerja lagi. Kesehatannya sudah sangat baik. Aku akhirnya bisa menjemput Sia lagi setelah lebih dari seminggu ia harus pulang sendiri naik angkutan umum.

Tidak seperti biasanya, hari ini hujan turun. Aku memutuskan menunggu di lorong sekolahnya sambil membawa payung. Lima belas menit menunggu, Sia keluar dari kelasnya. Tersenyum lebar melihatku yang telah menunggunya. Aku memang tidak memberitahunya jika akan menjemput hari ini. 

" Dari tadi?" Sia bertanya, wajahnya cerah.

Aku menggeleng, " Baru lima belas menit, langsung ke mobil ?" Ajakku.

Sia mengangguk. Aku segera membuka payung saat kami berada di teras sekolah. Sia memegang lenganku, berjalan bersisian. 

" Resh, makan dulu ya? Kamu udah makan?" Sia menghentikan langkah, bertanya. 

" Belum, tadi sengaja nggak makan."

" Aku juga, makan di deket sini aja. Jalan kaki biar cepet." Sia menatap sekitar mencari tempat untuk kami makan. Ia kembali mendongak, " Di depan sana ada restoran, mau?" Ucap Sia menawarkan. 

Aku mengangguk, " Jalan kaki?" Tanyaku.

" Iya, biar nggak repot. " 

Setelah berjalan selama lima menit, aku dan Sia sampai di restoran yang Sia maksud. Kami memilih tempat di ujung. 

Aku mengecek ponsel, ada pesan dari ibu. Ia memintaku untuk membeli beberapa bahan dapur. Kemudian ada satu lagi pesan dari pelatih. Aku membukanya, ia mengirimkan jadwal seleksi pelatihan dan daftar nama yang mengikutinya. Namaku ada di dalam daftar. Ia kembali mengirimi pesan, 

" Nama di daftar itu bisa berubah sewaktu -waktu. Saya masih memberikan kesempatan jika ingin mengundurkan diri." 

Aku membaca kembali jadwalnya, seleksi pertama akan dilakukan dua minggu lagi. Dan penentuannya baru tiga bulan lagi. Aku mengalihkan pandangan kepada Sia, Ia sedang menatap hujan sambil sesekali tersenyum tipis. Bagaimana jika aku mengatakannya sekarang. Apakah senyum itu akan tetap ada. 

Lamunanku terhenti saat pelayan datang mengantar pesanan. Aku dan Sia mengucapkan terima kasih lalu mulai makan. 

" Kenapa cuma makan steak? Emang kenyang?" Sia berkomentar, di sela suapannya. 

" Aku takutnya ibu udah masak di rumah, nggak tega kalau harus nolak masakan ibu. " Aku memotong steak, lantas memasukkannya ke dalam mulut. 

Sia mengangguk - angguk, kembali menyantap makanannya. Setelah itu hanya hening, hingga makanan kami habis. Hujan juga sudah mulai berhenti. 

" Kita langsung pulang? Hujannya juga udah berhenti." 

" Mau nemenin aku? Ibu minta di beliin bahan dapur tadi." 

" Mau. Ayo sekarang, berangkat." Sia buru - buru berdiri. Menarik tanganku. 

Kami sampai di pusat perbelanjaan lima belas menit kemudian. Kami segera menuju ke tempat bahan makanan. Karena aku tidak terlalu tahu tentang bumbu - bumbu dapur, aku membiarkan Sia yang memilih. Aku hanya berjalan mengikuti sambil mendorong troli. 

" Banyak banget belinya Ya'?" Tanyaku karena troli sekarang sudah terisi separuh. 

" Biar bisa milih, nanti kalau ada yang nggak dibutuhin ibumu bisa aku bawa pulang buat masak di rumah. Bahan di rumah juga mau habis. Nggak papa kan? Nanti aku ganti uangnya." Jelasnya. 

" Nggak usah, biar aku yang bayar nanti. Nggak usah diganti." 

Sia balas mengangguk. " Udah semua, kamu perlu apa lagi?" 

Aku menggeleng, " Udah cukup, ke kasir aja langsung." 

Setelah membayar, aku dan Sia mampir sebentar di salah satu kedai es krim. Aku membawa dua gelas es krim ke meja kami. 

" Tempatnya sepi, mungkin. Karena habis hujan ya?" 

Aku menelusuri sekitar, memang sepi. " Cuma kita yang makan es krim habis hujan." 

Sia mengangguk, terus menyendok es krim miliknya. Rencana pelatihan itu kembali melintas di pikiranku. Setiap kali bersama dengan Sia, pikiran tentang rencana pelatihan itu terus muncul. 

" Kamu mau ngomong apa?" Ucapan Sia membuatku spontan menoleh. " Aku tahu dari kemaren kamu pengen ngomong sesuatu. Aku tunggu, tapi kamu nggak bilang - bilang. Sekarang aku udah nggak sabar, kamu mau ngomong apa?" 

Aku sekarang sepenuhnya terdiam. Sikapku yang sering melamun saat bersamanya pasti membuatnya bingung. 

 " Resh?" 

Aku kembali tersadar. Menatap wajah Sia yang serius. " Aku ada rencana buat pergi Ya'."

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love Rain
105      4     0     
Romance
Selama menjadi karyawati di toko CD sekitar Myeong-dong, hanya ada satu hal yang tak Han Yuna suka: bila sedang hujan. Berkat hujan, pekerjaannya yang bisa dilakukan hanya sekejap saja, dapat menjadi berkali-kali lipat. Seperti menyusun kembali CD yang telah diletak ke sembarang tempat oleh para pengunjung dadakan, atau mengepel lantai setiap kali jejak basah itu muncul dalam waktu berdekatan. ...
Renata Keyla
40      18     0     
Romance
[ON GOING] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma ng...
Astronaut
25      14     0     
Action
Suatu hari aku akan berada di dalam sana, melintasi batas dengan kecepatan tujuh mil per detik
Persinggahan Hati
21      8     0     
Romance
Pesan dibalik artikel Azkia, membuatnya bertanya - tanya. Pasalnya, pesan tersebut dibuat oleh pelaku yang telah merusak mading sekolahnya, sekaligus orang yang akan mengkhitbahnya kelak setelah ia lulus sekolah. Siapakah orang tersebut ? Dan mengakhiri CInta Diamnya pada Rifqi ?
fixing a broken heart
72      23     0     
Romance
"Kala hanya kamu yang mampu menghidupkanku kembali." - R * Risa, ialah kontradiksi. Ia junjung tinggi indepedensi, ia bak robot tanpa simpati. Dalam hidupnya, Risa sama sekali tak menginginkan seorang pun untuk menemani, hingga ia bertemu dengan Rain, seorang lelaki yang pada akhirnya mampu memutarbalikan dunia yang Risa miliki.
Tuhan, Inikah Cita-Citaku ?
24      8     0     
Inspirational
Kadang kita bingung menghadapi hidup ini, bukan karena banyak masalah saja, namun lebih dari itu sebenarnya apa tujuan Tuhan membuat semua ini ?
Shut Up, I'm a Princess
9      5     0     
Romance
Sesuai namanya, Putri hidup seperti seorang Putri. Sempurna adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan Putri. Hidup bergelimang harta, pacar ganteng luar biasa, dan hangout bareng teman sosialita. Sayangnya Putri tidak punya perangai yang baik. Seseorang harus mengajarinya tata krama dan bagaimana cara untuk tidak menyakiti orang lain. Hanya ada satu orang yang bisa melakukannya...
Oh My Heartbeat!
5      4     0     
Romance
Tentang seseorang yang baru saja merasakan cinta di umur 19 tahun.
Love vs Ego
82      22     0     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY(MsJung0414) Choi Minho merupakan seorang pangeran vampire yang membuat keresahan didalam keluarganya dan klan vampire karena keganasannya. Untuk mengatasi keganasannya ini, keluarganya pun menyuruh Minho untuk mendekati seorang gadis pemilik kekuatan supranatural yang bisa mengembalikan Minho menjadi normal dan membawa keuntungan besar untuk bangsa vampire. Berha...
Cadence's Arcana
59      16     0     
Inspirational
Cadence, seorang empath, tidak suka berhubungan dengan orang lain. Ketika dia kalah taruhan dari kakaknya, dia harus membantu Aria, cewek nomor satu paling dihindari di sekolah, menjalankan biro jasa konseling. Segalanya datar-datar saja seperti harapan Cadence, sampai suatu saat sebuah permintaan klien membawanya mengunjungi kenangan masa kecil yang telah dikuburnya dalam-dalam, memaksanya un...